Prajnaparamitha Award, Penghargaan untuk Juru Kunci Cagar Budaya
Prajnaparamitha Award sebuah ajang penghargaan unik digelar di Tulungagung. Penghargaan dari kalangan akademisi kampus Universitas Islam Negeri Sayid Ali Rahmatullah (UIN ...
TIMESINDONESIA, TULUNGAGUNG – Prajnaparamitha Award sebuah ajang penghargaan unik digelar di Tulungagung. Penghargaan dari kalangan akademisi kampus Universitas Islam Negeri Sayid Ali Rahmatullah (UIN SATU) Tulungagung ini, sebagai bentuk apresiasi kepada juru kunci atau penjaga benda cagar budaya di wilayah Mataraman.
Rektor UIN Satu Tulungagung Maftukhin, mengatakan Prajnaparamitha Award sengaja digelar untuk mengapresiasi kinerja para juru kunci yang dinilai telah berjasa menjaga budaya di lima kabupaten/kota di eks Karesidenan Kediri.
"Tradisi Jawa, kebudayaan itu dipertahankan dari desa ke desa, tidak bisa langsung dari atas mengeluarkan perintah bikin kebudayaan, tidak bisa," kata Maftukhin, Sabtu (2/9/2023).
Menurutnya jasa para juru pelihara cagar budaya tersebut dinilai cukup besar. Sebab dengan terjaganya aset cagar budaya, masyarakat maupun dunia pendidikan dapat melihat dan mengetahui kebudayaan lokal yang berkembang sejak lama.
"Juru kunci, juru pelihara ini adalah orang-orang yang menjaga kebudayaan-kebudayaan lokal yang ada di masyarakat kita," ujarnya.
Pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat menjadi penyemangat kepada juru kunci untuk terus mengabdikan diri dalam menjaga budaya lokal. Di sisi lain dunia pendidikan juga tidak mungkin lepas dengan kebudayaan.
Profesor Maftukhin, menambahkan ajang Prajnaparamitha Award ini telah digelar dua kali, yakni pada tahun 2021 dan 2023. Pada tahun ini pihaknya memberikan penghargaan kepada tiga juru pelihara terbaik, salah satunya adalah juru pelihara Candi Dadi Tulungagung.
"Masing-masing pemenang dapat uang pembinaan Rp. 2 juta," imbuhnya.
Sementara itu Kepala BPK Wilayah XI Endah Budi Heryani, mengapresiasi inisiatif UIN Tulungagung yang menggelar penghargaan untuk juru kunci cagar budaya. Dengan penghargaan tersebut para juru pelihara cagar budaya akan memiliki semangat untuk terus memberikan pengabdian terbaik pada aset budaya yang dijaga.
"Ini diinisiasi oleh UIN Satu Tulungagung, semoga hal seperti ini menjadi contoh oleh universitas atau lembaga pendidikan yang lain, karena juru pelihara itu menjadi ujung tombaknya pelestarian cagar budaya," kata Endah.
Diakuinya di wilayah Jawa Timur terdapat lebih dari seribu juru pelihara benda cagar budaya. Mereka berstatus ASN dan non-ASN.
"Untuk jupel di bawah BPK saja ada sekitar 350 orang, belum lagi yang dapat surat dari Pemprov Jatim maupun kabupaten kota," ujarnya.
Endah menambahkan, kesejahteraan para juru kunci tersebut belum seluruhnya mendapatkan hak ekonomi yang layak, karena sebagian masih berstatus honorer.
"Untuk yang honorer mendapatkan Rp 1 juta/bulan kalau dari BPK XI, tapi masih ada tambahan Rp 500 ribu dari provinsi. Kami masih berusaha untuk kesejahteraan jupel. Makanya dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah pusat, provinsi dan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan juru kunci budaya," imbuhnya.(*)
Apa Reaksi Anda?