Masterplan Kampus 2 Unisma Ada Bangunan Stadion Terbesar Se-Asia Tenggara

TIMESINDONESIA, MALANG – Ada sebuah rencana besar yang dicanangkan Universitas Islam Malang (Unisma) dalam beberapa tahun mendatang, untuk melakukan perluasan dengan membangun kampus 2 Unisma diatas lahan seluas sekitar 75 hektar yang ada di Kecamatan Karanploso Kabupaten Malang Jawa Timur. 

Rektor Unisma,  Prof Maskuri menerangkan, dalam masterplan yang telah dibuat, didalamnya akan ada beberapa bangunan megah. Jika dipotret dari atas akan berbentuk tulisan Nahdlatul Ulama dalam bahasa Arab. Diantara rencana bangunan-bangunan tersebut, yang menarik perhatian adalah rancangan tentang bangunan stadion yang akan dibangun di kawasan tersebut.  Dan diklaim akan menjadi stadion terbesar se-Asia Tenggara.

"Dalam masterplan kampus 2 tersebut memang ada stadion terbesar di Asia Tenggara. Itu rancangan kami," ucapnya.

Artinya, jika rencana tersebut benar-benar diwujudkan, stadion Unisma akan menggeser posisi Stadion Nasional Bukit Jalil Malaysia yang saat ini menduduki posisi pertama stadion terbesar se-Asia Tenggara. Luasan Stadion Unisma juga akan mengalahkan Jakarta International Stadium (JIS) yang masuk ke urutan nomor 2 terbesar se-Asia Tenggara dan Stadion Utama Gelora Bung Karno yang menduduki posisi ke-4.

"Mimpi harus yang besar sekalian. Mimpi kecil-kecil nanti dapatnya kecil. Jadi mimpi harus besar sekalian supaya kita dapat yang besar," kata Prof Maskuri.

Pihaknya pun menerangkan, jika rencana itu bisa diwujudkan nantinya, stadion tersebut akan memiliki multifungsi.

"Jadi fungsinya ya di samping untuk olahraga juga nanti sisi-sisi yang lain. Juga bisa kita sewakan ya. dan juga bahkan Stadion kita Itu nanti bukan hanya untuk mahasiswa tapi juga untuk umum," terangnya.

Soal target kapan bangunan tersebut akan mulai digarap, Rektor belum bisa memberikan waktu yang pasti. Pihaknya pun meminta dukungan semua pihak agar hajat besar ini bisa wujudkan, dan bermanfaat bagi orang banyak.

"Kita bertahap, yang jelas bahwa prioritas utama kita masalah laboratorium," pungkas Prof Maskuri. (*)