Peringati HUT ke-9, PWKS Gelar Pentas Wayang Kulit
Foto A : Penyerahan tokoh wayang Puntodewo oleh pembina PWKS Amir Syarifudi kepada dalang Ki Sigid Aryanto. (Foto : Totok Hidayat /TIMES Indonesia) ... ...
TIMESINDONESIA, BANTUL – Ribuan masyarakat memadati Joglo TKIT Omah Lintang dusun Jagangrejo Banguntapan Bantul, Sabtu malam (6/5/2023).
Mereka ingin menyaksikan langsung pagelaran wayang kulit, dalam rangka ulang tahun ke - 9 Penggemar Wayang Ki Seni Nugroho (PWKS) dengan menghadirkan dalang Ki Sigid Aryanto dari Rembang Jawa Tengah, yang membawakan lakon Pendowo Kumpul.
Pagelaran wayang kulit dibuka dengan penampilan dalang cilik Ki Arby Ersani dari Gedong Kuning Banguntapan Bantul. Penampilan siswa kelas 4 SD ini cukup menghibur lewat suluk dan sabetan saat menampilkan adegan perang kembang. Penampilannya mendapat aplaus dari penonton, termasuk dari beberapa dalang senior yang hadir.
Sebelum pagelaran wayang kulit oleh Ki Sigid Aryanto, terlebih dahulu dilakukan pembacaan ayat suci Al -Qur'an oleh Amrozi. Seorang qori' penyandang tuna netra. Dilanjutkan pembacaan doa untuk almarhum dalang Ki Seno Nugroho dan PWKS dipimpin ustaz Ahmad Khudori, diikuti oleh seluruh penonton yang hadir.
Pagelaran wayang kulit ditandai dengan penyerahan tokoh wayang Puntodewo, oleh pembina PWKS Amir Syarifudin kepada dalang Ki Sigid Aryanto. Dalam sepatah kata sebelum menyerahkan tokoh wayang, Amir Syarifudin menilai, Puntodewo adalah tokoh yang sabar dan bijaksana. Mau mendengar keluhan masyarakat serta mengayomi.
"Karakter Puntodewo harus menjadi contoh, khususnya bagi para pemimpin bangsa," tegas Amir Syarifudin.
Dipilihnya lakon Pendowo Kumpul untuk menandai kembali digelarnya pentas wayang kulit, setelah lebih dari dua tahun hanya dapat digelar secara terbatas. Amir berharap momentum ini dapat menjadi tonggak baru bagi seniman untuk kembali berkarya lewat karya seni yang tidak hanya menjadi tontonan, namun harus dapat menjadi tuntunan.
Pagelaran wayang kulit berlangsung meriah namun penuh makna. Ki Sigid menyisipkan unsur humor dalam beberapa adegan selain nasehat dan kritik lewat dialog tokoh punakawan sehingga lebih mengena dan tidak terkesan menggurui. Dialog dengan beberapa dalang yang hadir turut memeriahkan pagelaran.
Penampilan Ki Sigid Aryanto ini, mirip dengan almarhum dalang Ki Seno Nugroho, lewat dialog tokoh Bagong saat menyampaikan nasehat dan kritik. Hal ini tidak lepas dari transformasi ilmu saat Ki Sigid Aryanto nyantrik kepada almarhum dalang Ki Seno Nugroho. Bahkan keduanya beberapa kali menggelar pagelaran bersama dalam saru pakeliran.
Kehadiran karawitan Cakraningrat menambah kemeriahan pagelaran wayang kulit lewat gending - gending yang mengiringi waranggana sepanjang pentas. Dengan tembang - tembang yang tidak hanya menghibur, pagelaran ini juga berisi pesan moral bagi penonton seperti untuk selalu ingat kepada Tuhan dan berbuat baik kepada sesama manusia.
Tidak heran bila penonton enggan beranjak dari lokasi hingga pagelaran selesai. Bahkan setelah pentas usai beberapa penonton menyempatkan diri foto bersama Ki Sigid Aryanto dan beberapa dalang yang hadir. Karena masyarakat sudah cukup lama menanti kembali digelarnya pagelaran wayang kulit.
Untuk mengobati kerinduan penggemar wayang kulit. Slamet selaku ketua PWKS memastikan, akan menggelar pagelaran wayang kulit secara berkala. Selain menggunakan dana hasil dari chanel PWKS, beberapa donatur juga sudah bersedia memberikan dukungan dana. (*)
Apa Reaksi Anda?