Kabupaten Banyuwangi Punya Tradisi Berwisata Sejak Zaman Leluhur

Berbicara tentang sektor pariwisata di Banyuwangi, Jawa Timur, yang kian moncer ternyata sudah menjadi hal wajar. ...

Mei 2, 2023 - 20:10
Kabupaten Banyuwangi Punya Tradisi Berwisata Sejak Zaman Leluhur

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Berbicara tentang sektor pariwisata di Banyuwangi, Jawa Timur, yang kian moncer ternyata sudah menjadi hal wajar. Ternyata usut punya usut, kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Jawa ini, memiliki peninggalan tradisi berwisata sejak zaman leluhur. Lalu, tradisi apakah itu?

Ya, tradisi tersebut adalah Puter Kayun yang merupakan budaya masyarakat Kelurahan Boyolangu, Banyuwangi. Kegiatan ini digeber setiap tanggal 10 Syawal atau tepatnya pada hari ke-10 lebaran. Warga setempat melakukan pergi ke Watu Dodol dengan menaiki delman. 

Awalnya, kegiatan ini adalah tradisi para kusir delman setelah Hari Raya Idul Fitri bersama keluarga. Pasalnya, pada zaman dahulu mayoritas masyarakat Boyolangu bekerja sebagai kusir.

Kemudian, disetiap H+1 sampai H+7 lebaran, delman-delman mereka disewa oleh warga Bumi Blambangan untuk keliling. 

Para kusir yang kebanjiran order dan tidak sempat mengajak keluarga berekreasi selama lebaran.

Akhirnya, mereka mengajak keluarga untuk berwisata ke pantai yang berada di Jalan Raya Banyuwangi-Situbondo, Desa Bangring, Kecamatan Kalipuro, yakni Pantai Watu Dodol. 

Kekompakan para kusir ke pantai yang berjarak sekitar 18 Km dari rumahnya membuat keunikan sendiri.

Selain itu, tradisi ini juga menjadi sarana mempererat tali silaturahmi dan kerukunan antar warga.

Cerita dari masyarakat sekitar, Puter Kayun juga menjadi cara untuk mengenang jasa perjuangan leluhur mereka.

Kala itu, Ki Martojoyo atau biasa dikenal Buyut Jakso yang merupakan leluhur warga Boyolangu dinilai telah memberikan banyak peninggalan dan manfaat yang saat ini bisa dirasakan oleh masyarakat.

Ketua Panitia Puter Kayun, Slamet Dharmadi menyapaikan, bahwa Buyut Jakso adalah leluhur yang mampu membuka jalan di sebelah utara Bumi Blambangan. Pasalnya, dahulu disana terdapat gundukan batu yang menutup jalan dan tidak bisa dibongkar. Kemudian, Buyut Jakso bersemedi di Gunung Silangu yang sekarang jadi Boyoloangu. Berkat beliaulah Watu Dodol yang sekarang berada di tengah-tengah jalan bisa dibongkar.

“Jadi Puter Kayun sebagai napak tilas masyarakat Boyolangu untuk mengenang jasa perjuangan Buyut Jakso,” Kata Slamet sapaan akrabnya pada TIMES Indonesia, Senin, (1/5/2023).

Dia menyebutkan, bahwa tradisi ini sudah melekat dan ada sekitar ratusan tahun silam. Saat ini, pihaknya bersama warga Boyolangu meneruskan tradisi peninggalan leluhur.

“Secara garis besar tradiri Puter Kayun sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kegiatan ini sudah dilakukan turun-temurun setiap tahunnya,” jelasnya.

Sebelum ke puncak acara Puter Kayun, terdapat beberapa tradisi lain yang dilakukan oleh masyarakat Boyolangu. Diantaranya seperti ziarah makam, tasyakuran hingga pawai budaya.

Tepat pada puncak acara, warga setempat berbondong-bondong secara beriringan dengan menunggang delman atau dokar untuk menuju kawasan Pantai Watu Dodol. Setelah sampai mereka menggelar tasyukuran lagi dengan makan bersama sekaligus menikmati keindahan di sekitar pantai. Kemudian, mereka kembali kerumah masing-masing secara teratur. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow