Ini Langkah Dinkes Percepat Penurunan Kematian Ibu dan Bayi Di Banyuwangi
Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi, mengambil tindakan untuk melakukan percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian ...
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi, mengambil tindakan untuk melakukan percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Banyuwangi. Upaya tersebut dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan Konvergensi atau Rapat Koordinasi guna membuat langkah terintegrasi mulai dari hulu hingga ke hilir.
Kegiatan yang diselenggarakan di Pendopo Sabha Swagata Blambangan tersebut menghadirkan seluruh kepala puskesmas, bidan, dokter spesialis anak dan kandungan, hingga direktur rumah sakit se Banyuwangi. Dengan begitu langkah terintegrasi percepatan penurunan AKI dan AKB seperti tindakan promotif dan preventif yang dilakukan oleh (Pusat Kesehatan Masyarakat) Puskesmas dan bidan, hingga tindakan kuratif dan Rehabilitatif yang dilakukan rumah sakit bisa menjadi jalan untuk mengurangi kasus tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat, mengungkapkan, di Banyuwangi masih memiliki beban masalah kesehatan dalam angka kematian ibu dan bayi. Di tahun 2021 angka kematian ibu (AKI) sebanyak 260,6 per 100.000 kelahiran hidup (KH). Sedangkan tahun 2022 menurun hingga 126,1 per 100.000 KH. Meskipun memiliki kecenderungan menurun namun kasus ini masih terbilang tinggi.
"Ditahun 2021 terdapat 55 kasus, namun sebagian ibu hamil dengan covid sedangkan setengahnya akibat keterlambatan penanganan dan ditahun 2022 terjadi 25 kasus," jelas, Amir, Kamis (27/04/2023).
"Target kami bisa mengurangi jumlah AKI dan AKB hingga 50 persen, lebih-lebih bisa hingga zero kasus," imbuhnya.
Langkah Integrasi, lanjut Amir, mulai hilir yaitu Puskesmas maupun bidan seperti upaya pencegahan, Antenatal Care, pemeriksaan dini, penemuan kasus dan pemeriksaan kehamilan hingga ke hulu yaitu rumah sakit seperti upaya penanganan medis ini diharapkan mampu menguatkan jejaring antar instansi supaya rujukan bisa lebih cepat dan pasien dapat penanganan lebih awal.
"Jadi langkah integrasi ini juga dapat meminimalisir keterlambatan penanganan kasus agar tidak malah menjadi peningkatan AKI, seperti keterlambatan diagnosa, keterlambatan penanganan dan keterlambatan dirujuk" ucapnya.
Amir menambahkan, kasus kematian ibu utamanya disebabkan oleh pendarahan dan ibu hamil dengan hipertensi. Ibu hamil dengan hipertensi ini sangat beresiko terjadi pendarahan. Untuk itu perlu penanganan khusus dan bisa langsung ditangani oleh pihak rumah sakit.
"Masyarakat juga harus aware terhadap kesehatan nya untuk bisa rutin melakukan pengecekan kesehatan terutama para ibu," tandasnya.
Sementara itu, Dr. Mohammad Nasir Sp.OG Subsp. KFM atau bidang Fetomaternal yang juga sekaligus Ketua Tim Satgas penurunan kematian ibu dan bayi di Surabaya, menanggapi positif langkah Integrasi tersebut, lantaran pertemuan ini menjalin sinergitas antar pelaku kesehatan hingga institusi kesehatan yang dapat menjadi jalan keluar dalam mengurangi AKI dan AKB.
"Permasalahan AKI yang rata-rata tinggi memang harus diturunkan, karena itu adalah cermin pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan ibu," tukas Dr. Nasir.
Dan dalam sambutannya Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, berharap bila pelayan Puskesmas ini bisa dimasifkan dengan upaya promotif dan preventifnya sehingga sebelum masyarakat sakit mereka sudah datang ke Puskesmas dan melakukan pemeriksaan.
"Semoga dengan terjalinya komunikasi demikian membuat banyak pencapaian dalam membangun masyarakat Banyuwangi yang lebih sehat," tegasnya. (*)
Apa Reaksi Anda?