Anggota PDIP Jatim Agatha Retnosari Gelar Seminar Merawat Warisan Sejarah Surabaya
Anggota PDIP Jatim Agatha Retnosari, S.T. mengadakan pelatihan bertajuk “Urban Heritage Surabaya Kota Wisata” di Aria Hotel Surabaya. ... ...
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Anggota PDIP Jatim Agatha Retnosari, S.T. mengadakan pelatihan bertajuk “Urban Heritage Surabaya Kota Wisata” di Aria Hotel Surabaya. Acara tersebut menghadirkan narasumber ahli sejarah Kota Surabaya, Nanang Purwono.
Kota Surabaya adalah kota yang sibuk dengan berbagai aktivitas. Selayaknya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya menjadi salah satu pusat bisnis dan perdagangan. Namun soal urusan wisata, kota ini rupanya hanya menjadi kota singgah dan transit. Karena biasanya wisata unggulan identik dengan alam.
Padahal sebagai Kota Pahlawan, Surabaya mempunyai peran besar dalam sejarah, sehingga meninggalkan banyak cerita dan gedung bersejarah yang menarik untuk dikunjungi.
Ahli sejarah Kota Surabaya, Nanang Purwono saat paparan diskusi dan seminar "Urban Heritage Surabaya Kota Wisata” di Aria Hotel Surabaya, Minggu (15/10/2023). (FOTO: Dok.PDIP Jatim)
Agatha mengungkapkan, salah satu konsep Trisakti dari Bung Karno adalah berkepribadian dalam kebudayaan. Pesan ini menjadi amanat bagi Agatha untuk melestarikan sejarah dan kebudayaan yang ada.
"Sejarah dan budaya menjadi identitas yang melekat, sehingga sudah selayaknya kita semua mempertahankan kenangan terhadap segala hal yang pernah terjadi di Kota Surabaya," katanya, Minggu (15/10/2023).
Sebagai Anggota Komisi B DPRD Jatim yang bergerak di bidang ekonomi, Agatha memiliki mitra yaitu UMKM dan usaha pariwisata.
Pengembangan UMKM menjadi salah satu perhatiannya. Bagi Agatha, UMKM ini merupakan alternatif penciptaan lapangan pekerjaan.
"UMKM bisa maju jika ditopang dengan pariwisata setempat,” begitu ungkapnya.
Sementara itu dalam paparan, Nanang mengatakan jika sejarah yang saat ini diamati di Surabaya kebanyakan adalah bangunan kolonial peninggalan Eropa.
"Padahal Surabaya mempunyai banyak hal yang klasik, yang sangat Nusantara," ungkap Nanang Purwono.
Hal ini membuka mata semua tentang pola wisata yang selama ini terjadi di Surabaya. Ketua Begandring Surabaya yang aktif menuliskan jejak sejarah ini, menjelaskan pula bahwa banyak sekali potensi wisata yang bisa dikunjungi dan diceritakan.
"Selama bertahun-tahun, daftar wisata Surabaya yang dijadikan tempat kunjungan hanya itu-itu saja, tidak pernah berkembang,” lanjutnya.
Kampung Peneleh merupakan salah satu contoh lokasi wisata yang menyimpan banyak sekali sejarah. Banyak tokoh penting yang lahir dan hidup di sana dulunya. Sungai Kalimas sebagai salah satu penghubung dan urat nadi kehidupan orang Surabaya zaman dahulu, juga menjadi salah satu saksi sejarah.
“Kekuatan wisata di Surabaya itu sejarah dan arsitektural,” lanjutnya.
Warisan ini jika tidak dilestarikan akan hilang. Kolaborasi dengan berbagai unsur juga menjadi penting untuk merawat sejarah dan budaya Surabaya ini.
Karena itu, salah satu hal yang diupayakan oleh Nanang adalah adanya penulisan aksara Jawa di setiap gedung pemerintahan dan nama jalan.
Targetnya sebelum 10 November, semua sudah terpasang dua tulisan, dalam tulisan Latin dan aksara Jawa. Upaya ini bukanlah meniru kota Yogyakarta yang tampak sudah dulu membuat ini.
Menurut Nanang, aksara Jawa di Surabaya memang sudah ada dan berkembang sejak dahulu kala. Sayangnya memang tidak dilestarikan. Maka dengan proyek ini, diharapkan hal tersebut tidak hilang dari budaya Surabaya yang pernah menggunakan aksara Jawa.
Langkah ke depan adalah pemanfaatan teknologi. Menciptakan kamus untuk aksara Jawa secara digital. Meniru dari tempat wisata di luar negeri, setiap tempat wisata ada barcode yang bisa discan dan ada informasi di dalamnya.
"Nah, terkait aksara Jawa juga bisa dibuat demikian. Discan bisa muncul cara baca dan artinya," itulah harapan dan penutup dari Agatha Retnosari. Kolaborasi ini dinilai sangat penting untuk mewujudkan pelestarian budaya agar tidak hilang di masa anak cucu kita dan di mata dunia. (*)
Apa Reaksi Anda?