Polbangtan Malang Latih Petani Mojokerto Kembangkan Pupuk Hayati
Dalam upaya meningkatkan kemandirian pertanian dan mengurangi ketergantungan pada pupuk yang semakin langka, Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya untuk mencipt ...
TIMESINDONESIA, MALANG – Dalam upaya meningkatkan kemandirian pertanian dan mengurangi ketergantungan pada pupuk yang semakin langka, Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya untuk menciptakan solusi inovatif melalui pengembangan pupuk hayati. Pupuk hayati ini dihasilkan melalui pemanfaatan limbah ternak dan mikroorganisme baik bagi tanaman yang ada sekitar kita.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menjelaskan bahwa yang bisa menyuburkan tanah bukan hanya pupuk kimia melainkan pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah.
"Pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah itu petani bisa di buat sendiri asal ada kemauan. Artinya, untuk menyuburkan tanah tidak ada alasan karena pupuk mahal kita. Proses penyuburan tanah, peningkatan produktivitas, dan produksi harus terus kita lakukan kalau kita tetap ingin eksis di muka bumi ini," tegas Dedi.
Sebagai salah satu perguruan tinggi vokasi di Kementan, Politeknik Pembangunan Pertanian Malang (Polbangtan Malang) menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat sebagai wujud merespons tantangan pertanian modern dengan menggelar pelatihan pembuatan Tricompos dan PGPR sebagai salah satu alternatif pupuk hayati kepada 48 Kelompok Tani dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto pada Kamis (25/01/2024) di Kampus Polbangtan Malang.
Dalam pembukaan kegiatan pelatihan tersebut, Ketua Jurusan Pertanian Polbangtan Malang, Eny Wahyuning mengatakan, “Sebagai institusi pendidikan kami bertugas untuk menyebarluaskan inovasi dari peneliti ke petani, Polbangtan menjadi penyalur kepada Bapak/Ibu semua."
"Melalui kegiatan ini Bapak/Ibu akan mendapatkan salah satu inovasi dari pembuatan pupuk hayati dengan pemanfaatan mikroba baik sebagai pupuk cair maupun pupuk padat,” sambungnya.
Ketua Paguyuban Gapoktan Kecamatan Trowulan, Amirudin memberikan apresiasi kepada Polbangtan Malang atas terselenggarakannya kegiatan pelatihan dan disambut dengan baik.
“Kami ingin mendapatkan suatu ilmu, terus terang di Mojokerto ketersediaan pupuk subsidi tidak mencukupi, sehingga kami mengharapkan bimbingan dari Bapak/Ibu agar dari pupuk yang kurang kita bisa menambah dengan pupuk yang cair dan padat yang dapat dihasilkan sendiri," kata Amirudin.
“Mudah mudahan setelah kegiatan ini kami bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat hari ini” tandasnya.
Fokus utama kegiatan ini adalah mendalami pembuatan pupuk hayati, khususnya Tricho Compos (kompos dari mikroorganisme) dan PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria), sebagai strategi untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian.
Tricho Compos adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organic baik hewan maupun tumbuhan yang terdekomposisi oleh mikroorganisme Trichoderma sp.
Trichoderma yang terkandung didalam kompos ini berfungsi sebagai dekomposer bahan organik dan sekaligus sebagai bahan pengendali OPT penyakit tular tanah
PGPR, merupakan Rizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman yang penting dan diakui menguntungkan bagi dunia pertanian.
Kegiatan pelatihan ini bukan hanya sekadar memberikan pengetahuan teoritis, melainkan juga melibatkan para petani dalam sesi praktik langsung.
Para peserta diajak untuk terlibat dalam proses pembuatan Tricho Compos dan PGPR di lapangan, sehingga mereka dapat mengimplementasikan teknologi tersebut di lahan pertanian masing-masing.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah nyata dalam mendukung pertanian berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi para petani di wilayah Mojokerto.
Polbangtan Malang berkomitmen untuk terus berperan aktif dalam penyediaan pengetahuan dan teknologi terkini untuk mendukung pertanian Indonesia menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan produktif. (*)
Apa Reaksi Anda?