Melalui HPDC 2022, Kenali dan Pahami Proses Gambar Bebas pada Anak
Free drawing atau menggambar bebas ternyata memiliki manfaat dan dampak positif bagi anak khususnya anak yang masih berusia 2-4 tahun. Biasanya anak diusai tersebut mulai ...
TIMESINDONESIA – Free drawing atau menggambar bebas ternyata memiliki manfaat dan dampak positif bagi anak khususnya anak yang masih berusia 2-4 tahun. Biasanya anak diusai tersebut mulai menggambar bebas dengan coretan yang tidak beraturan.
Psikolog dari @thelittlewisdom_id, Reti Oktania, M.Psi., mengatakan, gambar bebas dalam bentuk coretan yang tidak beraturan pada anak berusia 2-4 tahun ini merupakan cara anak mengekspresikan dirinya.
Meskipun belum memiliki nilai estetika dan juga bentuk yang jelas, Reti Oktania, M.Psi., menerangkan bahwa anak usai tersebut merasa puas dengan hasil gambarnya tersebut. Ia menjelaskan dalam tahap ini, orang tua tidak perlu mengkritik hasil karya anak.
“Tidak perlu mengkritik dan mengkoreksi anak ditahap ini. Motivasi anak untuk terus berkarya dan perluas wawasannya dengan melihat banyak jenis gambar,” kata Reti Oktania dalam kegiatan konferensi pers HiLo School Poster Drawing Competition (HPDC) 2022 di The Akmani Hotel Jakarta pada Kamis (9/3/2023).
Reti menjelaskan, ketika anak sudah memasuki usia 4 sampai 7 tahun, biasanya gambar bebas yang dilakukan oleh anak sudah mulai ada skema meskipun masih dalam tahap belajar. Usia tersebut, lanjut Rita, sudah mulai konsisten dalam menggambar.
“Kalau gambar orang, pasti sering lihat tuh kalau gambarnya stickman. Setiap gambar orang kayak gitu. Kalau gambar, ini gambar aku, mama papa yang bentuknya sama semua. Nah ini dia (anak) sudah ketemu polanya dia seperti apa dan yang biasa dia gambar, itu yang sering dia jumpai,” terangnya.
Dalam usia tersebut, Rita menerangkan tugas orang tua adalah mulai mengeksplorasi dan penasaran sama karya anak seperti bertanya lihat gambar tersebut dari mana?, idenya dari mana?.
Jadi di masa ini, kita sudah penasaran dan tanyakan anak darimana idenya, kok bisa kepikiran dia menggambar seperti itu hal tersebut mengasah pola pikir saat nanti anak berkarya di usia yang lebih matang, dia tahu 'why'nya. Bukan hanya berkarya seni tapi apapun yang dia bikin, dia tahu kenapa dia menghasilkan hal itu,” terangnya.
Rita mengungkapkan, diumur 7 sampai 9 tahun, anak sudah mulai menggambar dengan skema gambar yang konsisten dan mulai menunjukkan detail yang unik yang merepresentasikan pengetahuannya akan obyek yang ia gambar.
“Dalam tahap ini peran orang tua untuk menambah wawasan dan mengajak anak mengobservasi detail-detail obyek yang ia jumpai sehari-hari. Diskusi mengenai tema gambar yang ia hasilkan, bukan hanya menamai obyek yang ia gambar,” ungkapnya.
Terakhir pada usia 9 sampai 12 tahun, Rita menuturkan, anak menggambar bukan hanya sebatas menuangkan ide atas skema yang ia temui sehari-hari tetapi juga sebagai wadah kreativitas. Pada fase ini, anak sudah mulai frustasi saat hasil karyanya tidak sesuai yang ia harapkan.
Rita menyampaikan pada fase ini, orang tua harus memiliki metode Validasi, Empati dan Support (VES). Validasi dalam hal ini menyebutkan emosi anak seperti strees, pusing, kesal dan marah.
“Empati disini bukan seperti empati ke orang dewasa, empatinya cukup dengan bilang, mama ngerti, papa ngerti kalau kamu stres, udah gitu aja cukup,” ucapnya.
“S nya, Support anak dengan tanya apa yang bisa orang tua bantu. Jadi tidak masalah untuk istirahat sebentar dalam berkarya, lakukan VES kalau anak lagi susah,” sambungnya.
Manfaat menggambar bebas
Rita menjelaskan, beragam manfaat bagi anak jika diberikan kesempatan untuk menggambar secara bebas (free drawing). Tidak hanya mampu meningkatkan kreativitas, namun anak juga dapat belajar banyak hal.
“Mulai dari belajar sebab-akibat, sarana mengekspresikan diri, meningkatkan kemampuan motorik, hingga memungkinkan mereka untuk menuangkan ide dengan lebih dari satu cara,” jelasnya.
Rita membeberkan, proses dan hasil karya anak bermula dari pengalamannya dalam mengenali lingkungan sekitar. Dalam hal ini, orang tua berperan penting untuk mengoptimalkan pengalaman yang positif bagi anak.
“Mulai dari bagaimana menjaga kesejahteraan diri mereka, termasuk dengan mengkonsumsi makanan minuman bernutrisi, serta menciptakan lingkungan sehat yang berkelanjutan dan aman untuk perkembangan kemandirian anak,” tandasnya.
HiLo School Poster Drawing Competition (HPDC) 2022
Kegiatan HPDC 2022 ini diikuti oleh 84.854 partisipan dari 270 sekolah dasar (SD) yang tersebar di 28 Provinsi yang ada di Indonesia.
Dengan mengusung tema utama ini, HiLo School berupaya mengembangkan kreativitas dan kemampuan anak-anak sekolah dasar dalam menyampaikan ide dan ini bukan sekedar kompetisi menggambar biasa, program ini juga menjadi ajang untuk HiLo School dapat mengedukasi gaya hidup sehat dan hijau kepada peserta, sejalan dengan kampanye Sekolah Sehat dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) serta mendukung upaya Sustainable Development Goals (SDGs).
Adapun kriteria penilaian terdiri dari kemampuan menggambar, pesan yang disampaikan dari hasil karya, kreativitas karya dan originalitas. Berikut daftar pemenang HPDC 2022:
Kategori kelas 1-3
• Albert Ryan – SD Penabur X
• Oryza Sativa – SDN 04 Medan
• Anak Agung Gede Krisna Adi Nugraha – SD Negeri 3 Pejeng Kangin
• Elgiva Cheryl – SD Pelita Cemerlang
• Rahma Nabila Zahrani – SD Al-Azhar Syifa Budi Cibinong
Kategori Kelas 4-6
• Arcelia Aubrey Oliviarosa – SD Strada Nawar Bekasi
• Imania Alisha Elvina – SDN Kebonsari 1 Tuban
• Ghaisan Azka Pradana S – SDN 1 Tanjung
• Selda Friska Sabrina – Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Jombang
• Khayla Putri Nafani – Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Malang
Apa Reaksi Anda?