Merayakan Satu Dekade Konsistensi Banyuwangi dalam Membangun Industri Batik Lokal
Di jantung Banyuwangi, Jawa Timur, tepatnya di Creative Hub, Terminal Pariwisata Terpadu, satu dekade konsistensi Pemkab Banyuwangi dalam mengembangkan ekosistem batik lo ...
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Di jantung Banyuwangi, Jawa Timur, tepatnya di Creative Hub, Terminal Pariwisata Terpadu, satu dekade konsistensi Pemkab Banyuwangi dalam mengembangkan ekosistem batik lokal dirayakan dengan gemerlap dan kreativitas yang memukau.
Banyuwangi Batik Festival (BBF), yang telah berjalan selama satu dekade, kembali menyinari tahun 2023 dengan megahnya motif Sembruk Cacing.
Dalam sepuluh tahun perjalanannya, BBF telah menjadi lebih dari sekadar fashion show. Ini adalah cermin dari tekad Banyuwangi untuk menumbuhkan ekosistem batik di Banyuwangi, bukan hanya dalam aspek peragaan busana, tetapi juga dalam produksi, desain, dan peluang bisnis.
"BBF bukan sekedar peragaan busana, namun ini adalah memicu lebih pesat pengembangan industri batik Banyuwangi. Tidak hanya di ujungnya saja, tapi dari hulu ke hilir. Dari produksi hingga bisa berupa pakaian jadi," kata Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, Senin (23/10/2023).
Berkat konsistensi dan tekad ini, industri dan gerai batik di Banyuwangi terus tumbuh seiring dengan munculnya desainer-desainer muda yang kreatif.
Saat ini, Banyuwangi telah mencetak lebih dari 60 pelaku usaha batik, yang semula hanya belasan. Selain itu, para desainer dan perajin batik semakin berkembang, menciptakan karya-karya yang semakin memukau.
Tahun ini, BBF mengangkat motif Sembruk Cacing, menampilkan puluhan busana batik dengan tema serupa, mulai dari busana muslim, casual, resmi, hingga busana pesta. Banyuwangi sendiri memiliki 44 motif batik yang secara bergantian diangkat setiap tahun.
Ajang BBF bukan hanya sekadar pertunjukan mode, tetapi juga berfungsi sebagai wadah yang mendorong kecintaan generasi muda pada batik. Lomba desain batik, fashion on pedestrian, pemilihan duta batik, jazz batik, pasar batik, hingga meras batik melibatkan anak-anak remaja dan pelajar, memperkuat keberlanjutan budaya batik di Banyuwangi.
Fifin Andri, seorang pelaku usaha batik di Banyuwangi, berharap BBF tahun ini dapat menjadi pengungkit industri batik seiring dengan kembali menggeliatnya pariwisata Banyuwangi. Dengan perkembangan pariwisata yang semakin membaik, industri batik juga semakin berkembang.
“Usaha kami pengembangannya seiring dengan pariwisata. Setelah sempat turun saat pandemi kemarin, kini sudah mulai kembali ke normal. Saat ini sudah banyak wisatawan yang datang, belum lagi Banyuwangi menjadi tuan rumah berbagai event, MICE nya juga sudah bergerak. Ini sangat menguntungkan kami,” kata Fifin.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, saat menyampaikan apresiasi pada BBF 2023. (Foto: Laila Yasmin/TIMES Indonesia)
Acara BBF tahun 2023 tidak hanya menjadi perayaan satu dekade konsistensi, tetapi juga menjadi simbol perjuangan dan semangat Banyuwangi dalam melestarikan dan memajukan warisan budaya batik lokal. Seluruh kalangan, dari desainer hingga generasi muda, terus bersatu untuk menjaga kemilau batik Banyuwangi yang begitu indah.
Acara BBF tahun ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh ternama seperti Dewan Komisioner OJK Friderica Widyasari Dewi, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jember Goenawan, Staf Ahli Menteri Kesehatan Ubaidillah Amin, dan Kepala Bakorwil V Jember Nanang Fajar, menunjukkan dukungan luas terhadap upaya mempromosikan dan melestarikan batik Banyuwangi yang begitu berharga. (*)
Apa Reaksi Anda?