Pondok Pesantren di Jawa Timur Sukses Mengatasi Masalah Gizi pada Jatim Fest 2023

Jawa Timur merupakan provinsi kedua terbanyak yang memiliki Pondok Pesantren setelah Jawa Barat dengan jumlah 6.744 pesantren. Kementerian Agama mencatatkan pada tahun 20 ...

Oktober 7, 2023 - 12:00
Pondok Pesantren di Jawa Timur Sukses Mengatasi Masalah Gizi pada Jatim Fest 2023

TIMESINDONESIA, SURABAYAJawa Timur merupakan provinsi kedua terbanyak yang memiliki Pondok Pesantren setelah Jawa Barat dengan jumlah 6.744 pesantren. Kementerian Agama mencatatkan pada tahun 2022 jumlah santri bermukim paling banyak mencapai 323,3 ribu orang. Perkembangan pesantren yang begitu pesat di Jawa Timur memberikan dampak terhadap pengelolaan yang kompleks. Dampak yang dirasakan adalah pengelolaan program kesehatan di pesantren.

Pada gelaran Jatim Fest 2023 di Jatim Expo pada 5 Oktober 2023, diadakan Talkshow untuk membicarakan isu Anemia dan Aksi Bergizi untuk mendukung Pesantren Sehat Bebas Anemia dan Mendukung Pangan Terfortifikasi. Kegiatan tersebut diadakan atas kerjasama Unicef dan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.

Narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan tersebut adalah Dr. KH. Syukron Djazilan Badri sebagai Pembina Pondok Pesantren Al-Jihad Surabaya yang juga sekaligus dosen Unusa, selanjutnya Dr. H. M. Rochman Firdian, S.Hi., M.Ag selaku Ketua Ponpes Putra Khadijah Surabaya, Yayuk Sri Rahayu, S.Pd., M.Pd dari Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur, Fitrah Bintan Harisma, S.KM dari Dinkes Jawa Timur dan narasumber terakhir Eriana Asri dari Unicef Indonesia. Kegiatan yang dimoderatori oleh Mursyidul Ibad dosen dan Oki Safitri mahasiswa Unusa.

“Pondok pesantren Khadijah dalam pengelolaan makannya diserahkan kepada catering, akan tetapi pondok tetap terlibat dalam perencanaan menu, sehingga dapat dipastikan menu yang dikonsumsi oleh santri sudah memenuhi gizi seimbang,” tutur Rochman Firdian.

Hal tersebut juga dipertegas oleh Syukron Djazilan, Pondok Pesantren Al-Jihad pengelolaannya meskipun bukan dikelola oleh catering tapi dalam pelaksanaannya memang dipegang oleh tim dapur yang memang sudah berpengalaman dalam pengelolaan makanan di pesantren.

“Yang terpenting dalam meneladani Rasulullah SAW dalam pengelolaan makanan adalah halal dan thoyyib. Termasuk adab pada saat mengonsumsi seperti harus duduk dan berdoa terlebih dahulu,” tegas Syukron Djazilan.

Fitrah Bintan Harisma perwakilan dari Dinas Kesehatan Jawa Timur menyampaikan permasalahan penting yang harus di selesaikan di pondok pesantren salah satunya adalah anemia. “Anemia pada remaja di ponpes menjadi permasalahan penting yang harus diselesaikan karena tubuh akan mengalami kekurangan sel darah merah sehingga kurang optimal dalam menerima pembelajaran,” tutur Risma dalam penjelasannya.

Untuk mengatasi masalah kekurangan zat gizi juga disampaikan oleh Risma dapat menggunakan fortifikasi zat gizi pada beberapa makanan. Salah satunya adalah penambahan Vitamin A pada minyak goreng maupun yodium difortifikasikan pada garam maupun zat gizi pada tepung terigu.

Untuk mendukung program kesehatan terutama pada pondok pesantren, Yayuk Sri dari Kanwil Kemenag Jatim menyampaikan bahwa Kemenag mendorong UKS pada setiap pesantren.

“Fungsi dari UKS selain utk kegiatan kesehatan, juga untuk optimalisasi pemberian tablet tambah darah. Nanti jika pondok belum mendapatkan tablet tambah darah dapat mengomunikasikan kepada Puskesmas setempat untuk mendapatkan tablet tersebut,” tegas dari Yayuk Sri.

Untuk menegaskan semua informasi yang telah disampaikan, Erina Asri dari Unicef menyampaikan bahwa remaja di Jawa Timur dapat memutus rantai permasalahan gizi.

“Jika remaja saat ini sehat, maka nanti pada saat dewasa dia akan menghasilkan generasi yang sehat, sebaliknya jika saat ini remaja bermasalah gizinya maka pada saat dewasa tidak akan optimal sehingga menghasilkan generasi bermasalah gizi,” tegasnya.

Unicef saat ini bersama dengan pemerintah bersama menyelesaikan masalah gizi berupa pemberian tablet tambah darah termasuk juga melakukan upaya edukasi pada remaja pentingnya mencegah anemia terutama pada remaja putri.

Menutup sesi talkshow pada sore hari, seluruh narasumber menyampaikan bahwa untuk menciptakan Generasi Emas Indonesia tahun 2045 perlu menyiapkan remaja salah satunya santri pada pondok pesantren bebas dari masalah gizi.(*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow