Kisah Inspiratif Tunggul Harwanto, Sosok Penggerak Aksi Geng Motor Berbagi Buku ke Pelosok Banyuwangi
Tunggul Harwanto, seorang pria kelahiran tahun 1987, muncul sebagai contoh nyata keberanian dan tekad untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, meskipun bera ...
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Tunggul Harwanto, seorang pria kelahiran tahun 1987, muncul sebagai contoh nyata keberanian dan tekad untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, meskipun berasal dari latar belakang yang mungkin tidak biasa. Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi saksi bisu perubahan signifikan yang dibawa oleh Tunggul.
Kisah inspiratif ini dimulai pada tahun 2014, ketika Tunggul memutuskan untuk memutar haluan hidupnya dan menjadi agen perubahan dunia literasi di daerahnya.
Pada saat itu, ia menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengangkat taraf hidup masyarakat, terutama di daerah terpencil seperti Bumi Blambangan. Dengan tekad kuat dan keyakinan bahwa semua orang berpotensi memberikan dampak positif, Tunggul memulai inisiatif luar biasa ini.
Geng motor yang dulunya dikenal karena aktivitas yang tidak selalu positif, diubah oleh Tunggul menjadi kelompok yang bersemangat untuk menyebarkan ilmu.
Tunggul Harwanto bersama komunitas motor menyebar buku di pelosok desa Banyuwangi. (FOTO: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)
Keberanian Tunggul dalam memimpin perubahan ini patut diacungi jempol. Melalui kolaborasi dan semangat positifnya, Tunggul berhasil mengajak anggota geng motor untuk terlibat dalam aksi mulia, yaitu menyebarluaskan ilmu melalui distribusi buku ke pelosok desa.
Tidak mudah untuk mengubah stigma negatif yang melekat pada geng motor, namun Tunggul memperlihatkan bahwa keberanian dan tekad dapat merubah paradigma. Mereka yang sebelumnya dianggap sebagai gangster kini menjadi agen perubahan literasi yang membantu meningkatkan akses pendidikan di wilayah-wilayah yang terpinggirkan.
“Tujuan saya sangat sederhana, mendorong buku-buku agar sampai ke pelosok desa dan memberikan kesempatan kepada anak-anak di daerah terpencil untuk memiliki akses dengan mudah terhadap ilmu pengetahuan,” kata Tunggul yang juga sebagai Ketua Rumah Literasi Indonesia, Senin (4/12/2023).
Menyadari bahwa mendistribusikan buku ke pelosok desa bukanlah tugas yang mudah dan memerlukan sumber daya yang cukup besar, Tunggul Harwanto tidak menyerah begitu saja.
Pria yang telah menamatkan studi di Program Studi Kedokteran Keluarga, Universitas Sebelas Maret Surakarta, ini memiliki kecerdasan untuk melihat peluang di tempat yang tidak biasa.
Pada suatu hari, ketika Tunggul merenung tentang bagaimana ia bisa menjalankan inisiatif literasi ini dengan efisien, pandangannya tertuju pada sekelompok komunitas yang mungkin tidak lazim untuk dihubungkan dengan dunia literasi: geng motor. Meskipun sering diidentifikasi dengan kegiatan yang kontroversial, Tunggul melihat potensi positif dalam keberadaan mereka.
Dengan tekad dan keyakinan bahwa setiap kelompok masyarakat memiliki potensi untuk berkontribusi, Tunggul memutuskan untuk mengambil langkah besar. Ia mendekati komunitas geng motor tersebut dan mengajukan ide brilian untuk berkolaborasi dalam aksi sosial tersebut.
Salah satu komunitas motor yang turut membantu Rumah Literasi Indonesia dalam menyebarkan buku ke pelosok Bumi Blambangan. (FOTO: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)
Keputusan Tunggul untuk bekerjasama dengan komunitas geng motor membuktikan bahwa ide-ide brilian dapat muncul dari tempat yang tidak terduga. Alih-alih menganggapnya sebagai hambatan, Tunggul melihat peluang untuk mengubah pandangan dan menciptakan dampak positif yang lebih besar dalam masyarakat.
“Pertama kali kami berkolaborasi dengan komunitas motor Yamaha N Max di Banyuwangi, untuk menebar buku,” ujarnya.
Antusiasme yang meluap dari anak-anak di hadapan kehadiran buku-buku yang disebarkan oleh Tunggul Harwanto menjadi sumber kegembiraan yang tak terhingga. Mata mereka berbinar-binar ketika meraih setiap buku, seolah membawa mereka masuk ke dunia yang penuh pengetahuan. Tunggul dapat merasakan getaran positif dan semangat baca yang tumbuh di tengah mereka, sesuatu yang melebihi ekspektasinya.
Senang melihat dampak positif yang dihasilkan oleh inisiatif literasinya, Tunggul tidak berhenti pada penyebaran buku saja. Ia memahami bahwa pembelajaran tidak selalu harus terjadi di dalam kelas dan dapat bersifat menyenangkan. Oleh karena itu, sebagai bagian dari upaya mereka untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan, Tunggul dan timnya tidak hanya menyumbangkan buku, tetapi juga permainan edukasi dan tradisional.
Dengan langkah ini, Tunggul ingin memastikan bahwa setiap anak memiliki akses tidak hanya pada pengetahuan, tetapi juga pada pengalaman belajar yang menyenangkan. Permainan edukasi dan tradisional bukan hanya alat untuk mengembangkan keterampilan kognitif, tetapi juga sarana untuk memupuk rasa kebersamaan dan kegembiraan dalam proses belajar.
“Minimal kami dalam satu tahun, jika tanpa dukungan perusahaan bisa mendistribusikan 1.000 sampai 5.000 buku. Tapi jika ada dukungan dari perusahaan lebih dari itu,” terangnya.
Mengenai motivasinya, Tunggul menyebut bahwa kepedulian dari pihak-pihak yang mendukungnya menjadi pendorong utama. Mereka menyadari bahwa akses terhadap buku-buku terbatas dan hal tersebut menjadi motivasi besar baginya untuk terus bergerak. Bahkan, ia juga pernah mendapat bantuan dari Jack Ma sebesar 10.000 buku untuk didistribusikan ke pelosok desa.
"Saya sangat percaya bahwa ketika wawasan anak-anak tumbuh, keterampilan mereka akan meningkat, dan mereka akan mampu menghasilkan karya yang bermanfaat. Ilmu dan pengetahuan baru adalah kunci untuk masa depan yang lebih baik,” cetusnya.
Sebagai informasi, gerakan menyebar buku ke pelosok ini merupakan program dari Yayasan Rumah Literasi Indonesia yang dinahkodai oleh Tunggul, yang disebut sebagai program bookbuster.
Selain Bookbuster, Yayasan Rumah Literasi Indonesia masih memiliki 8 program lainnya yaitu, Gerakan 1000 Rumah Baca, Inspirasi Sekolah Literasi, Voluntary Capacity Building, Literasik, Puplic Engagement, Content Creator, Imaji Cinema, Creatif Production dan Management System Information.
Melalui keberanian dan dedikasinya, NS. Tunggul Harwanto MKes patut untuk diacungi jempol dan layak untuk ditiru. Pasalnya, program yang telah ia buat mampu membuka pintu akses pendidikan ke pelosok desa Banyuwangi. (*)
Apa Reaksi Anda?