Infrastruktur Tak Memadai, BHS Siap Perjuangkan Renovasi Pasar Asemrowo
Ketua Dewan Penasehat DPD Gerindra Jatim Bambang Haryo Soekartono (BHS) melakukan peninjauan di Pasar Asemrowo Surabaya, Sabtu (20/1/2024). ...
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Ketua Dewan Penasehat DPD Gerindra Jatim Bambang Haryo Soekartono (BHS) melakukan peninjauan di Pasar Asemrowo Surabaya, Sabtu (20/1/2024).
Pasar tradisional ini berada di bawah pengelolaan PD Pasar Surya Surabaya. Pasar buka mulai pukul empat dini hari hingga pukul satu siang.
BHS didampingi Wakil Gerindra Surabaya Yona Bagus dan tim berkeliling dari satu lapak ke lapak lain, menyapa para pedagang dan pengunjung pasar serta tak ketinggalan memborong dagangan. Kedatangan mereka mendapat sambutan hangat dari warga.
Di pasar itu, BHS melihat ada sumur menganga. Ia khawatir keberadaan sumur timba ini membahayakan saat turun hujan terutama karena lantai pasar sangat licin dan tak beraturan.
Banyak lantai sudah rusak. Jika warga mengambil air, dikhawatirkan tercebur. Seharusnya sudah ada pompa yang pipanya mengalir ke lapak pedagang basah.
"Ini pasar kotamadya ya, yang mungkin perlu pembenahan terutama lantai. Ini sangat membahayakan terhadap pengguna atau konsumen yang ada termasuk pedagangnya," ungkap BHS.
Kedua, BHS melihat kondisi toilet dalam pasar sangat kurang memadai. Padahal jumlah pedagang dan konsumen terhitung sangat banyak. Namun, hanya ada satu unit WC umum. Begitu pula unit penerangan.
BHS mendapat sambutan hangat dari warga saat melakukan kunjungan di Pasar Asemrowo Surabaya, Sabtu (20/1/2024).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
"Kalau misal nanti pemerintah belum menangani itu, saya akan tangani," tandasnya.
Setelah mengecek infrastruktur, BHS kemudian memantau harga komoditas bahan pokok dan sayuran. Ia mengamati bahwa harga-harga di pasar ini relatif agak lebih tinggi karena retribusi juga tinggi jika dibandingkan pasar lain. Khususnya pasar yang dikelola swasta.
Pasar Asemrowo sendiri total memiliki 269 stand yang masih aktif. Retribusi per bulan sebesar Rp150.000 atau rata-rata per hari Rp5.000. Sementara ia membandingkan pasar yang dikelola swasta retribusinya hanya Rp3.000.
"Mungkin karena retribusinya juga tinggi, sehingga harga-harga ini menjadi agak lebih mahal," ucapnya.
Diketahui, Pasar Asemrowo telah ada sejak zaman Belanda dan termasuk pasar yang terbesar di Surabaya. Bambang Haryo Soekartono (BHS) berharap pemerintah segera melakukan pembenahan.(*)
Apa Reaksi Anda?