Madiun Creative Network Kenalkan Menggambar Berbasis Sejarah
Madiun Creative Network (MCN) bersinergi dengan akademisi, praktisi seni, pengusaha UMKM, craft dan media, mengenalkan bagaimana menggambar berbasis sejarah. ...
TIMESINDONESIA – Madiun Creative Network (MCN) bersinergi dengan akademisi, praktisi seni, pengusaha UMKM, craft dan media, mengenalkan bagaimana menggambar berbasis sejarah.
Melalui kegiatan workshop, komunitas jejaring di Kota Madiun yang merupakan anggota Indonesian Creative Cities Network ini mengusung tema Menuju Tumbuh Kembang Ekonomi Kreatif Madiun, Menyorot Jalan Pahlawan dari Masa ke Masa.
Menariknya, kolaborasi tersebut menggali potensi Kota Madiun melalui story telling sejarah, lalu diserap menjadi konsep gambar sebagai wujud ekspresi kreativitas.
Sebelum menggambar, workshop diawali dengan paparan tentang sejarah Jalan Pahlawan Kota Madiun di masa lalu.
Narasumber workshop menggambar kali ini disampaikan oleh pelukis dan pegiat menggambar dari Indonesian Art Culture Education, Sri Kartika Rahayu yang menggandeng sejarawan Komunitas Pelestari Sejarah Madiun Raya (Kompas Madya), Septian Dwita Kharisma.
Sri Kartika Rahayu, pelukis dan pegiat Komunitas Menggambar membantu mengarahkan peserta Workshop Drawing. (Foto: MCN for TIMES Indonesia)
Menurut salah seorang peserta asal Yogyakarta, Sentot, seorang pelukis, acara tersebut sangat menarik dan sangat mengedukasi kepada anak-anak bagaimana menuangkan ide dari pikiran menjadi sebuah gambar.
"Acara menggambar berbasis sejarah ini sangat menginspirasi komunitas dari kota lain untuk bisa menggelar kegiatan serupa," katanya, Sabtu (11/3/2023).
Senada diungkapkan Sekretaris MCN Madiun, Masita, bahwa dia terinspirasi sosok Sejarawan Madiun, Septian bagaimana sejarah itu bisa menghasilkan sebuah karya seni berupa produk.
"Dari sini saya tergugah untuk memberi tempat ruang dan waktu bagi praktisi seni agar tercipta suatu ikon baru di Madiun, mungkin bisa menjadi kota seni dunia atau ikon kota kreatif lainnya," terangnya.
Acara yang difasilitasi Warung Godfather, Jalan Tanjung Raya Nomor 30, Manisrejo-Taman, Kota Madiun ini dihadiri oleh peserta dari berbagai wilayah karesidenan Madiun tanpa batasan usia.
Pesertanya pun berlatar belakang beragam, di antaranya pelajar dan masyarakat umum.
"Menggambar terbukti menjadi koridor bagi lahirnya pemikiran-pemikiran kreatif yang kritis dan estetis," ujar Masita.
Dia juga menilai, fungsi hybrid dari sebuah gambar sendiri yakni linier dengan bidang ekonomi kreatif dalam proses produksi karya yang lekat dengan penggalian ide atau konten karya semenarik mungkin agar menjadi sumber literasi yang kuat sebagai wacana.
"Fungsi lain dari gambar yakni sebagai artefak budaya yang mengandung taksir koleksi di tingkat pasar dan berjenjang hingga menyentuh nilai tak terbatas di art market atau konstelasi harga di pasar seni rupa oleh kolektor, art dealer, galeri, dan lainnya," paparnya.
Di samping menggambar, dalam kesempatan yang sama terdapat pameran buku karya penulis-penulis inspiratif Madiun dan sudah go internasional. Karya-karyanya dikoleksi perpustakaan Leiden Belanda, misalnya buku yang ditulis Tulus Setyadi, resital puisi oleh Fileski, story telling sejarah Madiun.
Peserta menuangkan ide dalam sebuah gambar. (Foto: MCN for TIMES Indonesia)
Selain itu juga ada pertunjukan musik dari mahasiswa STAINU Madiun dan bazar produk UMKM dari komunitas UMARA Madiun.
Sementara itu, Ketua Kompas Madya, Septian D Kharisma mengatakan, salah satu kekuatan Madiun itu lingkup sejarahnya. Dia berkeinginan sejarah Madiun tidak hanya berhenti di ruang-ruang diskusi atau di buku saja namun juga menghasilkan karya seni dan menginspirasi produk-produk ekonomi kreatif.
"Misalnya kisah Pangeran Diponegoro menjadi inspirasi karya seni rupa, seperti kriya atau kerajinan dan seni yang lain," ucapnya.
Tak hanya itu, Dwi Kartika Rahayu, pelukis perempuan dan pegiat budaya yang juga alumni SMAN 4 Madiun ini menimpali, bahwa pandangan tersebut mudah diwujudkan karena potensi di Madiun sendiri sudah ada tinggal bagaimana secara kolektif bergotong royong mewujudkan iklim kreativitas yang menyenangkan, konstruktif dan berani beda, diawali dari menggambar atau membuat sketsa, lalu diproduksi kemudian dijual.
"Kalau seni rupa, jika produknya seni murni ya rajin apresiasi dengan berpameran dan membuat acara yang kreatif setahun minimal dua kali dan bisa lebih per tiga bulan sudah empat kali kegiatan," katanya. (*)
Apa Reaksi Anda?