Dosen UMBY Beri Pelatihan Digitalisasi Jamu Tradisional Mulya Sari Abadi Bantul
Kelompok Pengrajin Jamu Tradisional Mulya Sari Abadi Kabupaten Bantul mendapatkan pelatihan digitalisasi pemasaran dan manajemen pembukuan.
TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Kelompok Pengrajin Jamu Tradisional Mulya Sari Abadi Kabupaten Bantul mendapatkan pelatihan digitalisasi pemasaran dan manajemen pembukuan. Pelatihan tersebut diselenggarakan oleh tim dosen Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerja Sama (P3MK) Universitas Mercu Buana Yogyakarta atau UMBY.
Tim dosen UMBY tersebut adalah Drs Subarjo M.Si, Widarta SE MM, dan Arita Witanti, ST MT. Dalam kegiatan ini, mereka memberikan pelatihan dan pendampingan kepada Kelompok Mulya Sari Abadi yang berada di Padukuhan Watu RT 08, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta.
Diantara materi yang disampaikan adalah pembuatan Web Jamu Mulya Sari Abadi, pentingnya pemanfaatan media sosial, e-commere, dan shop dalam strategi pemasaran serta manajemen pemasaran. Pelatihan yang diselenggarakan di Sekretariat Kelompok Jamu Mulyasari Abadi pengrajin jamu tradisional ini diikuti sebanyak 25 orang, Sabtu (7/10/2023).
Para pengrajin jamu tradisional tersebut sangat antusias mengikuti penyuluhan dan pelatihan. Harapannya, materi penyuluhan yang diberikan tim dosen UMBY dapat diterapkan untuk peningkatan pemasaran online melalui media sosial dan pembukuan para perajin jamu tradisional.
Dosen Teknologi Informasi UMBY, Arita Witanti menyampaikan tentang pembuatan web. Ia memaparkan berbagai informasi terkini terkait pemasaran produk jamu tradisional kepada Kelompok Mulyasari Abadi. Ia pun akan memberikan pendampingan dalam mengupdate informasi pemasaran, laman mulyasariabadi.com.
Tim pengabdi juga mengundang ahli IT dan pemasaran, Djaelani Susanto S.Kom, MM untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan digitalisasi marketing melalui media sosial, e-commere, marketplace dengan berbagai aplikasi. Strategi yang sesuai dan dapat digunakan antara lain Whatsapp Bussiness, dan social media marketing.
“Strategi promosi melalui sosial media bisa menggunakan konten, baik berupa artikel, foto, maupun video misalnya instagram, facebook, twitter dan lainnya,” jelas Djaelani.
Sedangkan Dosen Manajemen UMBY, Dra Sumiarsih MM menyampaikan bidang manajemen keuangan. Menurutnya, para pelaku usaha sudah semestinya membuat laporan keuangan sederhana. Sebab, selama ini mitra belum ada pencatatan laporan keuangan yang teratur, sehingga usaha mitra tidak mengalami perkembangan yang cukup signifikan bahkan seringkali dana pribadi dan dana usaha tercampur menjadi satu.
Karena itu, diperlukan pengembangan manajemen keuangan untuk menjamin keberlanjutan usaha serta keuntungan bagi kelompok mitra.
Kegiatan ini memperoleh hibah Program Pengabdian kepada Masyarakat skema Pengabdian Masyarakat Pemula (PMP) dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdikbudristek RI) Tahun pendanaan 2023.
Ketua Kelompok Mulya Sari Abadi, Kanti Surtiyani mengatakan produksi jamu tradisional tersebut dilakukan dalam skala industri rumah tangga. Profesi pengrajin dan sekaligus penjual jamu dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga yang sebagian besar menjadi mata pencaharian keluarga sampingan. Usaha jamu tradisional sudah dilakukan secara turun temurun.
“Usaha jamu sebagai tambahan penghasilan rumah tangga yang rata-rata bermata pencaharian petani,” kata Kanti, Senin (9/10/2023).
Kanti menambahkan, jamu tradisional yang diproduksi dan dipasarkan ada dua jenis yaitu jamu cair dan instan. Jamu cair yang diproduksi yaitu kunyit asam, beras kencur, temu lawak, brotowali dan uyup-uyup. Sedangkan jamu instan yang diproduksi secara berkelompok antara lain; jahe, secang, kunir putih dan temu lawak.
“Jamu instan diproduksi secara kelompok yang tergabung dalam kelompok jamu Mulya Sari Abadi di ruang produksi rumah kami di Padukuhan Watu Argomulyo,” ujar Kanti.
Para pengrajin jamu tradisional Mulya Sari Abadi, tidak mau ketinggalan dengan era digitalisasi yang saat ini terus berkembang. Dimana sejak pandemi Covid-19, pemasaran jamu mengalami permasalahan pada pemasaran. Hal ini karena aneka pembatasan waktu oleh pemerintah, sehingga pemasaran jamu turun drastis hingga 70 persen.
“Sejak pemerintah mulai melonggarkan kembali pembatasan-pembatasan itu, perlahan produk jamu kami mulai menggeliat. Tapi sampai saat ini belum bisa pulih seperti sebelum pandemi,” tuturnya.
Kanti Surtiyani menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim pengabdi UMBY yang telah memberikan penyuluhan dan pelatihan pada kelompok pengrajin jamu tradisional Mulya Sari Abadi.
“Kami berharap pelatihan digitalisasi kerja sama antara UMBY dan kelompok Mulya Sari Abadi terus terjalin dan terus memberikan pendampingan,” terang dosen UMBY. (*)
Apa Reaksi Anda?