Dosen Unisma Malang Beri Pendampingan Pencegahan dan Resiliensi Perundungan di Pondok Pesantren
Perundungan atau dikenal dengan nama umum bullying merupakan tindakan yang saat ini banyak menjadi pembicaraan di setiap bidang
TIMESINDONESIA, MALANG – Perundungan atau dikenal dengan nama umum bullying merupakan tindakan yang saat ini banyak menjadi pembicaraan di setiap bidang, tidak terkecuali dunia pendidikan. Fenomena itu menjadi dasar beberapa dosen dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unisma Malang tergugah untuk memberikan pendampingan pencegahan dan reseliensi perundungan di lingkungan pondok pesantren.
Kegiatan yang dilakukan pada Rabu (01/02) tersebut bertempat di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Putri, Desa Ganjaran, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Kegiatan tersebut diikuti sekitar 60 siswa dari tiga angkatan, yani kelas X, XII, dan XII.
Dalam kegiatan tersebut dosen Unisma berkerjasama dengan seorang Praktisi yang berkonsentrasi pada Keperawatan Komunitas, yakni Ners. Laliyatul Munawaroh, M.Kep. Praktisi alumnus Universitas Indonesia dan Universitas Brawijaya ini menyampaikan materi tentang “Resilensi Korban Perundungan”. Para siswa pun berbondong-bondong memberi pertanyaan pada praktisi yang juga pernah bekerja menjadi asisten peneliti di Universitas Gadjah Mada itu.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Sebelum itu, kegiatan pendampingan ini diawali dengan pemaparan materi tentang “Bentuk-Bentuk dan Dampak Perundungan” dari dosen Unisma, yakni Dr. Durotun Nasihah, M.A. Para siswa pun akhirnya tahu beberapa bentuk perundungan yang kadang tidak mereka sadari dan dampak berbahaya dari tindak perundungan.
Kegiatan pendampingan ini semakin semarak dengan dipandu oleh tim pengabdi yang lain, yakni Dr. Atik Umamah, M.Pd. dan Khoirul Muttaqin, S.S., M. Hum. Kepala MA Radlatul Ulum Putri pun menyambut baik kegiatan ini. “Saya harap kegiatan seperti ini sering dilaksanakan di sekolah kami,” ujar H. Elvi Syamsud Dukha, S.Pd.I., kepala MA tersebut.
Dengan adanya kegiatan pendampingan ini diharapkan santri pondok pesantren semakin banyak memahami bentuk dan dampak perundungan sehingga tidak melakukan tindakan itu. Selain itu, bagi siswa yang merasa menjadi korban perundungan, diharapkan mampu untuk bangkit sehinga tidak terpuruk dan melakukan tindakan berbahaya bagi mereka, seperti self-harm atau bahkan bunuh diri. (*)
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Apa Reaksi Anda?