Keuntungan dan Tips Menjadi Pebisnis di Usia Muda

Berbisnis di usia muda memiliki banyak keuntungan. Menjadi pebisnis di usia muda juga memiliki risiko yang masih rendah ... ...

Desember 3, 2023 - 08:30
Keuntungan dan Tips Menjadi Pebisnis di Usia Muda

TIMESINDONESIA, MALANG – Mayoritas anak muda takut memulai bisnis di usia muda. Padahal berbisnis di usia muda memiliki banyak keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut dibahas dalam webinar “Youthpreneur” yang diadakan oleh Indonesian Youth Opportunities in International Networking (IYOIN) Local Chapter (LC) Malang, Kamis (30/11/2023).

Webinar kali ini dihadiri oleh Amelia Qanitah Awadian, S.Bns. Ia merupakan lulusan School of Business and Management ITB (Institut Teknologi Bandung) serta pendiri dan mantan CEO Bersama Ashwa. Bersama Ashwa merupakan mental health service online, yang diperuntukkan bagi orang-orang yang membutuhkan tempat bercerita, motivasi, dan bisa konsultasi dengan psikolog. 

Menurut Amel, menjadi pebisnis di usia muda memiliki risiko yang masih rendah. Ada 3 alasan mengapa menjadi youthpreneur atau pebisnis muda memiliki risiko yang rendah. Pertama, pebisnis muda masih memiliki tanggung jawab yang sedikit. Hal tersebut karena pebisnis muda umumnya belum berkeluarga dan hanya memikirkan pengeluaran untuk dirinya sendiri.

Selain itu, pebisnis muda juga mayoritas masih mendapat uang dari orang tua sehingga bisa menyisihkan sebagian uangnya untuk modal usaha. Kedua, peluang bagi mahasiswa untuk berbisnis juga terbuka cukup lebar karena bisa digunakan sebagai wadah untuk belajar dan bereksplorasi. Ketiga, kesempatan untuk mendapatkan investor pun lebih besar dibandingkan ketika lulus dari universitas.

Dalam menjalani hidup, kita harus menentukan dan membuat timeline diri sendiri. Hal ini juga berlaku ketika menjalankan sebuah bisnis. Buat timeline atau tujuan jangka panjang hidup maupun bisnis yang diinginkan. Kemudian pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Dari sini kita tahu langkah apa yang harus diambil untuk mewujudkan cita-cita tersebut. 

“Bermimpilah yang besar tapi jangan lupa buat timeline dan bagi ke tujuan-tujuan kecil, supaya kita bisa mencapai mimpi tersebut. Jika kita gagal, setidaknya kita sudah berjalan di jalan yang benar,” kata Amel. 

Ketika membangun bisnis, kita harus mencari masalah orang lain dan membantu mengatasi masalah tersebut. Dengan begitu, bisnis yang dibangun tidak hanya fokus pada hal-hal yang bersifat materi tetapi juga nonmateri. Hal tersebut juga bisa dijadikan sebagai value bisnis sehingga menjadikan pebisnis memiliki semangat untuk terus berbenah diri. 

“Oleh karena itu, penting untuk menanamkan mindset bahwa berbisnis itu tidak hanya tentang uang tetapi juga bagaimana kita bisa menolong orang lain,” ucap Amel. 

Pada kesempatan ini narasumber juga merekomendasikan 2 buku untuk memulai bisnis, yaitu buku Lean Startup karya Eric Ries dan 24 Disciplined Entrepreneurship karya Bill Aulet. Dalam buku Lean Startup karya Eric Ries terdapat 3 cara memulai bisnis, yaitu build, measure, dan learn. Build artinya kita mulai membangun bisnis. Kemudian mengukur perkembangan bisnis tersebut, sejauh mana bisnis berjalan. Lalu yang terakhir learn, artinya pelajaran apa yang bisa diambil dari bisnis yang kita bangun. 

Sementara dalam buku 24 Disciplined Entrepreneurship karya Bill Aulet juga memiliki konsep yang bagus, tetapi kalkulasi bisnis harus jelas dan detail. Selain itu, jika kalkulasi tidak mencapai target maka harus mengulang lagi langkah sebelumnya. Konsep ini lebih cocok digunakan untuk orang-orang yang pernah menjalankan bisnis hingga berhasil, kemudian membangun bisnis lain lagi. 

Sebelum menjalankan bisnis kita harus mengamati apa yang dibutuhkan pasar atau konsumen. Setelah mengetahui kebutuhan pasar, kemudian membuat bisnis atau produk yang akan dijual. Misalnya saat musim hujan, orang-orang cenderung mengonsumsi minuman hangat dan kaya rempah-rempah untuk menghangatkan badan. 

Kemudian ukur dengan cara mulai menjual produk serta meminta tanggapan dan saran dari konsumen. Dari tanggapan dan saran tersebut kita bisa mempelajari kebutuhan dan minat konsumen. Dengan melakukan pengulangan tersebut bisnis akan mengalami perkembangan. 

Setelah menerapkan konsep di atas, lakukan analisis kompetitor. Analisis kompetitor sangat penting karena berfungsi supaya kita bisa memosisikan bisnis kita di antara bisnis-bisnis lain di industri yang sama, introspeksi diri supaya bisnis kita bisa bersaing dengan yang lain, dan untuk mengetahui pertumbuhan bisnis di suatu industri yang sama. 

“Semakin banyak kompetitor bisnis menunjukkan bahwa pasarnya ada dan kita memiliki peluang di sana,” ucap Amel. 

Salah satu cara menganalisis kompetitor adalah dengan menggunakan sistem SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan bisnis kita dan kompetitor, peluang yang bisa diambil dari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, dan mengidentifikasi ancaman bisnis. 

Bisnis tidak bisa dijalankan sendirian, maka dari itu kita butuh mitra bisnis. Hal ini dikarenakan jika tidak segera mengeksekusi ide atau memenuhi kebutuhan pasar maka kondisi pasar akan segera berubah, terutama di era digital yang serba cepat. Amel juga membagikan tips mencari mitra, di antaranya seperti membutuhkan waktu dalam menemukan mitra yang tepat, meninjau segi kepemimpinan seseorang, dan menyesuaikan visi misi seseorang dengan kita. Jika visi misinya tidak sama, bisa diatasi dengan saling membantu mewujudkan visi dan misi satu sama lain. 

Melalui webinar ini penyelenggara berharap bisa memberikan manfaat bagi generasi muda. “Harapannya dengan diadakannya webinar ini peserta bisa menambah pengetahuan tentang youthpreneur dan diaplikasikan secara langsung,” kata Ervina Karin selaku Eksekutif Direktur IYOIN LC Malang.  (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow