KH Abdul Hamid Wahid Dianugerahi Gelar Datuk Guru oleh Lembaga Adat Melayu
Kepala Ponpes Nurul Jadid yang juga Rektor Universitas Nurul Jadid atau Unuja Probolinggo, Jawa Timur, KH Abdul Hamid Wahid menerima penganugerahan gelar Datuk Guru saat ...
TIMESINDONESIA, BATAM – Kepala Ponpes Nurul Jadid yang juga Rektor Universitas Nurul Jadid atau Unuja Probolinggo, Jawa Timur, KH Abdul Hamid Wahid menerima penganugerahan gelar Datuk Guru saat kunjungan ke Pulau Belakang Padang, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (12/6) petang.
Gelar tersebut diberikan oleh Lembaga Adat Melayu Kecamatan Belakang Padang, Batam. Penobatan gelar dilakukan oleh tokoh sesepuh Adat Melayu, Datuk H. Said Hasyim Alattas.
Gelar datuk berasal dari Bahasa Sansekerta. Dalam bahasa ini, Datuk bermakna orang yang mulia. Sementara di kalangan masyarakat, gelar datuk berarti orang yang patut karena kemampuan serta pengabdiannya kepada masyarkat.
Menurut tokoh setempat, penganugerahan gelar Datuk Guru dilakukan atas dasar kapasitas, kapabilitas serta kontribusi Kiai Hamid dalam turut serta membangun masyarakat Belakang Padang, Batam.
Kontribusi penerima Anugerah TIMES Indonesia 2021 kategori Positive News Maker tersebut, terasa melalui pendidikan serta dakwah Islam yang moderat. Kontribusi itu dapat diterima oleh masyarakat.
"Kedatangan Kiai Hamid ke Batam dan khususnya ke Pulau Belakang Padang ini menegaskan kiprah serta kontribusi beliau dalam mendukung serta mendorong kemajuan masyarakat Batam, khususnya di Pulau Belakang Padang ini," kata tokoh masyarakat Batam, Julaeni.
Menurut Juaeni, antara Kiai Hamid dan Batam sebenarnya ada ikatan historis yang terjalin sejak era 1990-an. Ikatan historis tersebut tercipta sejak ayah beliau, yakni KH Abdul Wahid Zaini.
Pada era tersebut, KH Abdul Wahid Zaini yang kala itu mengasuh Ponpes Nurul Jadid Paiton, terlibat aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan masyarakat di Batam, khususnya pada bidang pendidikan serta dakwah Islam.
“Jadi kedatangan Kiai Hamid saat ini semacam menjadi episode lanjutan dari perjuangan Kiai Wahid dulu," tambahnya.
Sementara itu, menurut KH Abdul Hamid Wahid, penganugerahan gelar Datuk Guru itu memiliki urgensi bukan bagi dirinya sebagai individu, melainkan bagi seluruh proses serta ikhtiar masyarakat Batam pada umumnya dalam mengupayakan tercapainya masyarakat madani.
Selain itu, lanjut Kiai Hamid, penganugerahan gelar tersebut menandai penerimaan masyarakat terhadap pelayanan, perjuangan dan pengabdian kaum santri di tengah-tengah masyarakat.
"Di Batam ini ada santri-santri, meskipun mungkin jumlahnya tidak sebanyak di Jawa. Yang perlu diingat bahwa tidak ada bekas santri. Kesantrian itu dibawa sepanjang hayat dan harus terus dihidupkan melalui perjuangan dan pengabdian kepada masyarakat,” ujarnya.
Menurut Kiai Hamid, jika selama di pondok tugas santri adalah belajar dan mengabdi, mengaji dan membina akhlakul karimah, maka tugas itu terus menjadi tanggung jawab seorang santri ketika ia telah kembali ke masyarakat.
"Maka penganugerahan gelar serta penghormatan ini penting artinya bukan untuk saya, melainkan untuk segenap upaya perjuangan dan pengabdian yang dilakukan kaum santri di tengah-tengah masyarakat," pungkasnya.
Acara penganugerahan gelar Datuk Guru kepada KH Abdul Hamid Wahid dilakukan di tengah kunjungan silaturahim pimpinan Ponpes Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, bersama Pembantu Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid atau P4NJ Batam ke kecamatan Belakang Padang.
Sebelumnya, Kepala Ponpes Nurul Jadid yang juga Rektor Unuja Probolinggo, Jatim, KH Abdul Hamid Wahid meresmikan Ponpes Nurul Jadid Batam yang didirikan oleh H. Haerul Saleh, tokoh masyarakat dan pengusaha terkemuka di Batam, Kepulauan Riau. (*)
Apa Reaksi Anda?