PT BSI Punya Program Unik untuk Dongkrak Kesejahteraan Petani Banyuwangi

Tak dipungkiri, kini Petani di seluruh Indonesia merasa semakin tertekan dengan kebijakan pembatasan pupuk kimia bersubsidi. Kebijakan ini mengurangi jumlah komoditas yan ...

Maret 13, 2024 - 14:00
PT BSI Punya Program Unik untuk Dongkrak Kesejahteraan Petani Banyuwangi

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Tak dipungkiri, kini Petani di seluruh Indonesia merasa semakin tertekan dengan kebijakan pembatasan pupuk kimia bersubsidi. Kebijakan ini mengurangi jumlah komoditas yang dapat disubsidi dan kuantitas pupuk yang diberikan, menyebabkan harga produksi pertanian meroket dan membebani ekonomi para petani.

Dalam upaya membantu petani menghadapi krisis ini, perusahaan tambang emas PT Bumi Suksesindo (PT BSI) yang beroperasi di gunung Tumpang Pitu, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur, tersebut berhasil mengubah kultur budi daya pertanian dengan memperkenalkan pengembangan usaha ternak kambing.

Hari Setio Budi, petugas Community Relation PT BSI, dengan antusias menceritakan tentang kolaborasi yang mengubah paradigma oleh kelompok tani Rawa Jaya pada medio 2023, mereka melakukan uji coba pembuatan pupuk organik.

"Program pupuk organik ini bisa menjawab kebutuhan masyarakat terhadap pembatasan program pupuk bersubsidi pemerintah," kata Hari Setio Budi, Rabu (13/3/2024).

Namun, yang membuat program ini begitu menarik adalah sumber inspirasinya. Ternyata, pembuatan pupuk organik ini merupakan bentuk hilirisasi dari program ternak kambing yang sudah berjalan.

Selama bertahun-tahun, masyarakat Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, telah mengembangkan keterampilan dalam memelihara dan membudidayakan kambing, sekaligus menanam buah naga secara massif.

"Ketika keduanya dikolaborasikan, akan menjadi program yang baik," kata Hari dengan penuh keyakinan.

Dengan menggunakan kotoran kambing sebagai bahan baku utama, pupuk organik ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga mengurangi limbah ternak yang sebelumnya hanya menjadi masalah.

"Ini adalah contoh bagaimana potensi lokal dapat dimaksimalkan untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan," tambahnya.

Hari Setio Budi menceritakan bahwa, mulanya disediakan sebanyak ada 80 ekor kambing. PT Bumi Suksesindo memberikan kambing-kambing tersebut kepada empat kelompok, masing-masing beranggotakan sepuluh orang, dengan setiap kelompok memperoleh 20 ekor kambing.

"Program ini menyasar kelompok-kelompok di wilayah ring satu Kecamatan Pesanggaran yang dengan semangat memanfaatkan potensi lokal," ujar Hari dengan penuh semangat.

Dari situ, dimulailah sebuah program bergulir yang mengubah kehidupan masyarakat. Kambing-kambing tersebut dibudidayakan secara kolektif oleh 14 kelompok yang terdiri dari 200-300 orang anggota.

"Setiap anggota mendapat dua kambing indukan. Setelah berkembang dan beranak-pinak, digulirkan ke anggota yang belum memperolehnya. Jumlah kambing di kelompok kami sekarang kurang lebih 670 ekor dan dimiliki oleh 34 orang anggota," cerita Sujiono, Ketua Kelompok Rawa Jaya, dengan bangga. Tentu saja, program bergulir ini dapat menciptakan kemandirian kepada Petani.

"Tadinya tak punya kambing. Lalu setelah ada kelompok, semua anggota merasakan punya kambing untuk kebutuhan sehari-hari," ujar Sujiono dengan senyum.

Kambing-kambing ini tidak hanya menjadi aset penghasil pupuk, tetapi juga berperan penting dalam sektor ekonomi dan pertanian. Sebagian kambing dijual untuk mencukupi kebutuhan hidup anggota kelompok, terhitung kurang lebih sekitar 800 ekor kambing yang telah dijual untuk memenuhi kebutuhan ekonomi para pejuang nafkah ini.

Menariknya juga, seluruh anggota kelompok Rawa Jaya diwajibkan mengumpulkan kotoran kambing masing-masing untuk diolah menjadi pupuk organik. Ini merupakan langkah inovatif dalam mengoptimalkan sumber daya lokal.

Sujiono dan rekan-rekannya telah lama memproduksi pupuk organik, tetapi ide untuk mengolah kotoran kambing secara intensif dia akui muncul baru-baru ini.

"Kami belum punya kepikiran untuk mengolah kotoran kambing seperti sekarang. Biasanya kotoran kambing dibawa ke kebun langsung. Tentu saja karena kotoran masih keras, penyerapan ke tanahnya lebih lama. Satu tahun belum tentu hancur," ungkap Sujiono.

Operator tambang emas yang merupakan anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk (PT MCG) itu pun rupanya tidak hanya memberikan kambing kepada kelompok petani, tetapi juga memberikan peralatan untuk membuat pupuk organik secara fermentasi, termasuk mesin penghancur kotoran ternak.

Sujiono, Ketua Kelompok Rawa Jaya, kembali menceritakan bahwa kelompoknya telah memproses sekitar 10 ton pupuk organik dari kotoran kambing sejak November hingga Desember 2023.

Sebagian besar pupuk digunakan sendiri, sementara sisanya disalurkan kepada petani lain yang membutuhkan. Dalam situasi keterbatasan pupuk NPK, urea, dan Phonska bersubsidi, para petani memang diharuskan saling bantu.

Pupuk organik ini kemudian digunakan di atas lebih dari 10 hektare lahan pertanian, terutama untuk tanaman buah naga. Meskipun ada perbedaan dalam proses penyerapan, Sujiono menjelaskan bahwa kualitas produksi buah naga yang menggunakan pupuk organik lebih baik daripada yang menggunakan pupuk kimia.

"Dari sisi mutu, lebih bagus buah naga dengan pupuk organik. Buahnya tahan dan lebih berat. Warnanya lebih bagus," ungkapnya.

Meski membutuhkan waktu lebih lama untuk diserap tanah dan tanaman, hasilnya tidak bisa dipandang sebelah mata. Dengan pupuk organik, petani bisa menghasilkan 8 - 9 ton buah naga, sedangkan dengan pupuk kimia hanya bisa mencapai 6 - 7 ton. Selain itu, biaya produksi juga dapat dihemat dengan menggunakan pupuk organik.

"Biaya operasional budi daya buah naga dengan pupuk kimia per hektare minimal butuh Rp2 juta. Kalau pakai organik cukup Rp1 juta," jelas Sujiono.

Untuk menjaga keberlanjutan program ini, PT BSI terus memberikan dukungan dan bimbingan kepada kelompok petani setiap bulannya.

Hari Setio Budi, petugas Community Relation PT BSI, menemani mereka dalam pertemuan rutin dan memberikan saran-saran tentang budi daya yang baik.

Perusahaan juga berencana untuk melakukan uji laboratorium terhadap pupuk organik yang diproduksi oleh para petani, sehingga bisa memastikan kualitasnya dan sesuai dengan standar pemasaran.

Semua ini sesuai dengan harapan Sujiono dan kelompoknya. Mereka berharap usaha yang sudah mereka rintis bersama PT BSI dapat terus berkembang, bahkan bisa dijual ke luar daerah.

Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, program ini tidak hanya memberikan solusi untuk keterbatasan pupuk kimia, tetapi juga membuka peluang baru bagi petani untuk meningkatkan hasil dan kesejahteraan mereka. (adv)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow