Dosen ITNY Edukasi Kebencanaan kepada Masyarakat Lereng Gunung Merapi Boyolali

Setiap saat, masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Merapi diminta selalu meningkatkan kewaspadaan.

Oktober 2, 2023 - 22:30
Dosen ITNY Edukasi Kebencanaan kepada Masyarakat Lereng Gunung Merapi Boyolali

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Setiap saat, masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Merapi diminta selalu meningkatkan kewaspadaan. Kewaspadaan itu dilakukan sebagai bentuk antisipasi apabila suatu ketika Gunung Merapi mengalami erupsi. Edukasi kebencanaan Gunung Merapi menjadi penting untuk terus dilakukan kepada warga yang tinggal di sepanjang lereng Gunung Merapi.

Nah, untuk meningkatkan kewaspadaan warga lereng Gunung Merapi, tiga dosen Institut Teknologi Nasional Yogyakarta atau ITNY menyelenggarakan kegiatan sosialisasi kebencanaan. Sosialisasi terjadi dilakukan kepada masyarakat yang tinggal Desa Klakah, Selo, Boyolali, Jawa Tengah di Balai Desa Klakah.

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang menggunakan dana hibah Dikti tahun 2023 tersebut dilakukan oleh tiga dosen ITNY yang diketuai oleh Fatimah S.Si., M.Si. Dalam kesempatan itu, Fatimah menyampaikan tentang Geofisika Gunungapi. Sedangkan dua dosen ITNY yang lain yaitu Paramitha Tedja Trisnaning S.T., M.Eng dan Ayu Candra Kurniati S.T., M.T., M.Sc menyampaikan tentang kebencanaan geologi.

Kegiatan sosialisasi kebencanaan bertema Penguatan Kapasitas Masyarakat Tangguh Bencana tersebut diselenggarakan pada 12 September 2023. Para peserta meliputi lansia, orang dewasa, kalangan perempuan, dan anak-anak.

Ketua Tim Sosialisasi Kebencanaan dari ITNY, Fatimah mengatakan, sosialisasi kebencanaan terhadap warga Desa Klakah ini bertujuan untuk menguatkan kapasitas dan pengetahuan masyarakat tentang Gunung Merapi. Seperti, menerangkan karakteristik Gunung Merapi dan posisi Desa Klakah secara geografis yang berdekatan dengan Gunung Gunungapi. Sehingga, saat terjadi erupsi masyarakat dapat mengambil langkat yang tepat dan cepat.

“Dengan sosialisasi tersebut, masyarakat menjadi lebih paham apa yang harus dilakukan ketika Gunung Merapi mengalami erupsi. Sehingga, tidak menimbulkan korban jiwa,” kata Fatimah, Senin (2/10/2023).

Subkoordinator Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Sulistiyani menegaskan, sampai saat ini Gunung Merapi masih aktif dan mengalami erupsi efusif. Fenomena tersebut terjadi sejak tahun 2021. Kondisi itu terjadi dengan munculnya api diam dan keluarnya lava pijar.

“Awan panas juga mulai sering berhembus. Setiap harinya, seismisitas Gunung Merapi juga fluktuatif,” papar Sulistiyani.

Dari pantauan BPPTKG Yogyakarta, setiap hari seismisitas rata-rata VTB 5 kali dan MP 35 kali. Sedangkan laju EDM deformasi Gunung Merapi yaitu 2 cm per hari. Siklus letusan Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 dan tahun 2012 dimulai dengan intrusi di dapur magma. Kemudian, adanya ekstrusi magma hingga terjadi awan panas dan guguran lava di tahun 2021 hingga sekarang.

“Bagi masyarakat yang ikut memantau dan mengetahui perkembangan Gunung Merapi dapat memantau Channel Youtube BPPTKG Yogyakarta,” tandas Sulistiyani.

Sulistiyani mengingatkan, ketika BPPTKG menyatakan bahwa kondisi Gunung Merapi dalam status Siaga. Maka, seluruh masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Merapi tidak diperbolehkan melakukan aktivitas di kebun dan luar rumah.

