Tim Dosen FP UB Berikan Sekolah Tani  Untuk Warga Sukoharjo Kabupaten Tuban

Tim dosen dari Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Brawijaya (UB) berinisiatif melakukan kegiatan pengabdian Masyarakat berupa penda ...

September 11, 2023 - 17:20
Tim Dosen FP UB Berikan Sekolah Tani  Untuk Warga Sukoharjo Kabupaten Tuban

TIMESINDONESIA, TUBAN – Tim dosen dari Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Brawijaya (UB) berinisiatif melakukan kegiatan pengabdian Masyarakat berupa pendampingan Sekolah Tani kepada kelompok tani “Harum Tani” di Desa Sukoharjo Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban.

Tim dosen yang melakukan pengabdian masyarakat tersebut memilih Kabupaten Tuban, lantaran daerah tersebut memiliki potensi cabai yang luar  biasa. Dari data yang dihimpun, Kabupaten Tuban memiliki luasan kebun cabai mencapai 20.581 hektare dengan jumlah produksi sebanyak 21.581 ton.

FP-UB.jpg

Meski begitu,  hingga kini terkadang hasil panen petani masih kurang maksimal, karena beberapa hal. Kendala yang banyak dihadapi dalam praktek budidaya tanaman cabai rawit didominasi oleh kurangnya pengetahuan petani tentang pengelolaan agroekosistem sehingga menimbulkan masalah-masalah lain seperti degradasi kesuburan tanah, serangan hama dan penyakit yang berdampak pada penurunan produksi cabai rawit baik secara kualitas maupun kuantitas.

Salah satu dosen yang melakukan pengabdian masyarakat,  Irisa Trianti, S.P., M.Sc., Ph.D.  mengatakan, cabai rawit merupakan komoditas potensial yang sangat penting untuk ditingkatkan daya saingnya. Cabai rawit merupakan produk sayuran dengan nilai ekonomi yang besar dan perlu dikembangkan lebih lanjut. Salah satu Kabupaten yang merupakan sentra penanaman cabai rawit adalah Kabupaten Tuban.

FP-UB-3.jpg

Dalam kegiatan sekolah tani ini, dia memberikan materi tentang pengenalan penyakit penting pada tanaman cabai.

"Aktivitas kegiatan ini mencakup pengenalan dan identifikasi dasar terhadap penyakit-penyakit penting pada tanaman cabai. Materi yang berkaitan dengan pengenalan penyakit penting tanaman cabai," ucapnya.

Kegiatan selanjutnya, yakni pendampingan Pengelolaan Penyakit Terpadu, yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana petani melakukan pengelolaan terhadap penyakit-penyakit penting khususnya pada tanaman cabai. Materi ini disampaikan oleh Antok Wahyu Sektiono, S.P., M.P.

Kegiatan ketiga, yaitu Diseminasi Teknologi Produksi Agens Hayati Untuk Petani Cabai yang mencakup bagaimana teknologi produksi dan pemanfaatan agens hayati yang dapat dilakukan pada tingkat petani. Kegiatan ini difasilitasi oleh Tita Widjayanti, S.P., M.Si.

Kegiatan terakhir berupa Pendampingan dan Standarisasi Kualitas Pembuatan Kompos. Produksi dan standarisasi kualitas kompos perlu dilakukan mengingat banyaknya pupuk organik atau kompos yang beredar di kalangan petani belum sesuai dengan standar yang ada. Kegiatan ini didampingi oleh Dr. Mochammad Syamsul Hadi, S.P., M.P.

Kegiatan Sekolah Tani ini juga berkolaborasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, dan Dinas Ketahanan Pangan Pertanian Dan Perikanan Kabupaten Tuban.

Kegiatan ini juga mendapatkan apresiasi dari kelompok Harum Tani. Mereka menyatakan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada tim dari dosen Departemen HPT FP UB yang telah berkenan mendampingi petani cabai di desa Sukoharjo agar tidak terserang penyakit dan gagal panen.

"Berdasarkan hasil diskusi dengan petani, disimpulkan terdapat tiga penyakit yaitu layu fusarium, busuk buah cabai dan virus gemini. Menurut petani, ketiga penyakit ini bisa menyebabkan kerugian hingga 80%. Oleh karena itu diperlukan solusi kongkrit berupa pengelolaan penyakit terpadu yang meliputi seluruh taktitk dan strategi pengendalian," terang Irisa.

Tim Pendampingan menegaskan kembali tentang pentingnya memahami tentang konsep segitiga penyakit sebagai pemicu sekaligus solusi bagi permasalahan penyakit pada tanaman cabai serta pemanfaatan agens hayati beserta penambahan bahan organik yang dapat membantu petani untuk menciptakan agroekosistem cabai yang stabil.

Dari rangkaian kegiatan ini, diharapkan muncul kesadaran petani akan pentingnya manajemen agroekosistem tanaman cabai sehingga bisa mewujudkan sustainable agriculture yang meliputi aspek ekologi, ekonomi dan sosial. "Kegiatan pendampingan ini berjalan dengan sukses dan lancar. Hal ini dapat terlihat dari antusiasme peserta untuk menyimak pemaparan materi dari awal hingga akhir dan diskusi yang sangat interaktif dan menarik," pungkasnya.(ADV)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow