Berdayakan Kemandirian Eks ODGJ, Relawan Kader Kesehatan Jiwa Kenalkan Batik Ciprat
Pemberdayaan untuk kemandirian bagi eks penyandang disabilitas mental alias ODGJ (orang dengan gangguan jiwa), intens dilakukan relawan Yayasan Sedekah Masyarakat Indones ...
TIMESINDONESIA, MALANG – Pemberdayaan untuk kemandirian bagi eks penyandang disabilitas mental alias ODGJ (orang dengan gangguan jiwa), intens dilakukan relawan Yayasan Sedekah Masyarakat Indonesia (SEMAIN), dari Desa Wonorejo Singosari Kabupaten Malang.
Pemberdayaan ini dilakukan melalui pendampingan memberikan keterampilan kerja. Seperti, kerajinan membatik, merajut dan menjahit dari bahan kain perca.
"Ada 35 eks ODGJ binaan yang rutin mendapatkan pendampingan yang kami lakukan. Ada sekitar 10 relawan kader kesehatan jiwa yang rutin mengunjungi mereka yang tinggal bersama keluarganya, sebulan sekali. Kami beri pelatihan, juga mengajak mereka kegiatan di Posyandu Jiwa Wonorejo Singosari," terang Ketua Pembina Yayasan Sedekah Masyarakat Indonesia, Ruwiyanto, Senin (20/11) petang.
Sementara itu, untuk keterampilan batik Ciprat sendiri, menurutnya yang aktif mengikuti sekitar 15 eks ODGJ. Selebihnya, diberikan keterampilan membuat kemoceng dan keset lantai yang dibuat dari kain perca. Usia rata-rata eks ODGJ yang didampingi tergolong dalam usia produktif, 20 sampai 45 tahun.
Pada akhir 2022 lalu, lanjutnya, pemberdayaan kemandirian eks ODGJ binaan yayasan ini juga dipercaya mendapatkan bantuan Program CSI YBM PLN 2022. Bantuan program ini disalurkan melalui Yayasan SEMAIN untuk pemberdayaan eks ODGJ pada Posyandu Jiwa Desa Wonorejo.
Bantuan yang diterima adalah modal usaha berupa bahan pembuatan batik Ciprat. Diterimanya bantuan program YBM PLN ini menjadi harapan bagi penyandang disabilitas mental yang didampingi, untuk bisa bangkit lebih mandiri perekonomiannya.
Dikatakan Ruwiyanto, sudah ada setidaknya 300 lembar kain batik Ciprat yang berhasil dibuat eks ODGJ binaannya. Sejumlah kain batik Ciprat hasil buatan mereka juga ada di galeri yang ada di sekretariat Yayasan SEMAIN.
Bahkan, lanjutnya, sudah pernah ada pesanan khusus dari Dinas Sosial Kabupaten Malang, dalam bentuk kemeja untuk menjadi seragam TKSK, dengan nilai jual Rp 225 ribu/lembar kain.
Sebagai aktivis kemanusiaan yang menaungi eks penyandang disabilitas mental ini, ia mengaku binaannya punya bakat yang luar biasa. Dalam keterbatasannya, mereka mampu menghasilkan kerajinan batik Ciprat yang ternyata punya nilai jual tinggi.
"Ya, memang harus telaten dan sabar dalam mendampingi, karena mereka punya kecenderungan yang tidak bisa fokus lama-lama. Maunya, ya banyak jalan, bisa duduk dan tenang selama 30 menit saja sudah luar biasa," ungkap Ruwiyanto.
Batik Ciprat buatan eks ODGJ ini diminati pasar dan peminat kain batik dari berbagai kalangan. Motif-motif batik ini juga beberapa kali meramaikan dan menarik peminat saat cara pameran dan bazar UMKM.
Sehari-hari, para eks ODGJ ini dibina dan dilatih tim yang dinaungi Yayasan SEMAIN, yang berlamatkan di Desa Wonorejo Singosari Kabupaten Malang.
Ruwiyanto menambahkan, perhatian khusus eks-ODGJ ini sejak beberapa tahun terakhir. Dalam melakukan pendampingan, pihaknya kerap didukung stakeholder lintas sektor lainnya, yang turut memantau kondisi kesehatan jiwa eks ODGJ tersebut.
Sebagai aktivis sosial dan kemanusiaan, ia mengaku bersyukur adanya inisiatif pembebasan 57 ODGJ yang terpasung sejak 2019 lalu. Meski, ia juga mencatat masih ada sekitar 13 ODGJ di wilayah Kabupaten Malang yang belum dilepas pasungnya, karena keberatan pihak keluarga.
Sebagian eks ODGJ ini selanjutnya diberi pendampingan dan diberi pelatihan khusus, agar lebih mandiri dan bisa menjalani kehidupan seperti orang lain umumnya.
"Masih banyak eks ODGJ di wilayah kecamatan lain yang belum mendapatkan pendampingan khusus seperti di Wonorejo ini. Seperti, di wilayah Kedungbanteng Sumbermanjing Wetan, Dau dan Bululawang. Harapan kami, mengentaskan dan memberdayakan mereka tidak bisa dilakukan sendiri, perlu kolaborasi banyak pihak," demikian Ruwiyanto. (*)
Apa Reaksi Anda?