Dorong Go Green, Ponpes Laskar Langit Tasikmalaya Bungkus Daging Kurban Dengan Daun Jati
Permasalahan limbah plastik menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai, bahkan semakin hari semakin padat, salah satu upaya mengurangi limbah plastik Pondok Pesantren ...
TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Permasalahan limbah plastik menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai, bahkan semakin hari semakin padat, salah satu upaya mengurangi limbah plastik Pondok Pesantren Laskar Langit dorong Program Go Green dengan membungkus daging kurban dengan daun jati.
Pimpinan Pesantren Laskar Langit Tasikmalaya, Ustaz Yadi Fiyana mengungkapkan pengemasan daging kurban dengan menggunakan daun jati dianggap sebagai solusi yang tepat untuk mengatasi kondisi bumi yang semakin kritis ini.
Mengemas daging kurban di pondok pesatren yang berada di Kampung Margaluyu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat dengan menggunakan daun jati menurut Ustad Yadi merupakan salah satu gerakan kampanye Program Go Green yang diharapkan menciptakan pengaruh baik bagi lingkungan, sehingga diharapkan dapat melahirkan tanggung jawab masyarakat untuk terus menjaga bumi.
Ponpes yang telah sejak tahun 2013 menurutnya telah membuat kebijakan pengemasan daging kurban dengan menggunakan daun jati dan tali bambu untuk mendukung program pemerintah peduli terhadap lingkungan serta menghindari penggunaan kantong plastik.
“Alhamdulillah pada Lebaran haji kali ini kami bisa berkurban tiga ekor sapi dan empat ekor domba. Dalam pembagian daging, kami melakukan kampanye go green. Karena kami memiliki program untuk menyimpan alam. Itu diaplikasikan dalam kurban,” ungkap Ust Yadi kepada awak media.
Biasanya sebagian besar menurut ustad Yadi daging kurban yang dibagikan oleh panitia pelaksana di Tasikmalaya menggunakan kantong kresek, namun kantong kresek itu selama ini justeru menjadi masalah serta telah menjadi isu dunia tentang sampah plastik, yang tak bisa terurai dengan baik.
Menyikapi hal itu para pengurus pondok pesatren Laskar Langit membuat ide agar bungkus daging ini tidak pakai kantong kresek, yaitu dengan cara kembali ke zaman dulu, seperti jejak nenek moyang dulu dengan memakai daun pisang atau daun jati.
"Contoh di Cirebon itu kan ada nasi jamblang, yang dibungkus daun jati. Dari situ kami ambil ide. Kebetulan kami punya pohon jati. Jadi kita bungkus dengan daun jati. Insyaallah daun jatinya steril, karena di sini jauh dari polusi. Insyaallah juga dagingnya lebih sehat karena tidak ada yang kehabisan seperti pakai plastik,”terangnya.
Aksi pengemasan daging kurban dengan daun jati ini telah dilakukan sejak akhir tahun 2013, daun jati tersebut menurut Ustd Yadi awalnya agak bingung karena sewaktu dikemas tidak rapi namun pada akhirnya dirinya menggunakan tali bambu sebagai pengikat dan tali bambu tersebut merupakan bahan yang mudah terurai.
“Kami berharap dengan aksi ini bisa menginspirasi banyak pihak. Mininal setahun sekali saat kurban bisa melakukan seperti ini. Ketika dilakukan secara masif, insyaallah kita bisa merawat alam,” harapnya
Daging kurban yang telah dikemas dengan daun jati dibagikan kepada warga sekitar dan anak asuh di luar pesantren. “Kami juga sudah mengirimkan undangan kepada penerima agar tidak membawa plastik, sebagai bentuk edukasi untuk mengurangi penggunaan plastik,” pungkasnya. (*)
Apa Reaksi Anda?