Sekolah Lapang PHT, Departemen HPT FPUB Dampingi Petani Atasi Penyakit Akar Gada

Pendampingan petani melalui program sekolah lapang konsisten dilakukan civitas akademika Universitas Brawijaya (UB). Seperti yang dilakukan oleh Departemen Hama dan Penya ...

Oktober 7, 2023 - 15:30
Sekolah Lapang PHT, Departemen HPT FPUB Dampingi Petani Atasi Penyakit Akar Gada

TIMESINDONESIA, BATU – Pendampingan petani melalui program sekolah lapang konsisten dilakukan civitas akademika Universitas Brawijaya (UB). Seperti yang dilakukan oleh Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian (HPT FPUB) di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Melalui program Sekolah Lapang Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu (SL PHT), para dosen membantu petani setempat mengatasi serangan penyakit akar gada pada tanaman sawi box/sawi putih. Serangan hama tersebut menyebabkan banyak kegagalan panen di Desa Sumberbrantas Kota Batu. Oleh karena itu, dilakukan pendampingan, seperti pada Mitra Pemberdayaan Berbasis Masyarakat ini, yakni Kelompok Taruna Tani Abinaya Milenial.

Sebagai informasi, penyakit akar gada merupakan masalah utama pada budidaya tanaman sawi box/putih pada daerah tersebut dan semakin parah dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan hasil survey serangan mencapai 80-100% dan mengakibatkan kegagalan panen pada beberapa komoditas seperti sawi box/sawi putih, brokoli dan kubis.

Penggunaan fungisida sintetis dengan frekuensi tinggi merupakan cara yang selama ini dilakukan oleh petani tetapi serangan akar gada tidak berkurang malah semakin meluas hal tersebut dapat diindikasikan pengendalian dengan fungisida sintetik tidak efektif diduga karena resistensi patogen.

Terkait dengan hal itu, pengelolaan hama terpadu (PHT) merupakan strategi yang dapat diaplikasikan karena berbasis ekologi yang berfokus pada pencegahan hama penyakit atau kerusakannya secara komprehensif dan jangka panjang (preemptive) melalui teknik-teknik pengendalian yang diintegrasikan kedalam praktek budidaya.

Prinsip PHT meliputi budidaya tanaman sehat, pelestarian dan pemanfaatan musuh alami, pengamatan (monitoring) secara teratur, dan petani memahami ekologi dan dan menjadi ahli PHTdi lahan sendiri. Proses transfer IPTEK ke petani dilakukan menggunakan teknik partisipatory extension yang wujud utamanya berupa Sekolah Lapangan PHT.

Ketua Departemen HPT FPUB Luqman Qurata Aini menjelaskan, tujuan kegiatan ini adalah untuk menyelenggarakan Sekolah Lapangan untuk pengelolaan penyakit akar gada secara terpadu (PHT) melalui pendekatan ekologis, dengan menekankan pada peningkatan kesehatan agroekosistem menuju pertanian berkelanjutan menggunakan metode participatory extension.

Pelaksanaan SL PHT menggunakan metode transfer pengetahuan dan ketrampilan pengelolaan hama dan penyakit kepada petani secara partisipatif melalui pendidikan orang dewasa (Andragogi).

Harapannya, kata dia, petani akan mampu menerapkan sistem pertanian berkelanjutan dan mengendalikan penyakit akar gada pada tanaman sawi box dengan lebih efektif, menjadikan pertanian di Sumberbrantas lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Luqman menerangkan pula, pendekatan pengelolaan penyakit akar gada adalah dengan menerapkan pengelolaan hama dan penyakit terpadu (PHT) yang berfokus pada pencegahan (preemptive), intervensi berbasis ekologi, dan pengelolaan agroekosistem yang sehat dan tangguh.

PHT melibatkan berbagai taktik, seperti peningkatan biodiversitas, penggunaan pupuk organik, pengolahan tanah yang baik, rotasi tanaman, dan penggunaan varietas tahan penyakit.

"Melalui pendekatan ini berdampak mengurangi penggunaan pestisida kimia sintetis yang berbahaya, meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman sawi, serta menjaga keberlanjutan produksi dan lingkungan sekitarnya," terangnya.

Kegiatan SL PHT ini dapat berjalan atas kolaborasi berbagai pihak di antaranya Departemen HPT FPUB, Kelompok Taruna Tani Milenial Abinaya, Pemerintah Desa Sumberbrantas, UPT Proteksi Jatim serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kegiatan ini berlangsung sejak Agustus hingga Oktober 2023.

Luqman Qurata Aini mengatakan, "Program ini merupakan langkah Departement HPT FPUB dalam membantu masyarakat khususnya para petani milenial di Sumberbrantas dalam mengatasi permasalahan di bidang pertanian khususnya penyakit akar gada pada tanaman sawi box dengan pendekatan holistik dan ekologis untuk mewujudkan agroekosistem yang sehat dan tangguh."

“Kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak sehingga program ini dapat terlaksana,” imbuhnya.

SL-PHT memberikan pemahaman dan ketrampilan kepada petani melalui belajar melalui pengalaman praktik secara langsung pada petak studi (demplot) berdasarkan SOP yang telah disepakati bersama. Selain itu diberikan juga pelatihan ketrampilan melalui topik-topik khusus yang disampaikan oleh para ahli yaitu dosen dan praktisi.

Sementara itu, Rian selaku Ketua Kelompok Taruna Tani Abinaya mengatakan bahwa Program SL-PHT memberikan pengetahuan petani mengenai pengelolaan pertanian yang berkelanjutan secara ekonomi dan ekologi.

Selain itu, lanjut dia, dalam SL-PHT para petani diberikan berbagai pelatihan seperti managemen dan monitoring lahan, pengguan perangkap hama, pembuatan kompos, pestisida nabati, dan produksi agen hayati. "Sehingga petani lebih mandiri dan tidak bergantung dengan produk kimia sintetis yang banyak beredar di pasaran," imbuhnya.

Rian berharap di masa depan pertanian di wilayah Desa Sumber Brantas dapat menjadi tempat budidaya sayuran organik.

“Kami sangat senang dengan adanya SL-PHT kita dapat mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida sintetis, serta dapat menghasilkan produksi sawi yang bagus” Kata Rian.

Melalui kolaborasi yang terus-menerus dan semangat kerjasama yang tinggi, Rian berharap langkah ini bisa membawa perubahan yang positif.

"Kami berharap dapat melanjutkan upaya positif ini dalam mendukung pertanian berkelanjutan dan menghadirkan perubahan yang berarti dalam dunia pertanian di masa depan," kata dia. 

Luqman kembali menjelaskan, pelaksanaan SL-PHT berhasil meningkatkan pengetahuan petani berdasarkan kenaikan nilai post-test petani. Selain itu, praktik PHT juga berhasil mengurangi tingkat serangan dari sebelumnya 80-100 menjadi 20% dan meningkatkan produksi panen dari yang musim sebelumnya sebelumnya gagal panen, serta berhasil menurunkan input produksi petani.

“Keberhasil program SL-PHT ini tidak terlepas dari semangat para petani milenial ini untuk berubah dari yang berbasis kimia sintetik menjadi pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” kata Luqman. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow