Puluhan Siswa SMP Pakisaji Ikut Hidupkan Budaya Topeng Malangan
Puluhan siswa se-Pakisaji se antusias ikut menyemarakkan budaya Topeng Malangan dengan cara mengikuti lomba melukis. Mereka melukis topeng dengan media spons topeng polos ...
TIMESINDONESIA, MALANG – Puluhan siswa se-Pakisaji se antusias ikut menyemarakkan budaya Topeng Malangan dengan cara mengikuti lomba melukis. Mereka melukis topeng dengan media spons topeng polos sehingga bisa berkreasi dengan imajinasinya namun tidak lepas dari pakem bentuk Topeng Malangan yang aslinya.
Lomba lukis ini adalah salah satu rangkaian kebudayaan yang dilakukan untuk memperingati gebyak satu suro di Padepokan Seni Tari Asmorobangun.
Lomba melukis ini sekaligus menjadi salah satu upaya dalam mendidik kawula muda untuk terus berkarya dan mengenali budayanya sendiri.
"Ini merupakan salah satu bentuk familiarisasi budaya topeng yang harus dilakukan untuk melestarikan kebudayaan lokal di masa mendatang," kata salah satu personil WIB, Reza yang melakukan tugas Praktikum di Padepokan Asmorobangun.
WIB (Waktu Indonesia Berkarya) terdiri dari para Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang sedang berkolaborasi dengan Padepokan Seni Tari Asmorobangun.
Tari massal yang digelar oleh anak-anal SMP di Pakisaji dalam rangka menyemarakkan budaya Topeng Malangan. (FOTO: Aisyah for TIMES Indonesia)
Sebelumnya mereka juga membuat topeng raksasa berukuran 2 X 1 meter. Siswa siswi smp tersebut sangat antusias melukis topeng malangan dengan tangannya sendiri.
Mereka melukis topeng dengan media spons topeng polos sehingga bisa berkreasi dengan imajinasinya namun tidak lepas dari pakem bentuk topeng malangan yang aslinya.
Pihak panitia menyiapkan tujuh warna cat, merah, kuning, hijau, emas, putih, hitam dan biru. Itu adalah warna-warna primer yang digunakan dalam penggambaran karakter topeng
Puluhan siswa SMP tersebut juga diberi arahan sebelum melukis serta makna-makna di balik pemilihan warna karakter topeng.
Dalam karakter topeng warna merah melambangkan keberanian seorang ksatria. Warna putih dan emas melambangkan suci dan setia. Hitam dan biru adalah kebijaksanaan dan warna hijau melambangkan kedamaian dan kesuburan, kuning melambangkan kebahagian atau kesenangan.
Warna-warna ini yang kemudian akan digunakan sebagai warna dasar dari setiap karakter-karakter topeng malangan dan yang akan menentukan watak dari karakter-karakternya.
Acara itu kemudian ditutup dengan tarian massal yang apik dari siswa smp tadi yang sebelumnya telah mengikuti arak-arakan topeng dari padepokan asmorobangun menuju ke punden.
Dimana arak-arakan tersebut juga diiringi dengan rontek dan jolen yaitu sebuah tumpengan besar yang terdiri dari hasil bumi yang didalamnya ada beberapa uang receh untuk kemudian dibagikan setelah acara doa bersama menurut kepercayaan masing-masing.
Setelah berdoa sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan karena bergantinya tahun di bulan suro tersebut, tarian massal dilakuman yang dipandu lansung oleh pemilik Asmorobangun, Tri Handoyo.
Dalam menyukseskan acara tersbut juga dibantu oleh KKN MMD 158 dari Universitas Brawijaya yang berjumlah 14 orang, yang kemudian terbagi untuk menjadi LO dari setiap anak-anak SMP.
Kemudian berlanjut hingga malam hari yaitu puncak acaranya menggelar Peringatan Pergantian Tahun Baru di Islam yang biasa dikenal dengan Gebyak 1 Suro.
Tri Handoyo mengatakan, Suro kali ini berbeda karena kegiatannya ada kolaborasi dengan Mahasiswa d Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang.
"Gebyak Suro Kali ini menjadi lebih meriah. Para mahasiswa Ilmu Komunikasi UMM yang telah merencanakan kegiatan ini membuat perubahan baru seperti pendirian Ornament Topeng Malangan, yang akan diresmikan pada saat acara suro nanti," kata Tri Handoyo. (*)
Apa Reaksi Anda?