Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh Vol 7 Digelar, Edukasi Petani Atasi Perubahan Iklim
Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) menggelar Pelatihan Sejuta Petani dan Penyulu dengan tema Pertania ...
TIMESINDONESIA, MALANG – Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) menggelar Pelatihan Sejuta Petani dan Penyulu dengan tema Pertanian Ramah Lingkungan, Rabu (26/7) - Jumat (28/7) di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Pelatihan untuk petani dan penyuluh ini merupakan volume yang ke 7. Dan diikuti oleh setidaknya 1,8 juta petani dan penyuluh yang ada di seluruh Indonesia, baik yang hadir secara langsung maupun secara daring.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, saat memberikan sambutan secara daring mengatakan, kunci untuk meningkatkan mutu dan produktivitas pertanian terletak pada sumber daya manusia pertanian, yaitu petani dan penyuluh.
"Apabila maju SDM kita, maka maju pula sektor pertanian. Kalau SDM pertanian memiliki kemampuan yang mumpuni maka pertanian maju, mandiri dan modern juga dapat dicapai," kata Mentan Syahrul.
Menyikapi perubahan iklim tak menentu, lanjut Mentan, pelaku pertanian dituntut membuat pertanian agar lebih ramah lingkungan sekaligus berdapatasi dengan fenomena alam lainnya, sehingga produktivitas dan keragaman komoditi pertanian bisa dicapai.
Mentan Syahrul mengatakan, peningkatan produksi pertanian harus berbasis keberlanjutan dengan menjaga ekosistem agar tetap sehat dan menghindari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.
Pertanian ramah lingkungan juga sejalan dengan pertanian berkelanjutan yang merupakan implementasi dari RPJMN Prioritas Nasional (PN) 6 tentang membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim, serta pembangunan rendah karbon.
"Bentuk-bentuk penerapan pertanian ramah lingkungan antara lain pertanian cerdas iklim (Climate Smart Agriculture/CSA), pertanian terintegrasi (integrated farming), serta pertanian organik," imbuh dia.
Sementara itu, Kepala BPPSDMP Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi di lokasi acara mengatakan, banyak tanah yang rusak akibat para petani terlalu berlebihan dalam menggunakan pupuk kimia. Untuk itu, para petani harus diedukasi untuk dapat menerapkan pertanian ramah lingkungan.
Dedi mengatakan pertanian ramah lingkungan merupakan sistem pertanian yang mengelola seluruh sumber daya pertanian dan input usaha tani secara bijak, berbasis inovasi teknologi untuk mencapai produktivitas berkelanjutan dan secara ekonomi menguntungkan dan berisiko rendah.
Selain itu, pertanian ramah lingkungan merupakan teknik pertanian yang dalam pelaksanaannya menggunakan mikroorganisme menguntungkan serta bahan organik sehingga agroekosistem menjadi seimbang baik di bawah tanah maupun di atas tanah.
Dedi menjelaskan petani sering menggunakan pestisida maupun pupuk kimiawi yang berlebihan dan berakhir pada hancurnya lingkungan yang kembali lagi berakibat pada pertanian.
"Pengelolaan pertanian secara berlebihan dan ugal ugalan menyebabkan tanah kita hancur, udara hancur, air hancur dan lingkungan kita hancur, " kata dia.
Bahkan, kata Dedi, residu pestisida dan residu pupuk kimia yang berlebihan akan semakin berbahaya, jika tertinggal atau terdapat pada produk pertanian yang berakibat munculnya penyakit degeneratif dan kanker.
Untuk kembali menyadarkan dan mengubah mindset petani akan pertanian ramah lingkungan, maka perlu didukung dengan peningkatan kompetensi dan kapasitas para petani dan penyuluh melalui pelatihan, salah satunya Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh.
Kurikulum Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh meliputi kebijakan pengembangan pertanian ramah lingkungan, landscaping lahan pertanian, teknologi konservasi tanah dan air, penerapan Integrated Farming sistem skala kecil dan industri, pemprosesan pestisida organik, pengenalan perencanaan usaha tani berbasis ekonomi sirkular.
Narasumber Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh berasal dari Badan PPSDMP dan narasumber lainnya berasal dari BSIP: Yayasan Inisiatif Indonesia Biru Lestari (WAIBI), Praktisi, serta Widyaiswara BBPP Ketindan.
"Kita ciptakan kemandirian petani untuk menciptakan pestisida nabati dan pupuk organik sendiri. Teknologi sendiri sebenarnya sudah ada dan dikuasai petani bahkan penyuluh. Tinggal bagaimana menggerakkan untuk kembali ke pertanian ramah lingkungan," ajak Dedi.
Mengenai keberlanjutan perilaku petani untuk kembali ke pertanian ramah lingkungan, Dedi menjelaskan dengan peranan penyuluhan yang harus dilakukan kesinambungan bisa untuk mengubah mindset petani, dari mengerti dan memahami, mau berubah kemudian mampu implementasikan pertanian ramah lingkungan. Tentunya dengan didukung oleh semua pihak stakeholder pertanian. (*)
Apa Reaksi Anda?