RS Aisyiyah Kudus dan UMY Gelar Talkshow CTEV dan Cleftlip

Inovasi layanan ini menjadi program unggulan dari Mentari Clubfoot dan Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Muhammadiyah ... ...

Januari 23, 2024 - 20:00
RS Aisyiyah Kudus dan UMY Gelar Talkshow CTEV dan Cleftlip

TIMESINDONESIA, KUDUS – Ada kabar gembira bagi warga penyandang CTEV (kaki pengkor) dan Cleft Lip (Bibir Sumbing) di Kudus dan kabupaten sekitarnya. Kini Rumah Sakit Aisyiyah Kudus bersama Mentari Clubfoot memberikan kemudahan layanan kesehatan, untuk pengobatan kaki pengkor dan bibir sumbing bagi pasien.

Inovasi layanan ini menjadi program unggulan dari Mentari Clubfoot dan Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Muhammadiyah. Tujuannya untuk memberikan pengobatan sedini mungkin, mulai bayi usia nol hari hingga sembuh.

“Layanan gratis bagi pasien CTEV dan cleft lip ini, diutamakan bagi bayi yang berusia kurang dari satu bulan,” ujar Wakil Direktur Pelayanan RS Aisyiyah Kudus, dr. Aprilia Sari Wiyanti saat Talkshow CTEV dan cleft lip Kolaborasi RS Aisyiyah Kudus dan Pengabdian Masyarakat UMY angkatan 20 bertema Peduli Sesama untuk Masa Depan Cerah.

Menurut Aprilia, terapi yang diberikan kepada pasien CTEV berupa pemasangan gyp pada kaki bayi. Selain itu, juga fasilitasi sepatu khusus untuk pasien CTEV atau kaki pengkor. Terapi tersebut diberikan hingga sembuh atau selama 4 tahun.

“Sebenarnya itu bisa dicover BPJS, namun untuk harga sepatunya itu mahal. Saat ini pasien biasanya terkendala untuk pembelian sepatu. Anak-anak kan cepet besar dan ukuran kaki juga cepet membesar, jadi sepatunya harus sering ganti,” kata Aprilia, Selasa di Ballroom Hom Hotel Kudus, Selasa (23/1/2024)

Talkshow-CTEV-2.jpgPengobatan pasien kaki pengkor  di RS Aisyiyah Kudus yang tercantum dalam leaflet bisa menghubungi ke PIC Mentari Clubfoot. (FOTO: Mentari Clubfoot for TIMES Indonesia)

Sepatu khusus itu, imbuh Aprilia, harganya bisa mencapai minimal Rp 1 juta untuk sepasangnya. Tentu saja hal ini akan dirasa berat, terutama bagi keluarga dengan ekonomi kelas menengah ke bawah.

“Padahal pengobatan atau tata laksana ini, minimal membutuhkan waktu hingga usia 4 tahun. Karena itu, Mentari Clubfoot bekerjsama dengan RS Aisyiyah untuk memfasilitasi sepatu ini untuk pasien,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, PIC Mentari Clubfoot MKPU Muhammadiyah, Fauzi Achwan menambahkan, program pengobatan CTEV dan Cleft lip sudah berjalan dalam beberapa bulan ini.

Selain RS Aisyiyah Kudus, ada empat rumah sakit lagi di Jawa Tengah yang menjadi mitra Mentari Clubfoot. Rumah sakit tersebut adalah PKU Muhammadiyah Yogyakarya, PKU Muhammadiyah Bantul, PKU Muhammadiyah Wonosobo, dan PKU Muhammadiyah Tegal.

“Kalau teknis alurnya sebenarnya ada tua teknis, bisa dari petugaas kesehatan atau lembaga swadaya masyarakat, dari itu melaporkan ke RS ada pasien itu (CTEV dan cleft lip). Nanti RS koordinasi dengan PIC Mentari Clubfoot untuk koordinasi penanganan secara gratis,” paparnya.

Program unggulan ini akan dijalan secara seterusnya. Sedangkan, dalam kurun waktu dua bulan ini, Fauzi menyebut suda ada 5 pasien CTEV yang telah dilakukan penanganan.

“Rata-rata itu usia 0 hari sudah ditangani, jad lebih cepat, kalau dewasa agak lama. Lima pasien ini usia di bawah satu tahun. Untuk pengobatan pasien kaki pengkor di RS Aisyiyah Kudus, bisa langsung menghubungi ke PIC Mentari Clubfoot,” pungkasnya.

Sekedar diketahui, Talkshow CTEV dan cleft lip kolaborasi RS Aisyiyah Kudus dan Pengabdian Masyarakat UMY angkatan 20 bertema ‘Peduli Sesama untuk Masa Depan Cerah’, bertempat di Ballroom Hom Hotel Kudus, Selasa (23/1/2024).

Agenda tersebut menghadirkan menghadirkan tiga nara sumber, yakni dr. Hanif Andhika W. Spot, dr.Rosa Indah Kusuma Wardani Sp.KFR dan drg.Agus Widodo.SpBMM.  Dalam kesempatan itu, dr. Hanif menjelaskan tentang penatalaksanaan penanganan pasien dengan diagnosa kaki pengkor. Sedangkan dr.Rosa mengupas tentang penanganan rehabilitasi pasien.

Selain itu, dr. Agus membahas tentang penanganan cleft dalam rangka pengabdian masyarakat MARS UMY. Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan khususnya bidan. Sebab keberadaan  bidan merupakan ujung tombak dari pelayanan masyarakat dan orang yang pertama kali menemui saat bayi lahir. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow