Bakesbangpol Banyuwangi Kampanye Cegah LGBT
Beranjak dari adanya fenomena penyimpangan seksual dan kekerasan pada anak yang kerap terjadi belakangan ini, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bankesbangpol) Banyuwangi ...
TIMESINDONESIA – Beranjak dari adanya fenomena penyimpangan seksual dan kekerasan pada anak yang kerap terjadi belakangan ini, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Banyuwangi, Jawa Timur, berkampanye kepada elemen masyarakat guna melakukan pencegahan dan penanganan, Selasa (21/3/2023).
Kegiatan yang dikemas forum diskusi penanganan konflik sosial itu, bertajuk ‘menyikapi maraknya isu LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender), Minol (Minuman Beralkohol), Narkoba dan Kekerasan Pada Anak Di Banyuwangi’.
Pertemuan yang digeber di Warung NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), tepatnya di Kantor Bankespol Banyuwangi. Acara mengundang sejumlah tokoh aktivis, tokoh lintas agama, tokoh masyarakat, organisasi masyarakat (Ormas) hingga pemuda itu, diharapkan mampu menemukan sebuah solusi langkah cermat dan tepat dalam upaya penanganan serta pencegahan LGBT, Minol, Narkoba dan Kekerasan pada anak di Bumi Blambangan.
Tak lupa, dalam diskusi hadir pula perwakilan dari Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan tenaga pendidik.
Memastikan diskusi berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan, Bankesbangpol Banyuwangi, mengundang Kejaksaan Negeri Banyuwangi, yang diwakili oleh Helena Yuniwasti Henuk, SH, MHum, Kasat Reskrim Polresta Banyuwangi Kompol Agus Sobarnapraja yang diwakili Wakasat Reskrim AKP Badrodin Hidayat dan Direktur Rumah Sakit (RS) Yasmin Banyuwangi, Dr. Rodhi Bakarman, SpB, FICS.
Acara diskusi ini dibuka oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bankesbangpol Banyuwangi, Muhamad Lutfi. Dalam paparannya dia menyampaikan tentang pentingnya sebuah penanganan dan pencegahan untuk mengatasi LGBT, Minol, Narkoba dan Kekerasan Pada Anak. Terutama agar tidak menyebar luas di mayarakat.
“Kita harus mendirikan satgas bersama elemen masyarakat untuk melakukan pengawasan dan pencegahan bersama-sama,” katanya.
Sebagai langkah upaya pencegahan pada kekerasan pada anak, Lutfi menghimbau kepada para guru baik yang ada di sekolah ataupun pesantren. Ketika memanggil salah satu muridnya yang berlawan jenis tidak boleh sendirian atau sebatas berdua. Harus didampingi dengan guru sesama jenis.
“Untuk meminimalisir terjadinya kekerasan dan pelecahan seksual pada anak ini bisa menjadi alternatif,” ujarnya.
Lutfi menyampaikan, bahwa forum diskusi ini digeber sebagai bentuk atensi pemerintah daerah melihat fenomena-fenomena yang terjadi pada beberapa waktu lalu. Mengingat permasalahan tersebut bukanlah sebuah persoalan yang sederhana. Tapi perlu melibatkan seluruh stakeholder dan masyarakat.
“Kita harus bersama-sama mengatasi persoalan ini,” cetusnya.
Sementara itu, Wakasat Reskrim Polresta Banyuwangi, AKP Badrodin Hidayat mengatakan, permasalahan LGBT bukan hanya sekedar masalah kesehatan saja. Tapi didalamnya terdapat persoalan ekonomi.
“Pelaku LGBT mengajak korban dengan dibayar. Kemudian korban menjadi penyimpangan seksual,” ungkapnya.
Kemudian, korban yang sudah mengalami penyimpangan seksual akan mengajak dan mencari korban-korban lain untuk mengikutinya.
Menurutnya, berbicara soal LGBT, minol, narkoba dan kekerasan pada anak merupakan suatu hal yang saling berkaitan satu sama lain. Misal, seseorang yang mengonsumsi minol akan kehilangan akal dan mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Karena itu, pihaknya meminta kepada masyarakat dalam sekup kecil yaitu keluarga untuk memberikan pemahaman akidah agama kepada anak-anak mereka. Supaya terhindar dari perilaku penyimpangan tersebut.
“Ilmu agama sangat diperlukan dalam upaya pencegahan. Dan supaya persoalan ini tidak meluas,” terangnya.
Direktur RS Yasmin Banyuwangi, Dr. Rodhi Bakarman, SpB, FICS, menyebutkan, perilaku penyimpangan seksual merupakan salah satu penyebar penyakit HIV.
“Penderita HIV diibaratkan seperti gunung es. Artinya, orang yang terdampak dan terdata hanya sebagian kecil. Tapi ada sebagian besar belum terdeteksi,” urainya.
Lebih lanjut, sebagai langkah pencegahan pada kaum LGBT, Dr. Rodhi sapaan akrabnya menyampaikan, bahwa jangan ada sedikitpun untuk mereka diberi panggung publik.
Dia mencontohkan, pada saat menonton televisi dirumah. Kemudian ada salah satu publik figure yang sedikit melambai. Pihaknya meminta untuk siaran tersebut langsung diganti ke chanel lain.
“Bentuk penolakan secara halus kepada mereka yaitu jangan sampai diberi panggung,” imbuhnya.
Perlu diketahui, diskusi yang diselenggarakan oleh Bakesbangpol Banyuwangi tersebut berjalan aktif. Bahkan, satu persatu dari perwakilan elemen masyarakat memberikan masukan dan pendapat sebagai upaya pencegahan dan langkah preventif terhadap persoalan tersebut. (*)
Apa Reaksi Anda?