Bimtek di Blitar, Petani dan Penyuluh Diajak Mengelola Limbah Ternak
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo tiada henti mengajak penyuluh aktif mengawal dan mendampingi petani, untuk meningkatkan produktivitas dan produksi pertania ...
TIMESINDONESIA, BLITAR – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo tiada henti mengajak penyuluh aktif mengawal dan mendampingi petani, untuk meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian antara lain dengan penggunaan pupuk organik.
“Pasalnya, menjaga tanah dan kesuburannya, menjadi kewajiban bagi petani untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan pemupukan berimbang,” katanya.
Hal itu, kata Mentan Syahrul, sejalan arahan Presiden RI Joko Widodo untuk menjamin ketersediaan pangan seluruh rakyat Indonesia. Artinya, kebutuhan pangan 270 juta rakyat wajib dikawal dan tidak boleh terganggu sama sekali.
Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BBPSDMP) Dedi Nursyamsi, menekankan perlunya meningkatkan kapasitas dan kompetensi penyuluh pertanian, guna mengoptimalkan kegiatan pembinaan, pengawalan, dan pendampingan kepada petani antara lain sosialisasi pupuk organik melalui pupuk organik.
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia pertanian merupakan bagian dari faktor utama dalam mewujudkan pembangunan di sektor pertanian dan ketahanan pangan nasional. Kementerian Pertanian (Kementan) sangat mendukung tercapainya hal tersebut.
Dukungan tersebut diwujudkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Politeknik Pembangunan Pertanian Malang (Polbangtan Malang) yang berkolaborasi dengan Komisi IV DPR RI dengan menggelar Kegiatan Bimbingan Teknik (Bimtek) Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh. Harapannya dapat meningkatkan kemampuan dan kapasitas SDM pertanian dalam berusaha tani demi tercapainya peningkatan kesejahteraan.
Bimtek dilaksanakan pada Rabu (7/6/2023) di Grand Mansion 2, Kabupaten Blitar dihadiri oleh Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (UPPM) Polbangtan Malang Suhirmanto, anggota Komisi IV DPR RI Endro Hermono, Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Blitar Nevi Setya Budiningsih, serta 100 orang peserta yang terdiri atas petani dan penyuluh pertanian di Kabupaten Blitar. Tema kegiatan Bimtek yang diusung adalah “Peluang Bisnis Pengolahan Limbah Ternak menjadi Kompos atau Biogas”.
Suhirmanto menyatakan bahwa para petani harus bangga menjadi seorang petani, karena sektor pertanian memberikan sumbangsih terbesar bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peran tersebut meliputi: (1) penyedia pangan nasional, (2) penyedia lapangan kerja, (3) sebagai instrumen atau parameter pengentasan kemiskinan, serta (4) sumber pendapatan domestik masyarakat dan penyumbang devisa negara.
Namun demikian terjadi kontradiksi penurunan jumlah petani Indonesia, khususnya jumlah petani muda (regenerasi petani masih rendah). Tercacat bahwa jumlah petani Indonesia saat ini hanya tersisa 33% atau setara sedikitnya ada 40,69 juta orang yang bekerja di sektor pertanian (BPS, 2023), dimana 30% merupakan petani tua dan 3% lainnya petani muda milenial.
Jika kondisi tersebut diteruskan, maka tidak tertutup kemungkinan terjadi krisis petani di negara yang memiliki julukan negara agraris ini. Suhirmanto menjelaskan lebih lanjut, dengan kondisi lingkungan yang semakin tidak menentu yang berdampak pada sektor pertanian, maka petani dituntut untuk semakin siap menghadapi perubahan dan segala tantangan di masa depan.
Menjawab kesiapan tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas SDM Pertanian, yang salah satu upayanya dengan mengikuti Bimtek seperti kali ini. Petani diajarkan bagaimana mengelola limbah organik pertanian untuk dijadikan pupuk organik sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas tanah, dalam upaya meningkatkan produksi tanaman dan menghadapi kelangkaan pupuk anorganik.
Dalam kesempatan yang sama, anggota Komisi IV DPR RI, Endro Hermono menyampaikan bahwa komisi IV adalah mitra Kementan dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan petani. Melalui Bimtek ini diharapkan terjadi peningkatan kapasitas petani dan penyuluh. Endro menekankan bahwa diharapkan petani dan penyuluh yang mengikuti Bimtek tidak hanya menyimpan ilmu atau teknologi baru yang didapat, namun perlu diteruskan hingga pada implementasi di lapangan, agar kemanfaatan hasil Bimtek yang diperoleh lebih optimal.
Hal tersebut sesuai dengan semboyan yang digaungkan, yaitu mewujudkan pertani yang maju, mandiri, dan modern. Dia menambahkan, dukungan pemerintah lainnya dalam upaya meningkatkan produktivitas di sektor pertanian selain peningkatan SDM pertanian, adalah dengan memberikan bantuan alsintan maupun menyediakan sarana produksi pertanian (saprotan) (misalnya benih, pestisida dan pupuk).
Nevi Setya Budiningsih juga menyampaikan bahwa Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Blitar menyambut baik kegiatan Bimtek peningkatan kapasitas petani dan penyuluh. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya kesiapan SDM yang lebih kompeten, maka kegiatan budidaya tanaman dapat tergarap lebih baik dan diperoleh hasil yang lebih optimal.
