Kisah Pejuang TBC RO: Keluarga Saja Ingin Saya Sembuh, Masa Saya tidak Mau Sembuh
Tidak pernah terpikir sebelumnya dalam benak Bunga bahwa ia akan mengalami perjalanan yang sulit dalam melawan penyakit Tuberkulosis (TBC) paru. ...
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Tidak pernah terpikir sebelumnya dalam benak Bunga bahwa ia akan mengalami perjalanan yang sulit dalam melawan penyakit Tuberkulosis (TBC) paru.
Perempuan berusia 22 tahun sudah bekerja selama tiga tahun sebagai pegawai toko ritel. Bunga merupakan tulang punggung keluarga, bagi orang tua dan kedua adiknya.
Kisah sedih yang dialami Bunga dimulai bulan pada suatu pagi di April tahun 2022. Bunga ketika itu mulai merasakan nyeri tak tertahankan di dadanya, disertai batuk berdarah, lemas, dan sesak nafas. Gejala yang dirasakan ini sangat menyiksanya bahkan ketika Ia beristirahat.
“Dadanya sakit seperti ditekan-tekan dan sesak banget apalagi jika sudah batuk,” ucap Bunga.
Hal ini membuatnya kembali teringat pada gejala-gejala TBC yang pernah menyerang ayahnya. Ayah Bunga sempat terserang penyakit TBC paru pada tahun 2017 dan berhasil menuntaskan pengobatan di klinik selama 6 bulan.
Tanpa berpikir panjang, Ia memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. Ternyata benar yang Ia khawatirkan.
“Dokter bilang saya TBC paru dan harus minum obat selama 6 bulan," kata Bunga. “Tiap hari saya minum dua tablet obat, tapi bukannya makin baik saya malah makin lemah. Saya hanya bisa tidur dan tidak bisa beraktivitas seperti biasa," lanjutnya.
Bunga bahkan kesulitan merawat dirinya sendiri. Mengisolasi diri menjadi pilihan, karena Ia takut menularkan TBC kepada orang lain. Selain itu, rasa putus asa dan kehilangan semangat dalam menjalani hidup, membuat Bunga memutuskan untuk berhenti minum obat TBC setelah empat bulan berjuang.
Pada November 2022, Bunga harus merasakan konsekuensi akibat berhenti minum obat TBC. Ia jatuh tak sadarkan diri karena lemas dan sesak nafas.
“Saya dibawa ke rumah sakit. Saya dinyatakan TBC RO”, jelas Bunga. TBC RO (Tuberkulosis Resistan Obat) atau yang sering dikenal dengan TBC kebal obat adalah suatu kondisi dimana kuman tuberkulosis yang menginfeksi telah kebal terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT TBC).
Bunga didiagnosis dengan TBC Pre XDR sehingga dokter yang merawatnya menyarankan Bunga untuk segera memulai pengobatan TBC RO dengan beberapa pilihan pengobatan. Salah satunya adalah dengan paduan BPaL. Paduan berdurasi 6-9 bulan ini, merupakan paduan baru yang telah direkomendasikan oleh WHO sejak Desember 2022 dengan tingkat kesembuhan yang tinggi, durasi pengobatan yang singkat, serta jumlah obat yang sedikit.
"Penjelasan dokter membuat saya optimis untuk memulai pengobatan kali ini,” ucapnya.
Meski memulai pengobatan dengan semangat yang baru, namun perjalanan Bunga melawan TBC RO tidak serta-merta menjadi lebih mudah. Pada awal pengobatan BPaL, Bunga kembali merasa lelah dan bosan untuk minum obat karena teringat perjalanan pengobatan sebelumnya.
Tetapi, Ia berusaha untuk berpikiran positif dan melanjutkan pengobatannya, karena khawatir pengobatannya gagal dan penyakitnya menjadi semakin parah. Tak hanya itu, dukungan keluarga yang luar biasa terutama dari ayahnya sebagai penyintas TBC menjadi nyawa yang menghidupkan semangat Bunga untuk berjuang sembuh melawan TBC.
“Waktu itu saya sempat tidak mau makan dan nafsu makan berkurang. Bahkan kasarnya, seperti sudah tidak ada semangat lagi untuk hidup. Tapi keluarga tetap memberi support dan menyemangati saya. Kata mereka, ‘Sok mau sembuh lagi tidak, supaya bisa main jauh, tidak dibatas-batasi lagi,’" tutur Bunga.
“Keluarga saya tidak pernah lepas memberi motivasi setiap hari. Dari cara keluarga merawat saya selama saya berobat juga sangat terasa bahwa mereka sayang, dan saya tidak ingin menyia-nyiakan keluarga yang peduli dengan saya. Dari situ saya jadi semangat lagi menjalani pengobatan.”
Teman-teman Bunga juga tak henti membanjiri dengan perhatian dan dorongan agar Ia cepat kembali pulih dari penyakitnya. Bahkan, atasan Bunga di tempat kerja menyarankan untuk mengajukan cuti agar Ia dapat fokus menyelesaikan pengobatannya dahulu.
“Teman-teman saya sering menawarkan untuk membawakan saya makanan, juga selalu mengingatkan saya agar saya menjaga pola makan saya agar cepat sembuh,” tutur Bunga.
“Selain keluarga dan teman-teman, ada pendamping pasien yang selalu memantau perkembangan pengobatan saya. Selama pengobatan, saya tidak pernah putus berkontak dengan pendamping saya,” imbuhnya.
Seluruh pasien TBC RO selain didampingi oleh tenaga kesehatan, juga akan didampingi oleh manajer kasus dan pendamping pasien selama masa pengobatannya.
Manajer kasus dan pendamping pasien adalah bagian dari organisasi penyintas pasien yang berkomitmen untuk memberikan bantuan dan pendampingan psikososial bagi pasien TBC RO. Salah satunya adalah Yayasan TERJANG, sebuah organisasi penyintas TBC di Jawa Barat, yang turut serta mendampingi Bunga selama pengobatan.
Bunga bersyukur atas semua dukungan terhadap dirinya. Ia tidak mau menyia-nyiakan kebaikan dari orang sekitarnya.
“Saya mengatakan kepada diri saya: masa mau menyia-nyiakan orang yang sayang sama saya, mereka saja ingin saya sembuh, masa’ saya tidak mau menyayangi diri sendiri dan sembuh?” ujarnya.
Akhirnya, di akhir Juni 2023 Bunga berhasil menyelesaikan pengobatan dengan paduan BPaL selama 6 bulan. Bunga pun mendapatkan kabar baik dari rumah sakit tempat Ia berobat, bahwa kondisi parunya sudah semakin membaik dan hasil tes dahak sudah negatif.
“Untuk keluarga, teman, pendamping pasien, tenaga kesehatan, dan semua yang sudah peduli terhadap saya, terima kasih banyak sudah menjadi support system terbaik saya, sehingga saya menjadi semangat untuk sembuh,” ucapnya.
Perjalanan Bunga merupakan bukti nyata bahwa kekuatan semangat, cinta, dan dukungan dari orang-orang terdekat memainkan peran besar dalam kesembuhan melawan penyakit TBC RO. (*)
Penulis: Yayasan KNCV Indonesia
Apa Reaksi Anda?