Konsep Collaborative Action UB untuk Penanganan dan Pencegahan Stunting di Desa Jabung Kabupaten Magetan
Pencegahan dan penanganan stunting merupakan salah satu program prioritas nasional ... ... ...
TIMESINDONESIA, MAGETAN – Pencegahan dan penanganan stunting merupakan salah satu program prioritas nasional. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memenuhi standar.
Melihat kondisi ini, Kegiatan Hibah Pengabdian Masyarakat Strategis bekerjasama dengan Mahasiswa Membangun 1000 Desa Universitas Brawijaya menggelar workshop bertajuk “ Collaboratove Action Pencegahan dan Penanaganan Stunting” yang bertempat di Balai Desa Jabung Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan.
Pemilihan lokasi pengabdian tersebut dikarenakan saat ini Jabung termasuk dalam desa dengan angka stunting yang tinggi di Indonesia. Kegiatan ini menggandeng berbagai pihak yaitu Puskesmas Kecataman Panekan, Pemerintah Kecamatan Panekan, Pemerintah Desa, Bidan Desa, Babinsa dan Babinkantibmas, dan perwakilan kader posyandu dan tim Penggerak PKK.
Wito, Kepala Desa Jabung menyampaikan bahwa Desa Jabung tercatat sebagai desa dengan kasus stunting yang cukup tinggi secara nasional,.
“Kondisi ini mendorong kita untuk berbenah dan akhirnya sekarang kita menjadi desa percontohan nomor 1 untuk penanganan stunting, bahkan SOP kita ini dijadikan percontohan nasional, ini luar biasa sekali juga didukung oleh peran bu bidan desa,” jelasnya.
Tia Subekti, S.IP.,MA, dosen Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Brawijaya menyampaikan saat ini penting untuk melaksanakan collaborative action. Menurutnya, Pemerintah tidak bisa lagi berdiri sendiri dalam menangani problem pembangunan termasuk stunting salah satunya.
“Pendekatan multi sector perlu melibatkan pemerintah, swasta, akademisi, masyarakat, dan juga media massa. Bahkan sekarang TNI dan POLRI di level desa diminta untuk mengawal dan mendampingi ibu hamil dan balita stunting. Sinergi dan kolaborasi ini sangat luar biasa,” tegasnya.
Tia Subekti menambahkan kolaborasi penting untuk mengatasi keterbatasan resources seperti sumber daya, anggaran dan waktu yang dimiliki oleh masing-masing aktor. Kolaborasi juga mampu mendorong efketifitas capaian program serta mamu mendorong partisipasi masyarakat dan mewujudkan demokrasi deliberative.
Nutrisionis dari Puskesmas Panekan, Ismayanti SKM mengungkapkan pentingnya disiplin dalam memberkan asupan makanan pada balita.
“Disiplin tersebut berkaitan dengan disiplin dalam memberikan pilihan menu dengan memperhatikan isi piring yang akan diberikan pada anak. Serta disiplin dalam memberikan jadwal makan pada anak,” paparnya.
Ismayanti menjelaskan pencegahan stunting juga harus dimulai dari remaja seperti dari anak-anak kuliah harus memperhatikan asupan gizinya, agar jika sudah memasuki usia pernikahan khususnya yang perempuan tidak beresiko sebagai ibu hamil yang melahirkan bayi dengan berat badan rendah.
“Jadi bukan hanya fokus pada balita saja tapi juga fokus pada remaja dan juga ibu hamil,” tuturnya.
Ismayanti menambahkan penanganan stunting di level desa saat ini telah memiliki SOP yang baik. Pertama balita telah mendapatkan pemeriksanaan dan pemantauan oleh kader posyandu dan bidan desa.
“Jika bayi bermasalah terhadap gizi maka akan mendapatkan rujukan dan pemeriksaan kembali ke Puskesmas Kecamatan. Di Puskesmas, balita akan diperiksa kembali secara lebih detaik termasuk tinggi badan, berat badan dan perkembangan anak. Jika anak dinyatakan sehat maka anak akan dikembalikan lagi kepada posyandu. Namun, jika anak dinyatakan bermasalah pada gizi maka akan dirujuk ke RSUD,” sambungnya.
Ismayanti menegaskan bahwa dukungan kader posyandu sangat besar. Salah satu inovasi dari kader Desa Jabung ini menyediakan ojek khusus untuk ibu hamil dan balita stunting.
“Ini dilakukan karena masyarakat sering mengeluhkan tidak memiliki kendaraan untuk ke puskesmas atau RSUD,” tuturnya.
Untuk diketahui, snak-anak dikatakan stunting jika tinggi badan-untuk-usia mereka lebih dari dua standar deviasi di bawah median Standar Pertumbuhan Anak WHO. Stunting pada anak dapat terjadi pada 1000 hari pertama setelah konsepsi dan berhubungan dengan banyak faktor, antara lain asupan makanan sosial ekonomi, infeksi, status gizi ibu, penyakit infeksi, defisiensi mikronutrien dan lingkungan. Tingkat prevelensi stunting di Indonesia saat ini mencapai angka 21.6 %. Target stunting pada tahun 2023 sejumlah 17,8 %dan pada tahun 2024 mencapai angka 14%. (*)
Apa Reaksi Anda?