Nevi menambahkan bahwa Kabupaten Blitar merupakan salah satu wilayah sentra produksi tanaman pangan, tanaman hortikultura, serta tanaman perkebunan di Jawa Timur. Melalui penyiapan petani yang maju, mandiri dan modern, diharapkan kuantitas dan kualitas hasil pertanian dapat meningkat dan terjaga kontinuitasnya, sehingga secara tidak langsung akan menjaga kestabilan harga produk pertanian di pasaran.
Selain itu, juga dibutuhkan kecukupan dan ketepatan sarana produksi pertanian (saprotan) yang mendukung terwujudnya peningkatan produktivitas komoditas pertanian. Salah satu saprotan yang saat ini mengalami kelangkaan atau keterbatasan adalah pupuk anorganik bersubsidi. Kelangkaan ini tentunya berimbas pada kenaikan harga pupuk maupun ketidaktersediaan hara tanaman tepat waktu.
Kondisi tersebut, lanjut dia, sangat memberatkan petani, baik secara teknis budidaya maupun secara ekonomi. Oleh karena itu, pemanfaatan pupuk organik di lahan pertanian diharapkan mampu mengurangi kebutuhan dan ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik.
Mengingat bahwa jumlah ternak yang ada di Kabupaten Blitar sangat banyak dan limbahnya berpotensi dijadikan sumber bahan baku pupuk organik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pupuk organik ini memiliki keunggulan, antara lain kandungan hara yang lengkap, dapat meningkatkan kualitas tanah, ramah lingkungan, serta dapat meningkatkan hasil tanaman.
Sementara dalam pemaparan materi Pengelolaan Limbah Ternak untuk Dijadikan Kompos atau Biogas, Ir. Dwi Purnomo, MM, dari Polbangtan Malang menyatakan bahwa limbah ternak dapat berupa kotoran ternak (feces dan urine) maupun sisa pakan ternak, yang cenderung dibuang atau tidak diolah lebih lanjut.
Padahal potensi limbah ini dapat digunakan sebagai pupuk organik (pupuk organik padat maupun cair), pakan ternak atau ikan, serta penghasil bioenergi (biogas). Pemanfaatan pupuk organik atau kompos di lahan pertanian, dapat mengatasi pengaruh buruk penggunaan pupuk anorganik terhadap tanah dan lingkungan, serta salah satu solusi mengatasi kelangkaan pupuk anorganik bersubsidi.
Lebih lanjut dijelaskan, kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik berupa kotoran ternak, sisa hasil panen, sisa makanan dan sebagainya. Proses pelapukan dipercepat dengan merangsang perkembangan dan aktivitas bakteri pengurai.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi kompos ke lahan pertanian adalah tingkat kematangan kompos. Kompos yang belum matang bila digunakan dalam budidaya tanaman, dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini disebabkan karena terjadi imobilisasi bentuk hara menjadi bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman dan berpotensi membawa patogen.
Dia menyebutkan ciri-ciri kompos yang sudah matang antara lain: warna dan baunya seperti tanah, tidak panas, teksturnya remah, serta rasio C/N sekitar 20.
Selain dijadikan kompos, limbah ternak dapat menghasilkan biogas. Beliau menambahkan bahwa biogas merupakan hasil dekomposisi bahan organik melalui proses fermentasi anaerob menghasilkan gas berupa gas metana (CH4). Gas metana adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan sangat mudah terbakar. Hal tersebut menjadikan biogas memiliki prospek yang baik sebagai sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan untuk menghadapi krisis energi. Selain bahannya yang mudah diperoleh, biogas juga bersifat ramah lingkungan. Limbah biogas dari kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang memiliki kandungan hara lengkap.
Priya Anugera Sudarmo, S.Pt, selaku pemateri kedua terkait “Peluang Bisnis Pengelolaan Limbah Ternak untuk Dijadikan Kompos” membahas tentang potensi pemanfaatan limbah pertanian, khususnya limbah ternak menjadi sebuah peluang bisnis untuk memperoleh pendapatan tambahan bagi petani.
Hal tersebut sejalan dengan adanya potensi ternak di Kabupaten Blitar yang berjumlah sekitar ±10.000 ekor. Dia menyebutkan, hal pertama yang perlu dipersiapkan dalam menjalankan bisnis limbah ternak adalah mengubah pola pandang dan pola pikir petani terhadap limbah itu sendiri. Pandangan petani bahwa limbah ternak merupakan hasil buangan produksi yang tidak bermanfaat dan dibuang percuma harus diubah bahwa limbah ternak merupakan “emas hitam” yang dapat menghasilkan uang.
Salah satu prospek ekonomi limbah ternak yaitu proses pengolahan limbah ekskreta secara fisik merupakan proses termurah dan termudah, karena tidak memerlukan biaya operasional yang tinggi. Sebagai contoh: isi rumen yang telah diolah bisa digunakan sebagai sumber protein dan mineral pelengkap untuk ternak, kulit sapi bisa dijadikan kerupuk kulit atau kerupuk rambak, sedangkan feses, urin dan sisa pakan bisa diolah menajdi energi biogas, pupuk organik padat dan pupuk oganik cair. (*)
Apa Reaksi Anda?