Bimtek di Madiun, Polbangtan Malang Ulas Potensi dan Tantangan Sektor Pertanian bagi Milenial
Menteri Pertanian Republik Indonesia (Mentan RI) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan dalam berbagai kesempatan bahwa pertanian tidak boleh berhenti dalam menyediakan sto ...
TIMESINDONESIA, MADIUN – Menteri Pertanian Republik Indonesia (Mentan RI) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan dalam berbagai kesempatan bahwa pertanian tidak boleh berhenti dalam menyediakan stok pangan bangsa. Pertanian harus selalu bergerak maju, mandiri dan modern, agar tercapai produktivitas komoditas pertanian unggulan dan berproduksi tinggi.
Dipaparkan pula bahwa kunci dari keberhasilan pembangunan pertanian adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Namun, kondisi saat ini jumlah pelaku pertanian semakin lama semakin menurun. Minat generasi muda terhadap pertanian kurang, karena dirasa tidak menarik dan tidak memberi masa depan yang menjanjikan.
Hal itu merupakan tantangan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menggerakkan generasi milenial melirik sektor pertanian dengan berbagai program. Salah satunya adalah program regenerasi pertanian dengan mencetak petani milenial yang berjiwa wirausaha pertanian dan berdaya saing.
Dalam program regenerasi pertanian ini dilakukan peningkatan kapasitas pemuda perdesaan menjadi wirausahawan muda pertanian yang mempunyai akses permodalan, akses pemasaran dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi kaum muda di wilayah perdesaan tersebut.
Senada dengan arahan Mentan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa petani milenial sangat potensial untuk melanjutkan pembangunan pertanian di Indonesia, karena mereka rata-rata cerdas, adaptif terhadap teknologi dan siap memasuki era pertanian 4.0. Mereka mampu menjadikan pertanian maju, mandiri dan modern dari hulu sampai dengan hilir.
Upaya mencetak, memproses dan menjadikan pemuda perdesaan menjadi petani milenial, diperlukan dukungan dan sinergitas berbagai elemen, salah satunya adalah mengoptimalkan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) menjadi pusat penggondokan petani milenial.
BPP sebagai pusat konsultasi agribnisnis dan pusat pengembangan jejaring kemitraan, dapat membantu petani milenial mengakses pasar, input pertanian, dukungan keuangan serta membatu menjalin kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait manajemen rantai pasokan dan pemasaran.
Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan Malang) melalui Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) yaitu melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dalam bentuk Bimbingan Teknis (Bimtek) peningkatan kapasitas petani dan penyuluh pertanian di Kabupaten Madiun, Selasa (25/7/2023).
Bimtek yang merupakan kerjasama Kementerian Pertanian (Kementan) dengan Komisi IV DPR RI mengusung tema Potensi dan Tantangan Sektor Pertanian bagi Milenial.
Bimtek dihadiri oleh Wakil Direktur I Polbangtan Malang Novita Dewi Kristanti, anggota Komisi IV DPR RI Guntur Sasono, serta narasumber Luki Budiarti selaku pemilik CV Arjuna Flora, dan 100 peserta yang terdiri atas penyuluh pertanian dan petani milenial.
Novita Dewi Kristanti mengatakan bahwa regenerasi petani melalui kaum milenial merupakan program kementan yang sedang digaungkan. Hal ini sejalan dengan bonus demografi Indonesia yaitu banyaknya kaum milenial.
Banyak tantangan bagi kaum milenial dalam krisis global yaitu krisis pangan, krisis ekonomi, dan krisis literasi. "Jika Indonesia mengalami krisis pangan maka akan ada malapetaka sehingga ketahanan pangan harus dijaga," ujar Novita yang melanjutkan, bimtek ini perlu dilakukan untuk meningkatkan peningkatan kualitas petani khususnya bagi petani milenial.
Guntur Sasono dalam sambutannya mengatakan bahwa bimtek ini menjadi ajang peningkatan kapasitas petani dan penyuluh dalam menghadapi krisis global yaitu krisis pangan.
Data pertanian menunjukkan bahwa penduduk Indonesia sebesar 275 juta menunjukkan bahwa petani memiliki porsi sebanyak 8% atau sekitar 33 juta di negara agraris dengan jumlah petani milenial sebanyak 221.000 jiwa.
"Harapan dan masa depan pertanian menjadi tantangan bagi milenial untuk membangun pertanian bangsa Indonesia," ujar Guntur.
Lebih lanjut disampaikan bahwa jumlah petani milenial sebanyak 221.000 jiwa menunjukkan bahwa milenial tidak tertaik pada bidang pertanian. Jika ini berlanjut maka Indonesia hanya menjadi pasar dunia dengan jumlah penduduk terbesar no 4 dunia ujar Guntur.
Sementara Luki Budiarti pemilik CV Arjuna Flora mengatakan bahwa peluang usaha di pertanian sangat menjanjikan contohnya budidaya kentang seluas 1 hektare dengan produksi 30 ton mampu menghasilkan 300 juta dengan modal 120 juta. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat profit sebanyak 180 jt selama 4 bulan.
"Rasa percaya diri dan membangun jejaring dengan bergabung komunitas menjadi modal utama untuk memperluas usaha di bidang pertanian," ujarnya.
Selain itu, petani milenial harus mampu update teknologi seperti teknologi budidaya, smart farming dan atau teknologi lainnya yang sesuai dengan kondisi sekarang agar usaha di bidang pertanian berkelanjutan. Milenial yang produktif adalah milenial yang menghasilkan satu produk, bisa memasarkan produk dan berkelanjutan. (*)
Apa Reaksi Anda?