“Setiap saat, warga harus waspada. Selalu menyiapkan surat dan barang berharganya di dalam tas. Jangan lupa siapkan obat-obatan, senter, radio, handphone/HT, makanan ringan, minuman didalam tas. Ketika terjadi erupsi, warga bisa langsung mengungsi ke tempat yang aman,” jelas Sulistiyani.

Selain itu, Sulistiyani meminta kepada relawan agar mendahulukan proses evakuasi warga yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana III dan cek kembali protap Desa/Dusun. Sebelum erupsi itu terjadi, Sulistiyani menyarankan kepada para relawan dan perangkat desa selalu mengecek sarana dan prasana evakuasi seperti jalur evakuasi, sistem komunikasi darurat.

“Upayakan sering melakukan latihan evakuasi. Dengan latihan itu, masyarakat akan terlatih dan tidak kebingungan ketika sewaktu-waktu Gunung Merapi mengalami erupsi,” pinta Sulistiyani.

Secara administratif, luas lahan yang masuk dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) seluas 6.607 hektare. Sedangkan secara geografis, Gunung Merapi berada dua provinsi dengan empat kabupaten. Yakni, Kabupaten Sleman yang masuk wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan tiga kabupaten lain berada di Provinsi Jawa Tengah yaitu Magelang, Boyolali, dan Klaten.

Selain mengelola lahan yang ada di lereng Gunung Merapi, TNGM mengawasi dan memelihara satwa liar dan tumbuhan langka. Termasuk, membangun komunikasi dengan penduduk yang tinggal disekitar Gunung Merapi. Total warga yang tinggal di sepanjang lereng Gunung Merapi diperkirakan sebanyak 423 ribu jiwa.

Tak hanya itu, TNGM juga melindungi mata air, menjaga alam, dan Sumber Daya Alam (SDA) hasil erupsi Gunung Merapi. Sebab, SDA yang ada dapat dimanfaatkan sesuai dengan aturan yang berlaku dan bermanfaat untuk pendapatan daerah. Sebab, sebelah Selatan Desa Klakah terdapat sungai yang bukan merupakan sungai berhulu di Gunung Merapi, tetapi masih cabang dari sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Selama ini, telah terjadi penambangan atau diekploitasi kekayaan pasir dan batu yang berada di Sungai Abu.

Warga berharap, agar ada regulasi yang mengatur tentang penambangan pasir dan batu tersebut. Dengan aturan tersebut, desa dapat menarik retribusi kemudian uang hasil retribusi dapat digunakan untuk pembangunan Desa Klakah.

Masyarakat Desa Klakah yang mengikuti kegiatan sosialisasi kebencaan terlihat antusias mendengarkan paparan yang disampaikan oleh Sulistiyani dari BPPTKG Yogyakarta dan tiga dosen ITNY. Dalam kesempatan itu, warga setempat dan relawan Tagana Desa Klakah sempat berbagi pengalaman mengenai apa saja yang terjadi dan apa saja yang dilakukan warga saat menghadapi erupsi Gunung Merapi beberapa waktu lalu.

Bahkan, warga bercerita bahwa pada 1950an ada dua padukuhan yang ada di Desa Klakah hilang diterjang abu vulkanik Gunung Merapi saat terjadi erupsi.

Nah, belajar dari pengalaman tersebut warga setempat mengakui bahwa informasi kondisi terkini Gunung Merapi yang disampaikan oleh BPPTKG Yogyakarta sangat penting. Sebab, dengan informasi yang diterima warga dua hari sekali tersebut masyarakat dapat lebih waspada dan dapat beraktivitas dengan lebih leluasa.

Dosen ITNY, Fatimah kembali mengingatkan kepada warga Desa Klakah yang tinggal di lereng Gunung Merapi selalu meningkatkan kewaspadaan. Sebab, saat ini Gunung Merapi masih terus mengalami guguran lava. “Dengan kegiatan sosialisasi dan edukasi kebencanaan ini, kami berharap warga Desa Klakah, Boyolali semakin paham apa saja yang harus dilakukan ketika Gunung Merapi mengalami erupsi,” terang Fatimah. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow