Makanan Khas Jadi Menu Favorit Syawalan Warga Bojonegoro di Yogyakarta

Halal Bihalal dan temu paseduluran warga Bojonegoro yang tinggal dan menetap di Daerah Istimewa Yogyakarta berlangsung meriah. ... ...

Mei 14, 2023 - 07:00
Makanan Khas Jadi Menu Favorit Syawalan Warga Bojonegoro di Yogyakarta

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Halal Bihalal dan temu paseduluran warga Bojonegoro yang tinggal dan menetap di Daerah Istimewa Yogyakarta berlangsung meriah. Ratusan warga asal Bumi Angling Dharma larut dalam kegembiran saat bertemu dengan sesama perantuan sekaligus dapat menikmati menu makanan khas Bojonegoro.

Menu makanan khas itu antara lain nasi jagung, sayur asem klentang, mangut ikan P, sayur lodeh kluweh, sayur menir, pepes pindang, bothok mlandingan, sambel ale, dan pelas. Ada pula waluh kukus, kucur, singkong rebus, tape ketang hitam dan lain sebagainya.

“Alhamdulillah, akhirnya bisa menikmati sayur menir klentang setelah sekian tahun,” kata Suwarsono Muhammad yang merupakan Ketua Badan Wakaf UII ini.

Suwarsono mengusulkan, pertemuan Pakurojo tidak hanya diadakan saat syawal. Namun, ia mengusulkan agar dapat diselenggarakan setidaknya enam bulan sekali. Hal itu bertujuan agar warga Pakurojo dapat saling mengenal antar satu sama yang lain.

“Jangan nunggu satu tahun lagi untuk mengadakan acara. Enam bulan lagi perlu diadakan acara lagi, menu makanan khas Bojonegoro lagi,” tandas Suwarsono.

Selain menikmati makanan khas Bojonegoro, warga rantauan yang tergabung dalam Paguyuban Keluarga Bojonegoro Jogjakarta (Pakurojo) dan Ikatan Mahasiswa Bojonegoro Jogja (Imago) tersebut bersalam-salaman. Hal ini dilakukan mengingat masih dalam nuansa Syawal 1444 Hijriah/Tahun 2023.

Tak hanya itu, para anggota Pakurojo juga menggelar doa bersama yang ditujukan kepada para pendiri dan anggota Pakurojo yang sudah meninggal. Doa dipimpin oleh KH Dimhari Noor Hasyim, Pengasuh Pondok PesantrenTahfidz Latifah Mubarakiyah yang berlokasi di Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

“Semoga, para pendiri dan anggota Pakurojo yang sudah tiada mendapat tempat layak disisiNya dan diampuni segala dosa-dosanya,” terang alumni UGM ini.

Kerinduan masakan khas Bojonegoro juga dirasakan oleh Gatot Supangkat. Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UMY ini mengaku senang dengan adanya festival masakan khas Bojonegoro.

“Pertemuan ini sangat istimewa dan matoh. Sebab, tidak hanya dapat bertemu dengan sesama rantuan, tetapi kita dapat bersama-sama menikmati masakan khas Bojonegoro yang uenak, istimewa,” terang pria yang juga menjabat sebagai pengurus PP Muhammadiyah ini.

Ketua Pakurojo, Ahmad Zainal Fanani menyampaikan terima kasih kepada para sesepuh pendiri dan anggota Pakurojo yang telah menyempatkan waktu dalam pertemuan syawalan tahun 2023. Pertemuan ini menjadi momentum istimewa bagi warga Bojonegoro yang berada di Yogyakarta. Sebab, setelah tiga tahun lebih tidak dapat menyelenggarakan Syawalan Halal Bihalal karena ada pandemi Covid-19, tahun ini dapat terlaksana acara syawalan.

“Di sini tidak ada acara formal. Silahkan dinikmati, makanan yang telah dimasak sendiri oleh warga Bojonegoro yang ada di Jogja. Sebagian bahan-bahan makanan langsung kami datangkan dari Kabupaten Bojonegoro,” terang mantan Ketua Umum PGRI DIY ini.

Selain menjadi ajang pertemuan sesama rantauan, pertemuan tersebut menjadi ajang pengenalan kepada para mahasiswa Bojonegoro yang sedang studi di Yogyakarta. Dengan pertemuan tersebut, para mahasiswa dapat mengetahui siapa saja warga Bojonegoro menetap di Yogyakarta.

“Insya Allah, acara semacam ini akan sering kita lakukan. Nostalgia makanan khas Bojonegoro karena ada banyak anggota Pakurojo yang mungkin sudah lama sekali tidak pulang ke Bojonegoro,” pinta dosen IKIP PGRI ini. 

Kegiatan Syawalan dan Temu Paseduluran warga Bojonegoro semakin meriah dengan adanya live painting oleh tiga seniman Bojonegoro yang tinggal di Yogyakarta. Mereka adalah Agus Tomin yang merupakan seniman lukis, Masbukin dan Syofiudin yang merupakan seniman kaligrafi.

Juga ada pameran buku karya dosen asal Bojonegoro yaitu Dr Lutfi Muta’ali yang merupakan Dosen Geografi UGM dan Penemu Metode Membaca Al quan yaitu Qurani. Kemudian kerajinan batik Jumput oleh Cholid.

Sejumlah pendiri Pakurojo hadir seperti Soedjono dan Mahawan. Sedangkan tokoh lainnya seperti Prof Sudarsono yang merupakan Ketua Senat IST Akprind Yogyakarta, Dosen UIN Sunan Kalijaga Muhammad Jamil, dan Dosen UMY Djuhari. Sedangkan Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof Al Makin berhalangan hadir karena ada kegiatan mendadak.

Yang tak kalah penting mengundang antusias warga adalah adanya kegiatan pemeriksaan dan pengobatan gratis. Dalam kegiatan sosial ini, Pakurojo menggandeng RS JIH, MUKL PT Jasa Raharja, dan Kimia Farma Apotek.

“Pengobatan gratis tersebut tidak hanya untuk warga Pakurojo tapi juga untuk warga masyarakat yang ada di sekitar lokasi acara Syawalan Pakurojo ini,” terang Fanani di Halal Bihalal dan temu paseduluran warga Bojonegoro. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow