Menilik Ritual Saulak Tujuh Bulanan Khas Suku Mandar di Banyuwangi

Tak salah jika orang menyebut Kabupaten Banyuwangi adalah tiruan dari Indonesia. Sebab di Bumi Blambangan juga punya adat tradisi Suku Mandar Sulawesi Barat yaitu Ritual ...

Mei 20, 2023 - 01:10
Menilik Ritual Saulak Tujuh Bulanan Khas Suku Mandar di Banyuwangi

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Tak salah jika orang menyebut Kabupaten Banyuwangi adalah tiruan dari Indonesia. Sebab di Bumi Blambangan juga punya adat tradisi Suku Mandar Sulawesi Barat yaitu Ritual Saulak tujuh bulanan, yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Kampung Mandar Banyuwangi.

Apa itu ritual Saulak tujuh bulanan?. Ritual ini dilakukan oleh seorang istri yang sedang hamil pada usia kandungan 7 bulan.

Upacara adat ini diyakini oleh masyarakat Suku Mandar sebagai bentuk pembersihan atau pensucian diri, sebelum dilakukan persalinan. Hal tersebut dimaksudkan agar Ibu, calon anak dan keluarga dijauhkan dari malapetaka atau balak dengan dampingan dan perlindungan dari leluhurnya.

Ritual Saulak adat Mandar sendiri ada tiga macam. Yang pertama Saulak Khitan dengan ditujukan pada anak yang akan dikhitan atau disunat. Lalu ada Saulak Nikah, yang dilaksanakan sebelum pasangan keturunan suku Mandar hendak melangsungkan pernikahan. Dan terakhir adalah Saulak tujuh bulanan. 

Untuk melaksanakan ritual Saulak Tujuh Bulanan ada beragam seserahan yang harus dilengkapi supaya ritual berjalan lancar tanpa kendala. Diantaranya adalah Dupa, lampu kecil atau Colok, kain mandar yang disebut Lipak Mandar, Selekbassih atau keris, tombak atau Pokebandarang, kelapa gading atau Ajaro, pisang raja atau Lopak, Tawak-tawak atau gelas kecil 2 buah, ayam kampung muda bulu hitam, Telur ayam Kampung, beras kuning, payung hitam, alat tenun mandar, bunga 3 warna yaitu mawar, kenanga dan kantil, Adde Limah atau nasi kecil dibentuk kerucut yang dibungkus daun waru dan yang terakhir adalah Minyak Mandar.

Pemimpin ritual Saulak disebut Passili. Saat ini yang menjadi Passili di Kampung Mandar Banyuwangi adalah Puang Dahliana Daeng Kebo', yang merupakan keturunan dari Puang Daeng Kapitan Galak, pemimpin pertama suku Mandar yang mendiami Bumi Blambangan.

Dijelaskan oleh Ketua Adat Kampung Mandar, Puang Faizal Riezal Daeng Galak, yang juga anak dari Puang Dahliana Daeng Kebo', jika untuk pelaksanaanya sendiri ada beberapa tahapan. Jika ada yang terlewat, atau hati dan pikiran perempuan hamil tersebut masih ada masalah mengganjal, maka ritual bisa saja gagal.

"Jadi saat sang ayah mertua perempuan hamil tersebut menyeret nampan yang berisi seserahan seraya dipayungi hitam diperut buncitnya, tidak akan bisa terlepas atau nempel sampai apa yang menjadi masalah itu terselesaikan," jelas Faizal yang akrab disapa Ecang, Jumat (19/5/2023).

Setelah semua syarat lengkap, saat pelaksanaan perempuan hamil tersebut akan dikelilingi oleh 7 orang kerabat termasuk suami dan Passili. Pertama-tama Passili akan memimpin doa untuk meminta keselamatan kepada tuhan dan para leluhur.

Lantas prosesi dimulai dengan menempel dicobok, yaitu telur ayam kampung yang  dimasukkan dalam Minyak Mandar, pada kepala, leher, perut hingga kaki perempuan hamil yang berbaring.

Dilanjut dengan meletakkan seserahan dalam nampan yang telah didoakan, lalu ditancapkan colok, dan diputar tiga kali secara estafet oleh 7 orang yang mengelilingi. 

Prosesi selanjutnya akan menjadi mendebarkan bila terjadi kegagalan. Karena jika gagal, seserahan yang ditaruh diatas perut perempuan hamil itu akan lengket menempel. Jika berhasil, ritual dilanjutkan dengan menarik 3 Lipak Mandar yang menjadi sabuknya, kemudian dioles oleh minyak khas mandar.

Pada prosesi akhir ritual, si bumil dimandikan dengan air bunga 3 rupa, diusap air kelapa gading, sembari diluluri tumbukan kunyit, kemudian Ia akan menginjak telur ayam kampung.

Langkah selanjutnya yakni melarung semua seserahan ritual tadi ke laut. Sebagai wujud syukur karena memang Suku Mandar terkenal akan kepercayaan maritimnya.(*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow