Jelang Pemilu, Banyak Politisi Memperbaiki Skill Komunikasi Lewat Sekolah Kepribadian

ersonal branding dan citra diri merupakan hal mutlak bagi seorang figur publik. Terutama para politisi dan birokrat jelang Pemilu 2024 mendatang.  ...

April 13, 2023 - 17:40
Jelang Pemilu, Banyak Politisi Memperbaiki Skill Komunikasi Lewat Sekolah Kepribadian

TIMESINDONESIA, SURABAYA – ersonal branding dan citra diri merupakan hal mutlak bagi seorang figur publik. Terutama para politisi dan birokrat jelang Pemilu 2024 mendatang. 

Demikian ungkap Direktur Internasional John Robert Powers, Indayati Oetomo. Selama 39 tahun berdiri, sekolah ini sudah berhasil membentuk kepribadian ribuan siswa termasuk di antaranya para tokoh politik di Indonesia. 

"Banyak dari anggota partai yang ikut kita, tetapi kita tidak bisa sebut karena kita menjaga kerahasiaannya," ungkap Indayati Oetomo, Kamis (13/4/2023). 

Mereka, para politisi ini kebanyakan ingin meningkatkan kemampuan personal development dalam bidang comunication skill, interpersonal skill, public speaking, dan sekaligus memperbaiki attitude maupun soft skill.

Saat menempuh kurikulum di John Robert Powers, mereka akan mendapatkan materi dasar atau basic yaitu personality.

Perlu waktu sekitar dua bulan lebih untuk mempelajari materi utama tersebut. Pada fase ini, politisi sebagai siswa akan digembleng untuk memahami diri sendiri. Baru setelah itu, mentor akan menambah skill lain seperti komunikasi dan leadership

"Karena personality itu didalamnya juga banyak, karena itu dipelajari dalam waktu tiga bulan dengan mentor yang berbeda-beda," tuturnya. 

Namun, kata Indayati Oetomo, pada dasarnya materi tersebut tidak hanya terbatas pada politisi saja. Tetapi juga personal dengan berbagai latar belakang secara keseluruhan. 

"Sebetulnya tidak ada batasan pada politikus saja, karena ini merupakan booster. Bagaimana dia menempatkan diri di lingkungan sosialnya. Karena sebetulnya yang menghukum kita adalah sosial sekeliling kita," ungkap Indayati Oetomo. 

Kepandaian menempatkan diri dalam lingkungan sosial turut mempengaruhi cara pandang terhadap sosok kepribadian seseorang. 

Kerap publik memberikan hukuman 'moral' ketika seorang wakil rakyat atau abdi negara tidak menunjukkan kematangan dalam bersikap. 

Karena tanpa kematangan sikap dan kepiawaian dalam pengendalian diri, cenderung membuat seseorang lepas kontrol baik secara ucapan maupun tindakan. Sehingga dinilai melewati batas sebagai contoh figur yang baik. 

"Nah, meskipun tidak ada hukuman secara fisik, akan tetapi hukuman secara moral kan ada," tandas Indayati Oetomo. 

"Misalkan, kalau politikus apakah mereka punya kematangan sikap dalam mewakili rakyat. Jika tidak mempunyai kematangan sikap, mereka juga tidak bisa mengendalikan diri, kurang bisa fighting spirit," jelasnya menambahkan. 

Selain itu, era media sosial juga memberikan tantangan sekaligus peluang tersendiri agar khalayak dapat mengenali para figur wakil rakyat. 

Indayati Oetomo mengatakan, sangat penting membandingkan diri pada media sosial media. Namun, harus menunjukkan keterbukaan diri serta kejujuran. 

"Tidak fake atau menipu, tetapi kejujuran dan keterbukaan diri yang benar yang diutamakan. Jika tidak mau dibully di media ya harus menjaga attitude, integritas juga harus dijaga terus," ucapnya. 

Kendati demikian, sekolah kepribadian tidak serta merta dapat mengubah karakter seseorang langsung dari negatif ke positif. Tetapi, dengan sekolah kepribadian, seseorang diajari agar mampu mengenali dan mengontrol diri agar tidak melakukan hal negatif yang merugikan diri sendiri. 

Perubahan karakter dari negatif ke positif itu harus tetap dikontrol dan dikembangkan ke arah positif. 

"Jadi, orang yang berbuat jelek kan bukan tidak sadar. Makanya, kita coba mengenalkan dirimu. Silakan kamu untuk men-development (kepribadian positif)," sambung Indayati Oetomo. 

Indayati menjelaskan, John Robert Powers yang berbasis di Surabaya sudah memiliki banyak 'siswa' di mana mayoritas kalangan pemerintahan dan perusahaan. 

Mulai BUMN, Lembaga Kementerian, Dewan Perwakilan Rakyat, partai politik dan sebagian masyarakat umum. Total mentor saat ini ada 50 guru di Surabaya, sedangkan untuk di seluruh indonesia berjumlah 120 guru. Mereka semua sudah terstandarisasi sebagai pendidik kepribadian. 

"Sebenarnya marketnya John Robert Powers tidak terbatas, siapapun yang mau mengembangkan dirinya ya silakan, bahkan dari yang kecil hingga tua juga banyak," ujar Indayati. 

Ia menambahkan, program-program pembelajaran di John Robert Powers selalu berkembang dengan terus mengupdate kurikulum. 

"Sebenarnya program kita tidak baru, akan tetapi kita mengupdate kurikulum, karena kurikulum kita lebih discuising, maksudnya tidak terlalu gemuk dan lebih diefektifkan," terangnya. 

Para customer atau klien sebagai siswa dapat memilih dua sistem pembelajaran. Yaitu online atau offline. Karena John Robert Powers sudah meniadakan sistem hybrid (online dan offline) dalam satu tahun terakhir sejak pandemi mereda. 

Klien dari luar pulau seperti Papua hingga luar negeri dapat memilih pembelajaran online. 

"Untuk yang offline kita juga bisa melayani, akan tetapi kita sudah tidak combine lagi. Kalau dulu hybrid, dan sekarang harus memilih offline atau online," tutur Direktur Internasional John Robert Powers, Indayati Oetomo. (*) 

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow