Hari Batik Nasional, SDN Mancogeh Kembangkan Kecintaan Industri Batik Tasikmalaya
Hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober hari yang berkesan bagi 28 orang pelajar kelas 4 SDN Mancogeh ... ...
TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober hari yang berkesan bagi 28 orang pelajar kelas 4 SDN Mancogeh, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya. Para pelajar mengunjungi Putra WD, sebuah workshop industri batik yang terletak di kawasan Cigereng Kota Tasikmalaya, Senin (2/10/2023).
Pertemuan ini tidak hanya bertujuan untuk memperingati Hari Batik Nasional tetapi juga untuk memberikan kesempatan untuk belajar dan berlatih membuat batik, yang merupakan salah satu ikon produk kota Tasikmalaya.
Guru kelas 4 SDN Mancogeh, Kodir S. Pd, mengungkapkan kegiatan ini diharapkan mereka akan tumbuh dengan cinta terhadap produk khas daerah ini. Bahlan mereka lebih mengenal proses dan bahan yang disiapkan untuk pembuatan batik.
"Sebab dengan belajar membatik, mereka tidak hanya mengenal batik dari luar saja, melainkan juga memahami proses pembuatannya," ungkap Kodir disela kegiatan proses pembuatan batik.
Kodir menambahkan pentingnya mengajarkan keterampilan membuat batik tidak hanya berhenti pada tingkat pengenalan, bahkan dirinya berencana untuk menjadikan pembuatan batik sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya.
Sejumlah pelajar kelas 4 SDN Mancogeh berfoto bersama sambil menunjukkan hasil karya membatik di workshop Putra WD Jalan Cigeureung, Parakanyasag, Indihiang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (2/10/2023). (FOTO : Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
"Jika memungkinkan, kita dapat mengintegrasikan kegiatan membatik sebagai ekskul di sekolah kita," ujar Kodir.
Salah satu perintis Lambang Sora Indonesia (LSI) Foundation, Vindu Abdul Rahman, dan seorang perajin batik berpengalaman, Asep Saefudin, juga memberikan dukungan penuh terhadap upaya ini. Mereka menekankan pentingnya edukasi terkait seni membuat batik dan melihatnya sebagai komitmen LSI Foundation.
Dalam konteks saat ini, regenerasi perajin batik sangat minim, dan mayoritas perajin batik adalah kaum lanjut usia. Oleh karena itu, generasi muda perlu memahami proses pembuatan batik, mulai dari mencanting hingga proses pewarnaan.
Sebelum memulai praktik, pelajar-pelajar tersebut mendapatkan materi singkat mengenai teknik menggunakan canting, cara menggambar pola pada sketsa, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pembuatan batik. Asep Saefudin juga menyampaikan rencana LSI Foundation untuk menyediakan ruang khusus yang akan digunakan untuk menumbuhkan kecerdasan generasi muda dalam berbagai bidang, termasuk seni, budaya, sosial ekonomi, dan teknologi informasi.
Dengan upaya seperti ini, diharapkan bahwa kecintaan terhadap batik sebagai warisan budaya Indonesia akan terus berkembang, dan generasi muda akan menjadi penerus yang tangguh dalam melestarikan warisan ini, bukan sekedar memperingati Hari Batik Nasional. (*)
Apa Reaksi Anda?