Setelah 20 Tahun, Vabella Widitiar Akhirnya Lasik! Minus 10 Jadi 0

Gaya hidup saat ini membuat sebagian besar orang mengalami gangguan refraksi (minus, silinder) karena erat kaitannya dengan penggunaan gadget dan elektronik. 

April 2, 2024 - 21:00
Setelah 20 Tahun, Vabella Widitiar Akhirnya Lasik! Minus 10 Jadi 0

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Gaya hidup saat ini membuat sebagian besar orang mengalami gangguan refraksi (minus, silinder) karena erat kaitannya dengan penggunaan gadget dan elektronik. 

Tak heran bila banyak yang mengalami kondisi mata minus tinggi, bahkan lebih dari 10.

Apakah penderita minus tinggi dan silinder bisa bebas kacamata? Ada teknologi lasik hingga tanam lensa untuk koreksi mata minus dan silinder.

Dokter Spesialis Mata National Eye Center (NEC) Surabaya dr. M. Nurdin Zuhri, SpM menjelaskan, teknologi Laser Vision Correction (LVC) untuk koreksi mata minus ini bermacam-macam metodenya, sehingga, lasik minus tinggi juga bisa dilakukan 

“Kini teknologi semakin canggih, dan banyak opsi untuk terbebas dari kacamata, diantaranya teknologi Zeiss Smile, Femto Lasik, hingga tanam lensa seperti Phakic IOL, dan RLE (Refractive Lens Exchange),” sebut dr. Nurdin, Selasa (2/4/2024).

Dijelaskan, tidak semua kondisi mata calon pasien bisa lasik. Hal ini harus melalui rangkaian proses pre lasik untuk memeriksa kondisi secara menyeluruh. 

Pasien dengan silinder dan minus kecil hingga tinggi, akan diberikan opsi metode terbaik sesuai kondisi mata.

“Ada beberapa penyebab pasien tidak bisa lanjut lasik, di antaranya kondisi kornea hingga kelainan atau penyakit pada mata, metode terbaik bisa ditentukan setelah pemeriksaan pre lasik,” tuturnya. 

Bila hasil pre lasik pasien bisa lanjut lasik, maka calon pasien dapat memilih Zeiss Smile atau Femto Lasik. 

Zeiss Smile sendiri merupakan teknologi lasik terbaru, lebih nyaman dan proses pemulihan lebih cepat dibanding metode lain. Karena itu, Zeiss Smile sendiri banyak dipilih oleh pasien. 

“Namun ada kondisi tertentu di mana pasien tidak bisa memilih Zeiss Smile, di antaranya karena ketebalan kornea yang kurang atau tipis,” urainya. 

Femto-Lasik.jpg

Kalaupun pasien menderita minus tinggi dengan kondisi kornea yang tidak memungkinkan untuk lasik, misal lebih dari 10, maka ada alternatif lasik yang bisa dipilih, yakni metode tanam lensa, di antaranya Phakic IOL dan RLE (Refractive Lens Exchange). 

Dengan tanam lensa ini, bisa membuat pasien terbebas dari minus, silinder, bahkan plus, sekalipun minus yang diderita tinggi. 

“Dokter mata akan membantu menentukan metode tanam lensa terbaik yang  sesuai dengan kebutuhan pasien. Biasanya disesuaikan dengan kebutuhan/gaya hidup, hingga usia,” imbuhnya. 

Vabella Widitiar Bebas Dari Minus 10,5 

Tiktokers Vabella Widitiar bahkan disebut sempat gagal Lasik Smile.

Tiktokers yang terkenal dengan ciri khas “Dan Ini Outfitnya….” ini memang tidak jadi menggunakan metode Zeiss Smile karena kondisi Korneanya yang terlalu tipis.

Namun, ia bisa terbebas dari minus 10,5 dengan metode Femto Lasik di National Eye Center Surabaya. 

“Awalnya ingin pilih teknologi lasik terbaru yaitu Zeiss Smile, tapi ternyata hasil pre lasik menunjukkan kondisi kornea yang tipis, jadi akhirnya dipilihlah Femto Lasik oleh dr. Nurdin Zuhri, yang paling sesuai dengan kondisi mataku,” tutur perempuan asal Sidoarjo ini.

Meskipun gagal atau tidak jadi menggunakan metode Zeiss Smile, Vabella tetap menjalani Femto Lasik. Kondisi matanya sebelum lasik adalah, minus 9 (kanan), dan minus 1,5 serta silinder 1 (kiri). 

Dengan kondisi tersebut, disarankan menggunakan metode Femto Lasik. Ditambah kondisi kornea mata yang tipis, maka Femto Lasik menjadi metode paling aman dan efektif. Kini, kondisi penglihatan Vabella sudah optimal dari minus 10,5 menjadi minus 0. 

“Proses Femto Lasik cepat, lasernya hitungan detik saja, kalau seluruh prosesnya kurang lebih 30 menit ya, dan tidak sakit karena diberi obat bius (tetes)," ungkapnya saat kontrol kemarin.

Salah satu yang membuat National Eye Center Surabaya menjadi pilihannya adalah karena metde lasik yang lengkap dan ada alternatif lasik atau pilihan tanam lensa, sehingga dengan kondisi mata apapun, saat pre lasik, dirinya masih tetap mendapat solusi atas gangguan refraksi yang ia alami. 

“Pilihannya lengkap ya, dari kondisi kornea yang khusus, minus yang tinggi, bahkan bila tidak bisa lanjut lasik pun masih ada pilihan tanam lensa, makanya dari awal sudah pilih NEC karena sudah ingin sekali bebas kacamata setelah puluhan tahun pakai kacamata,” ungkapnya sumringah. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow