Menggambar Masa Depan Studi Islam, FAI Unisla Gelar International Stadium General
Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Lamongan (Unisla) menggelar International Stadium General dengan tema "Quo Vadis Studi Islam? Menjawab Tantangan Membangun Islam Masa Depan",
TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Lamongan (Unisla) menggelar International Stadium General dengan tema "Quo Vadis Studi Islam? Menjawab Tantangan Membangun Islam Masa Depan", yang berlangsung di Auditorium Pascasarjana Unisla lantai 3.
International Stadium General ini menghadirkan Prof. Dr. Muhammad Ibrahim Al Asyamawi, Guru Besar Ilmu Hadits Universitas Al Azhar Kairo Mesir.
Selain itu juga turut hadir Rektor Unisla, Wakil Rektor III, Dekan FAI, Wakil Dekan FAI, serta Kaprodi FAI dan 100 mahasiswa FAI Unisla sebagai peserta.
Dalam sambutannya, Rektor Unisla, Dr Abdul Ghofur, menyambut antusias kehadiran Prof. Dr. Muhammad Ibrahim Al Asyamawi dalam acara ini.
Di kesempatan ini Ghofur mengajak mahasiswa FAI Unisla untuk ikut mengembangkan suasana akademik di lingkungan kampus dengan menghadiri kegiatan-kegiatan ilmiah.
Menurut Ghofur berharap Internasional Stadium General yang digagas FAI Unisla dapat dilakukan secara lebih sering, sehingga atmosfer akademik yang baik dapat menumbuhkan kualitas lulusan.
Sementara itu Dekan FAI Unisla, Dr Hepi Ikmal, menanggapi positif International Stadium General ini sebagai upaya mendekatkan mahasiswa kepada wacana keilmuan yang relevan.
Hepi berharap mahasiswa FAI dapat merefleksikan isi materi yang disampaikan oleh narasumber yang kompeten.
Sedangkan Prof Muhammad Ibrahim dalam materinya memberikan gambaran tentang orientasi kajian ke-Islaman masa depan.
Prof Muhammad Ibrahim nekankan pentingnya pelajar muslim untuk menjaga keseimbangan antara pembelajaran agama dan pengetahuan umum.
Selain itu, Prof Muhammad Ibrahim juga menyoroti pentingnya mempelajari ilmu dari sumber yang kompeten, mengingat banyaknya informasi yang tidak terkualifikasi yang tersebar di media sosial dan minta peserta mempelajari ilmu kapada ahlinya.
Menurutnya hari ini banyak yang bisa memberikan pengetahuan tanpa dilandasi dengan keahlian yang mumpuni. Prof Muhammad Ibrahim mencontohkan perkebangan media sosial seperti Youtube, yang semua manusia bisa menyampaikan pendapatnya tanpa ada klasifikasi ia kredibel atau tidak, karenanya Prof Muhammad Ibrahim berpesan agar tidak salah memilih guru dak salah sampai salah memilih guru.
Prof Muhammad Ibrahim berpesan supaya pelajar tidak bersikap ektrim dalam beragama. Karena agama yang diajarkan nabi adalah agama dengan kasih sayang. Yang melahirkan nilai-nilai kemanusiaan. (*)
Apa Reaksi Anda?