Rektor UAD: Syawalan Momentum untuk Produktif Memajukan UAD
Syawalan Keluarga Besar Universitas Ahmad Dahlan atau UAD merupakan tradisi tahunan yang bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar civitas akademika. ...
TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Syawalan Keluarga Besar Universitas Ahmad Dahlan atau UAD merupakan tradisi tahunan yang bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar civitas akademika.
“Syawalan ini menjadi momentum untuk mengawali aktifitas produktif memajukan UAD sebagai wujud meningkatnya ketaqwaan kita setelah 29 hari menjalankan ibadah puasa ramadan,” kata Dr Muchlas, MT, Rektor UAD ketika memberikan sambutan acara Syawalan Keluarga Besar UAD di Masjid Islamic Center Kampus 4 UAD, Sabtu (29/4/2023)
Dengan spirit syawalan, Rektor berpesan kepada Keluarga Besar UAD untuk terus memberikan kontribusinya dalam memajukan UAD dengan memperhatikan empat pesan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir pada Milad ke-62 UAD beberapa waktu lalu.
Keempat pesan tersebut yaitu, pertama UAD terus melakukan inovasi yang menghasilkan prduk-produk yang mencerminkan keunggulan UAD. Juga memperhatikan perjalanan kegiatan riset UAD seperti bidang teknologi cukup masif dalam melakukan kegiatan inovasi yang menghasilkan produk-produk unggul yakni teknologi hankam, teknologi medis dan teknologi informasi.
“Pengembangan pusat keunggulan berbasis teknologi ini perlu kita jadikan sebagai ciri khas keunggulan UAD dari perguruan tinggi lainnya,” ujarnya
Namun begitu, tentu bidang-bidang lain sosial humaniora maupun bidang kependidikan juga perlu terus melakukan pengembangan produk-produk inovasi sebagaimana yang sudah kita lakukan bersama dengan hasil yang luar biasa membawa UAD pada kemajuan yang sangat berarti di tengah konstelasi perguruan tinggi di Indonesia saat ini.
Pihaknya berharap semua aktifitas inovasi yang kita lakukan akan bermuara pada produk-produk yang bermanfaat bagi kemajuan UAD, persyarikatan Muhammadiyah, bangsa dan negara Indonesia.
Kedua, UAD menetapkan identitas ekosistem akademik yang dikembangkan berbasis nilai-nilai al islam dan kemuhammadiyahan baik nilai-nilai normatif maupun nilai-nilai transformatif.
Merujuk pada salah satu manhaj dalam risalah islam berkemajuan dalam pengembangan diskursus akademik, kata Muchlas perlu menggunakan tiga pendekatan yaitu, Bayani (pendekatan berbasis teks), Burhani (berbasis rasionalitas akal) dan irfani (berbasis hati nurani).
Rektor mengingatkan agar konsep-konsep islam berkemajuan ini, dapat segera diimplementasikan di UAD.
“Melaui tiga pendekatan tersebut diharapkan wacana-wacana akademik yang kita lakukan dapat menghasilkan pemahaman yang komprehensif terhadap semua bidang ilmu. Termasuk inter koneksi antar satu dengan lainnya,” papar Muchlas
Ketiga, UAD perlu mengembangkan dan melaksanakan model kepemimpinan transformatif yakni menjadi kepemimpinan yang membawa perubahan yang signifikan bagi kemajuan UAD.
Kepemimpinan ini dijalankan dengan berbasis pada sistem, bukan figur atau perorangan dan juga bukan kepemimpinan panggung yang hanya bisa terkenal atau baik di panggung saja. Tetapi tidak memberikan nilai-nilai perubahan yang berarti bagi kemajuan UAD.
“Setiap level struktur UAD, unit-unit kerja kita, kita kembangkan model kepemimpinan ini, agar kerja-kerja kita di dalam mengelola UAD menjadi lebih sistematis, mudah dan mempercepat kemajuan,” ucapnya
Berikutnya, keempat, pengembangan kampus berorientasi langit, muara dari semua upaya dalam memajukan UAD adalah meraih karunia dan ridho Allah SWT.
“UAD saat ini merupakan salah satu PTMA unggulan maupun percontohan dari PTMA yang dimiliki oleh persyarikatan Muhammadiyah. Oleh karena itu selain menjaga agar tetap baik juga kita doakan semoga UAD semakin berkembang,” terang Ketua Badan Pembina Harian UAD, Prof. Marsudi Triatmodjo
Sementara, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir dalam tausiyah acara Syawalan Keluarga Besar UAD mengatakan bahwa UAD adalah simbol membangun pilar peradaban, UMY, Unisa, sekolah kita, lembaga pendidikan kita, lembaga sosial kita, rumah sakit kita simbol peradaban. Tapi juga masjid-masjid, mushola-mushola kita adalah simbol dan alat untuk membawa peradaban maju umat islam.
Maka bagaimana setelah kita syawalan, puasa, idul fitri, kita membawa persyarikatan kita, umat dan bangsa kita menjadi berperadaban maju, peradaban yang khairu ummah. Dan itulah makna syawalan berburu kebaikan dalam berbagai dimensi kehidupan mengaplikasikan ibadah-ibadah kita di bulan ramadan sekaligus memperbaiki diri kita.
“Siapa tau diri kita ini juga ada salah, keliru dan berlebihan agar kita menjadi orang yang lebih baik lagi hari ini dan ke depan,” ucap Prof Haedar Nashir Guru Besar Sosiologi pada acara Syawalan Keluarga Besar UAD. (*)
Apa Reaksi Anda?