Libur Nataru, Cuaca Ekstrem Ancam Transportasi Udara dan Laut di Banyuwangi
Dalam menghadapi libur Natal dan Tahun Baru. Bagi pengguna jasa angkutan laut dan udara di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, akan menghadapi sedikit kendala berupa cuaca ...
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Dalam menghadapi libur Natal dan Tahun Baru. Bagi pengguna jasa angkutan laut dan udara di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, akan menghadapi sedikit kendala berupa cuaca buruk dengan adanya perubahan musim dari musim kemarau ke musim hujan.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas III Banyuwangi, I Gede Agus Purbawa, mengatakan, masyarakat wilayah Bumi Blambangan sudah bisa merasakan turunya hujan pada bulan Desember akibat masuknya musim transisi tersebut.
Karena anomali tersebut, masih Gede panggilan dari I Gede Agus Purbawa itu, harap menjadi kewaspadaan dan peringatan kepada masyarakat yang akan menggunakan jasa penyeberangan laut di Pelabuhan Ketapang yanv hendak liburan ke Bali atau angkutan udara melalui Bandara Internasional Blimbingsari. Adanya cuaca transisi itu akan menggangu kenyamanan saat perjalanan berlibur.
“Pada saat Libur Nataru nanti, Banyuwangi maupun wilayah Bali memasuki fase hujan. Untuk itu saat Nataru nanti BMKG akan membuat posko di Pelabuhan Ketapang dan Bandara Blimbingsari,” kata Gede, Senin (4/12/2023).
Gede, menambahkan, kepada masyarakat yang ingin menggunakan jasa angkutan udara maupun laut, akan dipredikasi banyak mengalami penundaan tergantung dari situasi cuaca yang terjadi saat itu. Terlebih, Gede, menuturkan hujan lebat memang sering terjadi pada akhir tahun.
Adanya penundaan atau delay tersebut perlu dilakukan, karena pada saat kondisi hujan atau cuaca sedang buruk, akan berpengaruh pada munculnya gelombang tinggi dapat membuat kapal kesulitan masuk dermaga.
“Mungkin ditutup bisa hitungan 1 sampai 2 jam, akan kembali dibuka saat cuaca sudah semakin membaik,” tandasnya.
Sama seperti jasa angkutan laut. Delay karena cuaca buruk yang akan akan terjadi saat libur Nataru itu juga akan dirasakan maskapai penerbangan di Bandara Blimbingsari. Dalam dunia penerbangan cuaca buruk bisa mengganggu jarang pandang (Visibility) yang pendek.
“Saat jarak pandang kurang dari 5000 Meter, Bandara harus close tidak boleh adanya take off maupun Landing,”
“Terlebih Bandara Blimbingsari, masih menggunakan visual, dan belum dilengkapi Instrument Landing System (ILS), jadi minumun jarak pandang harus 5 Kilometer,” imbuh Gede.
Bukan itu saja, ganguan cuaca buruk berupa hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang saat Nataru itu, selain jarak pandang, juga munculnya awan Cumulonimbus yang menjadi ketakutan para pilot.
Ketakutan itu muncul karena awan Cumulonimbus dapat memproduksi Windshear atau perubahan arah dan kecepatan angin, yang bisa membuat pesawat tenggelam (downdraft) atau biasa disebut istilah guncangan pada tubuh pesawat atau Turbulensi dalam badai.
“Diimbau untuk masyarakat, selalu memantau informasi cuaca yang muncul dari laman BMKG saat mendekati Libur Nataru,” tutur Gede. (*)
Apa Reaksi Anda?