Deteksi Disbiosis Mikroba Usus, Cara FK UB Cegah Stunting Siswa di Kabupaten Malang
Untuk mengetahui resiko stunting para siswa SD, Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya (UB) melakukan skrining risiko stunting dengan cara mendeteksi disb ...
TIMESINDONESIA, MALANG – Untuk mengetahui resiko stunting para siswa SD, Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya (UB) melakukan skrining risiko stunting dengan cara mendeteksi disbiosis mikrobiota usus pada siswa-siswi SD di Kabupaten Malang. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan di SDN 01 Sidorahayu dan SDN 01 Mendalanwangi Kabupaten Malang pada Agustus - September 2023.
Ketua Pelaksana, dr. Yuanita Mulyastuti, M.Si menyampaikan, mikrobiota usus memiliki peran penting dalam metabolisme makro- dan mikronutrien, serta perkembangan sistem imun. Banyak penelitian mengaitkan disbiosis atau ketidakseimbangan komposisi mikrobiota usus sebagai risiko terjadinya stunting.
“Belum ada data spesifik terkait profil mikrobiota usus di daerah tersebut, sementara dua Sekolah tersebut merupakan perwakilan Sekolah yang berada dalam lingkup desa binaan FK UB. Skrining disbiosis mikrobiota usus diharapkan dapat menjadi referensi bagi pengambil kebijakan untuk menetapkan program pencegahan stunting yang tepat sasaran,” jelas Yuanita.
Selain itu, peningkatan literasi terkait kesehatan perlu ditingkatkan dengan melibatkan peran aktif siswa dan guru, serta orang tua untuk mengoptimalkan pemutusan rantai stunting. Dalam hal ini peningkatan literasi dilakukan melalui modul bertopik pola makan seimbang dan pola hidup bersih dan sehat yang diisi siswa dengan pendampingan orang tua di rumah.
“Edukasi dan peran orang tua siswa perlu ditingkatkan terkait pola hidup bersih dan sehat, juga pola makan siswa yang dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang siswa serta kejadian penyakit pada siswa, yang dapat berdampak pada individu lain di sekolah,” ungkap dosen pada Departemen Mikrobiologi Klinik ini.
Menurut Yuanita, lemahnya literasi pola hidup bersih dan sehat berdampak pada sulitnya membentuk kebiasaan sehat, sementara Sekolah Dasar merupakan lembaga yang sangat potensial menjadi agen perubahan, mengingat selama enam tahun siswa di sana, sehingga program sekolah sehat diharapkan dapat memperkuat UKS untuk menginisiasi dan melaksanakan program yang dapat meningkatkan kualitas hidup sehat.
Yuanita dan tim yang terdiri dari dr. Siwipeni Irmawanti Rahayu, SpMK, dr. Etty Fitria Ruliatna, SpMK(K), dr. Andrew William Tulle, M.Si, serta beberapa mahasiswa menjalankan berbagai program kerja. Di antaranya pemaparan materi dan diskusi, penyusunan program duta siswa sehat, skrining risiko stunting dengan deteksi disbiosis mikrobiota usus, serta evaluasi terhadap siswa terkait prilaku sehat yang telah diajarkan dan dicontohkan.
Skrining mikrobiota usus dilakukan dengan pengambilan sampel feses yang dikumpulkan oleh mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Program Pendidikan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik untuk kemudian dianalisis di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUB.
Melalui kegiatan ini diharapkan kapasitas dan keaktifan guru dan siswa di dua sekolah tersebut meningkat melalui program terstruktur dalam menerapkan pola hidup bersih dan sehat, serta dapat menjadi rintisan program penguatan UKS sebagai tulang punggung sekolah tangguh stunting.
“Kami berharap seluruh komponen pendidikan di sekolah dapat bersinergi berperan aktif menerapkan pola hidup bersih dan sehat sebagai upaya pencegahan stunting,” pungkas Yuanita. (d)
Apa Reaksi Anda?