Dorong Penerima Beasiswa Pascasarjana 2025 Perkuat Budaya Ilmiah Unggul, Kemendiktisaintek Inginkan Transformasi
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Ditjen Dikti Kemdiktisaintek)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Ditjen Dikti Kemdiktisaintek) menggelar acara Anjangsana Daring Penerima Beasiswa Pascasarjana Ongoing Tahun 2025. Agenda ini digelar pada Jumat (28/02) lalu. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat komunikasi antara penerima beasiswa dan pemerintah, serta membangun ekosistem ilmiah yang unggul untuk mendukung pencapaian visi Indonesia Emas 2045.
Acara ini diikuti oleh 702 penerima beasiswa yang berasal dari berbagai skema beasiswa yang dikelola oleh Direktorat Sumber Daya, termasuk Program Pendidikan Magister Menuju Sarjana Unggul (PMDSU), Tut Wuri Handayani, Indonesia-Austria Scholarship Program (IASP), Beasiswa Kemitraan Indonesia (BKI), Circular Economy Scholarship Program (CESP), dan Dikti-Coventry University. Kehadiran para penerima beasiswa ini menunjukkan keberagaman latar belakang peserta yang turut serta dalam upaya bersama untuk menciptakan kemajuan pendidikan dan riset di Indonesia.
Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Khairul Munadi, menekankan bahwa pendidikan tinggi bukan hanya sekadar sarana untuk memperoleh gelar akademik, melainkan juga merupakan investasi penting bagi masa depan bangsa. Sebagai penerima beasiswa, mereka diharapkan untuk menyadari tanggung jawab besar yang mereka emban dalam mengembangkan ilmu pengetahuan serta berkontribusi pada kemajuan Indonesia.
“Pendidikan tinggi adalah fondasi utama dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Anda semua adalah individu terpilih yang memiliki peran vital dalam mengembangkan ilmu pengetahuan demi kemajuan negara,” ujar Khairul Munadi.
Selain itu, acara ini juga dihadiri oleh I Gede Wenten, Staf Khusus Menteri Bidang Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek, yang menyampaikan materi bertajuk “Budaya Ilmiah Unggul.” I Gede Wenten menekankan pentingnya riset sebagai pilar utama dalam menuju ekonomi berbasis pengetahuan (Knowledge-Based Economy).
Ia menjelaskan bahwa kualitas kekayaan intelektual seperti paten dan inovasi yang berkualitas sangat bergantung pada kemampuan ilmuwan yang memiliki latar belakang akademik yang kuat. "Institusi akademik dan riset adalah pusat pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan. Oleh karena itu, penguatan budaya ilmiah dan ekosistem inovasi harus menjadi prioritas dalam strategi pembangunan nasional agar Indonesia dapat bersaing secara global," paparnya.
Pentingnya inovasi dan riset yang berkualitas juga digarisbawahi oleh I Gede Wenten yang mengajak para peserta beasiswa untuk tidak membatasi diri karena faktor keterbatasan dana. Ia menekankan bahwa riset yang kreatif dan menjalin jejaring akademik yang luas akan membuka peluang kolaborasi yang mendukung kemajuan riset dan inovasi. Menurutnya, meskipun ada tantangan, riset yang berfokus pada potensi lokal Indonesia tetap dapat diterapkan dengan pendekatan praktis yang berkelanjutan.
Setelah pemaparan tersebut, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi yang lebih mendalam mengenai upaya memperkuat ekosistem riset di Indonesia. Salah satu topik yang menjadi fokus adalah pentingnya membangun sinergi antara akademisi, industri, dan pemerintah untuk mendukung inovasi berbasis riset. Para peserta juga berdiskusi mengenai cara meningkatkan publikasi ilmiah, memperluas kolaborasi riset internasional, serta mencari strategi untuk memastikan para peneliti dapat menyelesaikan studi mereka tepat waktu.
Mohamad Almas Prakasa, salah satu peserta anjangsana, menyampaikan pandangannya tentang tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia, terutama terkait dengan skeptisisme dan sentimen negatif yang berkembang. Ia mengingatkan bahwa di tengah berbagai kesulitan tersebut, para ilmuwan, peneliti, dan dosen harus tetap bekerja bersama dan memegang teguh komitmen yang telah dibangun oleh Kemdiktisaintek.
"Saya berharap kementerian dapat terus mewujudkan komitmennya untuk menciptakan budaya ilmiah berbasis meritokrasi, sehingga keilmuan di Indonesia terus berkembang dan dihargai," ungkapnya.
Interaksi peserta sangat terlihat selama sesi tanya jawab, di mana berbagai topik penting dibahas. Salah satu pertanyaan yang mencuat adalah bagaimana meningkatkan kualitas publikasi ilmiah di Indonesia dan bagaimana cara menjembatani kesenjangan antara dunia akademik dan industri dalam menciptakan inovasi yang aplikatif.
Sebagai penutup acara, Sri Suning, Direktur Sumber Daya, menyampaikan rasa antusiasme dan optimisme untuk memperkuat sinergi antara penerima beasiswa dan berbagai pihak terkait. Ia berharap bahwa kegiatan ini dapat mempererat hubungan dan kerjasama untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat keunggulan akademik dan riset global. “Bonus demografi yang kita miliki semakin terbatas, dan masa depan bangsa berada di tangan para ilmuwan muda, peneliti, dan akademisi. Oleh karena itu, kita harus saling mendukung dan berkolaborasi untuk memanfaatkan potensi ini demi kemajuan ilmu pengetahuan dan pembangunan negara,” ujar Sri Suning.
Khairul Munadi, Dirjen Dikti, menegaskan bahwa komunikasi yang kuat antara pemerintah dan akademisi sangat penting untuk menciptakan lingkungan riset yang produktif dan kompetitif. Ia menambahkan bahwa Kemdiktisaintek berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi guna mewujudkan visi Indonesia sebagai pemain utama dalam ekonomi berbasis pengetahuan pada tahun 2045.
Kegiatan Anjangsana Daring ini menjadi bukti nyata bahwa Kemdiktisaintek tidak hanya memberikan beasiswa, tetapi juga terus berupaya menciptakan ekosistem riset yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dalam jangka panjang, hal ini akan berkontribusi pada pencapaian Indonesia Emas 2045, dengan mewujudkan negara yang berbasis pengetahuan dan mampu bersaing di kancah global. (*)
Apa Reaksi Anda?






