Polbangtan Malang Dorong Penyuluh dan Petani Kuasai Komunikasi Bisnis dan Pemasaran Hasil Pertanian
Hakikat pembangunan pertanian adalah pengelolaan sumber daya alam dan pembangunan sumber daya manusia (SDM) pertanian yang berkekanjutan. ...
TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Hakikat pembangunan pertanian adalah pengelolaan sumber daya alam dan pembangunan sumber daya manusia (SDM) pertanian yang berkekanjutan. Penyuluh pertanian menjadi garda terdepan dalam peningkatan produksi dan produktivitas komoditas berdaya saing guna mewujudkan swasembada pangan dan penerapan teknologi pertanian modern.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) menegaskan pihaknya terus melakukan komunikasi dengan penyuluh untuk mengetahui kondisi terbaru di lapangan secara rutin. Penyuluh terus didorong melek teknologi dan sosial media.
"Penyuluh itu pendamping petani, sumber informasi petani. Jadi jika penyuluh kebanyakan di kota daripada di desa maka rusak ini karena penyuluh harusnya di desa membimbing petani, penyuluh adalah komunikator, penyuluh itu integrator, penyuluh adalah motivator, penyuluh adalah organisator, penyuluh adalah dinamisator. Ini terus saya pantau,” ujar SYL.
Senada dengan Mentan SYL, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) berupaya memastikan penyuluh mendukung petani secara teknis pada subsektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, sarana dan prasarana pertanian dan perkarantinaan.
"Selain itu penyuluh juga mendukung program penelitian dengan penyebarluasan teknologi inovasi pertanian melalui media yang efektif menjangkau sasaran luas seperti media audiovisual dan media sosial,"ujar Dedi.
Oleh karena itu, dibutuhkan perubahan pola pikir dan fokus yang semula urusan budidaya pertanian menjadi rencana aspek komersialisasi dan pemasaran dari hasil pertanian. Sehingga nantinya yang perlu dikembangkan kedepannya adalah suatu proses bisnis yang terintegrasi mulai dari produksi hingga proses setelah panen.
Politeknik Pembangunan pertanian Malang (Polbangtan Malang) berkolaborasi dengan Anggota Komisi IV DPR RI menyelenggarakan Bimbingan teknis (Bimtek) Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh Pertanian. Bimtek yang bertemakan membangun komunikasi bisnis dan pemasaran hasil pertanian bagi petani milenial dilaksanakan di The Alit Establishment Pacet Mojokerto, Senin (17/4/2023).
Komunikasi bisnis merupakan bentuk komunikasi yang lebih focus pada kepentingan bisnis bidang pertanian, lebih praktisnya komunikasi ini melibatkan pertukaran informasi yang konstan. Apalagi saat ini kita dihadapkan pada berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dimana alur perdagangan sedemikian bebas antar negara di ASEAN bahkan global.
Hal ini pada dasarnya menjadi peluang yang menarik untuk memberikan stimulus perkembangan sektor pertanian. Namun peluang besar ini belum diimbangi dengan peningkatan posisi tawar petani. Lemahnya posisi tawar petani umumnya disebabkan petani kurang memiliki akses pasar, informasi pasar, dan permodalan yang memadai.
Bimtek ini dihadiri langsung oleh Anggota Komisi IV DPR RI, Minod Sianipar, Wakil Direktur Polbangtan Malang Bidang Umum dan Teknologi Informasi dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto yang diwakili oleh Kepala Bidang Penyuluhan.
“Persaingan global tidak dapat dihindari, skala usaha tani tidak hanya lokal saja tapi sudah bersifat global. Untuk itu mari saling bergandengan tangan antara petani dan penyuluh dalam mewujudkan kedaulatan pangan, salah satunya dengan pemanfaatan teknologi informasi”, ujar Hamyana selaku Wakil Direktur Polbangtan Malang Bidang Umum dan Teknologi Informasi.
Pelatihan hari ini bertujuan untuk bisa mengantarkan petani go internasional dengan menguatkan posisi tawar petani melalui pemguasaan komunikasi bisnis. Mindo pada kesempatan ini mendata luas lahan di wilayah Mojokerto terutama di wilayah Kecamatan Trawas, Pacet, Jatirejo dan Gondang untuk menggali potensi pertanian di Mojokerto.
Pada proses usahatani tanaman pangan khususnya padi, Mindo berpesan bahwa proses usahatani harus dipahami secara mendasar, terutama dalam tata kelola gabah.
“Petani perlu belajar bahwa usahatani tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri, misalnya tanam dengan satu varietas dan waktu yang bersamaan sehingga dapat memutus siklus hama. Dan untuk penggunaan teknologi bisa nyemprot dan memupuk pakai drone”, papar Mindo saat memberikan arahan dan membuka acara bimtek ini.
Menurut Mindo konsep usahatani yang dikembangkan harus mulai berbasis teknologi dan berorientasi pada bisnis dengan mengupayakan peningkatan kualitas produksi khususnya padi, sehingga mampu mewujudkan konsep bahwa petani adalah seorang pengusaha.(*)
Apa Reaksi Anda?