Sebut Banyuwangi Terdeteksi 7 Titik Api, BMKG Imbau Tetap Waspada
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Klas III Banyuwangi, mendeteksi sebanyak 6 hingga 7 titik api atau panas (Hotspot) yang tersebar di Seluruh Bumi Blamb ...
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Klas III Banyuwangi, mendeteksi sebanyak 6 hingga 7 titik api atau panas (Hotspot) yang tersebar di Seluruh Bumi Blambangan.
Untuk diketahui, dalam mendeteksi sebaran titik api tersebut, BMKG Banyuwangi menggunakan Polar Hotspot. Deteksi Hotspot menggunakan sensor VIIRS dan MODIS pada satelit polar (NOAA20, S-NPP, TERRA dan AQUA) dengan memberikan gambaran lokasi atau wilayah yang mengalami kebakaran hutan.
Satelit akan mendeteksi anomali suhu panas dibandingkan sekitarnya. Observasi ini dilakukan pada siang dan malam hari untuk masing-masing satelit. Pada daerah yang tertutup awan atau Blank Zone, titik api di wilayah itu tidak akan terlihat.
Prakirawan BMKG Klas III Banyuwangi, Beny Gumintar, menghimbau masyarakat tetap waspada saat memasuki puncak musim kemarau. Hal tersebut dikarenakan adanya 7 titik api medium yang tersebar di Bumi Blambangan, dengan panas suhu dan peluang terbakar sedang.
“Wilayah Banyuwangi dan sekitarnya pada Agustus mulai masuk puncak musim kemarau, panas siang hari dan malam hari dingin,” jelasnya, Jumat (11/8/2023).
Lebih detail, Beny memaparkan saat masuk puncak musim kemarau, banyak sebaran wilayah Banyuwangi yang akan menjadi kering dan berpotensi terjadi kebakaran hutan atau lahan. Diprediksi puncak musim kemarau terjadi pada pertengahan Agustus hingga September.
“Musim kemarau memang banyak terjadi kekeringan dan memiliki potensi kebakaran lahan,” tandasnya.
Oleh sebab itu, masih Beny, berpesan kepada masyarakat Banyuwangi agar menghindari membakar sampah pada saat puncak kemarau berlangsung. Karena hal tersebut bisa memicu terjadi kebakaran. Lebih-lebih untuk tidak membuang puntung rokok yang menyala secara sembarangan.
“Untuk menjaga kesehatan dipuncak musim kemarau, dengan cara perbanyak minum air putih supaya tidak terjadi dehidrasi. Saat aktivitas sedang padat jangan lupa mengkonsumsi vitamin,” ucapnya.
“Dan nanti masuk musim peralihan pada bulan September dan Oktober. Pada peralihan ini biasa terjadi cuaca ekstrim”, imbuh, Beny. (*)
Apa Reaksi Anda?