Imtihan Wathani Berbasis Digital di Kalteng Berjalan Sukses

Ujian akhir nasional bagi santri Pendidikan Diniyah Formal (PDF) atau imtihan wathani sukses digelar pada 28 Januari–2 Februari 2025.

Februari 3, 2025 - 21:00
Imtihan Wathani Berbasis Digital di Kalteng Berjalan Sukses

TIMESINDONESIA, PACITAN – Ujian akhir nasional bagi santri Pendidikan Diniyah Formal (PDF) atau imtihan wathani sukses digelar pada 28 Januari–2 Februari 2025. 

Sebanyak 11.077 santri dari berbagai daerah mengikuti ujian berbasis komputer (CBT), terdiri atas 4.438 santri tingkat ulya dan 6.639 santri tingkat wustha termasuk di Kalimantan Tengah. 

Di Kalimantan Tengah, imtihan wathani diikuti 26 santri PDF Dar Al Raudhah, Kabupaten Kotawaringin Barat. Terdiri atas 15 santri PDF wustha dan 11 santri PDF ulya, semuanya dapat mengikuti ujian dengan lancar.

Kakanwil Kemenag Kalimantan Tengah, H. Noor Fahmi, menyebutkan ujian tingkat ulya berlangsung pada 28–30 Januari, sementara tingkat wustha digelar pada 31 Januari–2 Februari.

“Ujian ini berbasis CBT sebagai bagian dari digitalisasi pesantren. Pelaksanaannya berjalan lancar, menunjukkan pesantren mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman,” ujar Noor Fahmi, Senin (3/2/2025).

Tahun ini, imtihan wathani diikuti 138 satuan pendidikan PDF dari 16 provinsi, terdiri dari 77 PDF ulya dan 61 PDF wustha. 

Salah satu inovasi baru adalah penggunaan soal dalam aksara Pegon (Bahasa Indonesia dengan aksara Arab), menggantikan sistem sebelumnya yang hanya menggunakan bahasa Arab.

“Langkah ini menjadi evaluasi dan menunjukkan kekhasan pendidikan pesantren,” tambah Noor Fahmi.

Sementara, Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Islam Kanwil Kemenag Kalimantan Tengah, H. Elly Saputra, menjelaskan materi ujian PDF ulya meliputi Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Ushul Fiqh, Tauhid, Nahwu Balaghoh, dan Tarikh. Sedangkan PDF wustha diuji dalam Fiqh, Tauhid, Akhlak, Nahwu Sharf, dan Tarikh.

“Alhamdulillah, seluruh peserta dapat mengikuti ujian tanpa kendala teknis,” ujar Elly Saputra.

Kesuksesan ini membuktikan pesantren mampu beradaptasi dengan sistem digital tanpa meninggalkan identitasnya. 

Inovasi aksara Pegon diharapkan memperkuat pemahaman santri sekaligus mempertahankan kearifan lokal dalam pendidikan diniyah. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow