Brigjen Singgih Pambudi, Jenderal Motivator yang Menginspirasi
Brigadir Jenderal TNI Dr. Singgih Pambudi Arianto, sosok jenderal yang tak hanya gagah di medan tugas, tetapi juga membakar semangat banyak orang lewat kata-katanya.

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Magelang, 19 September 1975. Seorang bocah kecil tumbuh dengan impian besar. Waktu berlalu, impian itu menjadi nyata. Kini, ia adalah Brigadir Jenderal TNI Dr. Singgih Pambudi Arianto, S.I.P., M.M. sosok jenderal yang tak hanya gagah di medan tugas, tetapi juga membakar semangat banyak orang lewat kata-katanya.
Orang mengenalnya sebagai Jenderal Motivator. Bukan tanpa alasan. Setiap kata yang ia bagikan di media sosial, setiap motivasi yang ia sampaikan di podium, selalu menggugah. Viral. Menginspirasi.
Lulusan Akademi Militer tahun 1997 ini telah menorehkan prestasi luar biasa. Di medan tugas, di dunia akademik, bahkan dalam dunia literasi.
Tahun 2022, ia lulus dengan predikat Cumlaude dari Sesko TNI. Gelar Doktor Administrasi Publik ia raih dari Universitas Brawijaya pada 2024.
Karier militernya panjang. Penuh tantangan. Mulai dari Danyonif 623/BWU, Dandim 0907/TRK, hingga menjadi Kapendam V Brawijaya.
Ia pernah menjadi Aster Kasdam V Brawijaya, Dosen Madya Seskoad, hingga Kasrem 143/HO. Kini, ia menjabat sebagai Kapok Sahli Pangdam V Brawijaya.
Tugas negara membawanya ke berbagai penjuru dunia. Dari Aceh dalam Operasi Sadar Nusa tahun 2000, Papua tahun 2014, hingga Sudan dalam misi perdamaian PBB tahun 2016.
Ia juga terlibat dalam pengamanan kenegaraan di Singapura, Malaysia, serta mengikuti kunjungan strategis ke Mesir, Prancis, dan Belanda.
Lebih dari Sekadar Jenderal
Singgih bukan sekadar prajurit. Ia adalah pemikir. Seorang intelektual yang mencintai ilmu. Bukunya menjadi bukti dedikasi di dunia akademik dan literasi. Tak heran, ia pernah menyabet Juara I Essay Piagam Kadispenad dan Juara I Lomba Karya Jurnalistik Piagam Kadispenad.
Sebagai pembicara publik, ia kerap diundang untuk menyampaikan orasi kebangsaan, motivasi kepemimpinan, hingga strategi pertahanan.
Keberadaannya di dunia digital pun semakin kuat. Akun-akun media sosialnya ramai diserbu netizen yang haus akan inspirasinya.
Jenderal yang Menggoreskan Kisah dalam Kata
Dari medan tugas hingga kancah internasional, ia menuangkan pemikirannya dalam buku-buku yang menggugah. Salah satunya adalah Skow Wutung: Sejengkal Tanah Sejuta Keunikan, yang ia tulis saat bertugas sebagai Dansatgas Pamtas RI-PNG dan diterbitkan secara online oleh Leutikaprio Press.
Buku ini menggambarkan dinamika perbatasan Indonesia-Papua Nugini dengan segala keunikan dan tantangannya.
Selain itu, ia juga menulis Kepak Sayap Garuda di Gurun Darfur, yang lahir dari pengalamannya sebagai Komandan Pasukan Garuda 35-B di Sudan dalam misi perdamaian PBB.
Buku ini memberikan wawasan mendalam tentang perjuangan pasukan Indonesia dalam menjaga perdamaian di tanah asing.
Tak berhenti di situ, ia pun mengupas strategi dan filosofi kepemimpinan dalam karyanya Pendekar Nusantara Menantang Sun Tzu, yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka.
Buku ini menjadi refleksi dari nilai-nilai kepemimpinan dan strategi militer yang relevan dalam berbagai aspek kehidupan.
Lewat tulisan-tulisannya, Brigjen Singgih tak hanya berbagi pengalaman, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk berpikir lebih luas dan bertindak dengan bijak. Ia membuktikan bahwa seorang prajurit sejati tidak hanya berjuang dengan senjata, tetapi juga dengan pena dan pemikiran.
Kehangatan Seorang Ayah dan Suami
Di balik kegagahan seorang jenderal, Singgih adalah suami dan ayah yang penuh cinta. Ia menikah dengan Ane Ria Prestiwi, wanita yang selalu menjadi pendamping setia.
Bersama, mereka dikaruniai empat anak: Raihan Algi Avicena, Aisyah Rahma Dewi, Raisya Putri Kirana, dan Reina Paramitha Azzahra.
Di tengah kesibukannya, ia tetap menyediakan waktu untuk keluarga. Karena baginya, kesuksesan sejati bukan hanya tentang pangkat dan jabatan, tapi tentang bagaimana ia bisa menjadi ayah yang baik, suami yang setia, dan manusia yang bermanfaat.
Moto Hidup: "Think Globally, Act Locally"
Dunia boleh berubah. Teknologi boleh berkembang. Tapi prinsip hidup Brigjen Dr. Singgih Pambudi Arianto tetap teguh: "Think Globally, Act Locally."
Berpikir besar. Berwawasan luas. Tapi tetap membumi. Tetap peduli dengan lingkungan sekitar. Filosofi inilah yang ia tanamkan dalam setiap langkah hidupnya.
Dari medan pertempuran hingga panggung motivasi. Dari ruang kelas hingga dunia digital. Brigjen Singgih bukan hanya seorang perwira. Ia adalah inspirasi. Sebuah bukti bahwa seorang tentara tidak hanya bisa memegang senjata, tetapi juga menggerakkan hati dan pikiran banyak orang. (*)
Apa Reaksi Anda?






