Pelaku UMKM Fashion Kediri Didorong Untuk Lebih Pahami Trend Fashion
Trend fashion berubah secara dinamis dan cepat. Setiap beberapa bulan sekali, trend fashion berubah mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat. Trend fashion, baik yan ...
TIMESINDONESIA, KEDIRI – Trend fashion berubah secara dinamis dan cepat. Setiap beberapa bulan sekali, trend fashion berubah mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat. Trend fashion, baik yang up-to-date ataupun yang akan datang perlu dipahami semua yang terlibat dalam industri fashion, tidak terkecuali para pelaku UMKM Fashion.
Desainer dan akademisi Yufie Kartaatmaja mengungkapkan saat ini pemahaman tentang trend masih jadi tantangan para pelaku UMKM fashion, terutama di sektor wastra. Sebagian besar pengrajin belum maksimal dalam membaca trend karena terlalu terpaku pada pakem wastra.
Padahal jika wastra tersebut dikombinasikan dengan trend yang ada di industri fashion saat ini, bisa menambah value dan daya jual dari wastra.
"Jadi para pengrajin juga harus paham kain mau dipakai produk apa. Ketika trendnya minimalis maka buatlah motif dengan komposisi warna dan desain yang minimalis, jadi bisa saling berkaitan," jelas Yufie Kartaatmaja, Rabu (06/03/2024) di sela Level Up! Kediri Fashion Trend Forum 2024.
Yufie mengungkapkan secara garis besar, trend fashion ada 4 yakni mengarah ke culture, art, natural dan teknologi. Dalam setiap trend sendiri terdapat pendorong trend (trend driver), yang nantinya berpengaruh pada warna, material dan motif.
"Art lebih free spirit, natural menggunakan elemen-elemen alam, sementara teknologi main motif-motif teknik-teknik seperti digital printing, yang menggunakan. Yang culture kita tetap menggunakan wastra tapi menyesuaikan dengan kondisi yang sekarang, motif-motif kekinian," tambahnya lagi.
Level Up! Kediri Fashion Trend Forum 2024 diinisiasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri. Kegiatan tersebut diikuti lebih dari 100 pelaku UMKM fashion dari wilayah Kediri Raya dan sekitarnya. Para pelaku UMKM Fashion yang ambil bagian juga beragam. Mulai dari craft, pengrajin, desainer, penjahit, baju dan pengrajin wastra.
Di kegiatan itu para pelaku UMKM fashion dikenalkan pada trend fashion 2024 dan 2025. "Antusiasme pelaku UMKM sangat tinggi. Tidak hanya dari Kota Kediri tapi juga dari Madiun, Nganjuk, Blitar, Tulungagung serta Nganjuk hadir," jelas Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Kediri Wihujeng Ayu Rengganis.
Dengan lebih mengikuti trend, omset dan penjualan UMKM fashion makin meningkat sehingga UMKM fashion bisa naik kelas. Di wilayah kerja Bank Indonesia Kediri sendiri, memiliki potensi wastra yang tinggi. Seperti Kota Kediri dengan kain tenun ikat.
"UMKM diharapkan bisa menerjemahkan trend dalam produknya, sehingga saat UMKM kembali melakukan produksi bisa lebih meningkatkan inovasi dan kualitas sehingga lebih disukai oleh masyarakat karena sesuai dengan trend," ujarnya lagi.
Selain mengenal trend, para pelaku UMKM fashion yang hadir juga mendapatkan materi penguatan brand dan manajemen usaha. Para pelaku UMKM didorong untuk membuat katalog fashion agar produk dan karya mereka untuk lebih dikenal, baik secara nasional dan internasional.
Salah satu pemateri yang juga pelaku industri fashion Anggiasari Mawardi menuturkan katalog produk bisa menjadi pembuka jalan untuk menembus pasar yang lebih besar, sekaligus kerjasama dengan pihak-pihak lain di industri fashion.
Bahkan tidak mungkin menemukan pembeli dari luar negeri. "Katalog tidak harus tebal. Simple, bisa memanfaatkan teknologi digital. Baik lewat sosial media dan website," ungkapnya.(*)
Apa Reaksi Anda?