Nyanyian Mubaligh di Pekan Islami PT ACA, Siratkan Penguatkan Pendidikan Agama
Nyanyian mubaligh KH Kholili pada acara Pekan Islami XVI PT ACA (Anugerah Citra Abadi), menyiratkan betapa pentingnya penguatan pendidikan agama bagi anak. ... ...
TIMESINDONESIA, MALANG – Nyanyian mubaligh KH Kholili, Selasa (18/4/2023) siang pada acara Pekan Islami XVI PT ACA (Anugerah Citra Abadi), menyiratkan betapa pentingnya penguatan pendidikan agama bagi anak-anak, tak terkecuali anak yatim.
Di acara ini PT ACA menyantuni 1.722 anak yatim yang datang dari berbagai yakni Tajinan (383 anak), Bululawang (398 anak), Wajak (483 anak) dan Poncokusumo (458 anak).
Komisaris PT ACA, Iwan Kurniawan sengaja melibatkan mubaligh KH Kholili untuk ikut membantu mengingatkan ibu-ibu, terutama pendamping anak yatim agar anak-anak tidak terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan yang sangat dalam dan membahayakan keimanannya.
Keprihatinan Iwan Kurniawan mengemuka saat ia menemukan fakta, bahwa sejumlah anak antara menghafal surat-surat dalam Al Quran dengan lagu-lagu yang tidak tepat pada tempatnya, ternyata lebih hafal bahkan dengan senang menyanyikan lagu yang tidak tepat pada tempatnya itu.
Misalnya ketika diminta membawakan Al Fatihah, ada juga yang tidak hafal. Sementara ketika diminta menyanyikan lagu Mangku Purel atau Ojo Dibandingke mereka sangat hafal dan penuh semangat.
"Saya juga ikut sedih dan prihatin. Tidak boleh seperti ini terus. Akan dibawa kemana masa depan anak-anak kita. Menurut saya memang agama harus diperkuat," kata Iwan Kurniawan.
Selama safari ramadan di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Malang, Iwan memang telah banyak menemui ketidakseimbangan itu. Maka cara yang dipakai oleh KH Kholili pun juga lewat lagu.
Gaya kultum yang disampaikan Kholili memang menyentuh langsung hati para ibu-ibu panitia lewat sejumlah lagu berirama dangdut di antaranya Yatim Piatu dan Air Mata Darah milik.Rhoma Irama.
Ketika membawakan lagu Yatim Piatu, beberapa liriknya diganti dengan kata-kata yang gampang dihafal dan jenaka sehingga anak-anak senang. "Saya mencoba menterjemahkan keinginan dari pak Iwan," kata Kholili tentang lagunya.
Bahkan begitu melihat ibu-ibu itu menangis setelah mendengar lagu Anak Yatim itu, Iwan Kurniawan pun mengundang salah satunya ke pentas untuk ditanya mengapa sampai menangis. "Saya teringat ibu saya, pak," jawab si ibu itu.
Kholili mencoba mempelajari sesaat tentang kemampuan anak-anak atas lagu-lagu orang dewasa dan lagu-lagu atau lantunan sholawat dengan cara mengajak mereka melantukannya bersama-sama.
"Sayangnya sekarang ini anak-anak telah begitu gampang terkontaminasi oleh lirik-lirik lagu yang sebenarnya tidak pantas dan tidak pada tempatnya. Saya juga sedih, saya juga prihatin," kata Kholili kepada TIMES Indonesia.
Misalnya lagu Mangku Purel atau lainnya. Begitu lantang dan kompak saat mereka menyanyikannya.
"Sebaik-baiknya lagu pasti ada yang jelek, tapi sejelek-jeleknya lagu juga masih ada yang baik. Nah, sekarang ini terserah ibunya. Ibu itu ibarat pemegang pena, mau menulis apa tentang anaknya, itu terserah ibunya," katanya.
Karena itu, kata Kholili, ibu itu Perdana Menteri di keluarga. Kunci pembangunan ahklak dan keimanan itu ada di tangan ibu. Surga ada di telapak kaki ibu," tandas Kholili.
Semua itu, lanjut Kholili lagi harus diantisipasi dengan ketat. "Harus ada remnya, yakni agama. Pak Iwan itu memberi tas berisi alat-alat tulis itu maksudnya agar anak-anak fokus bersekolah dengan baik dan menjadi pinter," katanya lagi.
Di empat tempat itu, Tajinan, Bululawang, Wajak dan Poncokusumo, kehadirsn Iwan Kurniawan disambut baik oleh pejabat Muspika. Camat Poncokusumo, Didik A Mulyono misalnya, menyatakan Pekan Islami ke XVI PT ACA ini luar biasa karena telah memperhatikan anak-anak yatim.
"Atas nama pemerintah daerah kecamatan, kami ucapkan terimakasih setinggi-tingginya kepada pak Iwan. Semoga pak Iwan selalu diberi kesehata dan rezeki, agar tahun deoan santunannya terus berlanjut," katanya.
Dalam Pekan Islami XVI PT ACA kali ini, untik kesekian kalinya, Iwan Kurniawan lagi-lagi mengulang permintaannya untuk dikritik, diberi masukan dan harapan dari anak-anak yatim maupun para pendampingnya agar tahun depan model santunannya jauh lebih baik lagi. (*)
Apa Reaksi Anda?