FK Unair 96: Pentingnya PMT dan Deteksi Dini dalam Menekan Angka Stunting
Penurunan angka stunting menjadi tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, penting bagi seluruh kalangan untuk melakukan beragam upaya penanganannya. ...
TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Penurunan angka stunting menjadi tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, penting bagi seluruh kalangan untuk melakukan beragam upaya penanganannya. Salah satunya dengan pemberian makanan tambahan (PMT) dan juga deteksi dini yang sangat penting.
Seperti yang disampaikan Dr Habibi, dokter spesialis penyakit dalam, untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman dalam upaya menekan angka stunting, maka acara Dies Natalis Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga angkatan 96 (FK Unair 96) kali ini menyasar pada pencegahan stunting.
Acara sosialisasi yang berlangsung di Puskesmas Sukapura pada Sabtu (28/10/2023) pagi, dihadiri seluruh kepala desa dan bidan se-Kecamatan Sukapura. Turut hadir juga Sesepuh warga Tengger, serta anggota Forkopimca, dan Kepala Puskesmas Sukapura.
"Kami memilih di Kecamatan Sukapura karena tempatnya sejuk dan dingin. Selain itu, antusias kader posyandu tinggi," kata Habibi, yang bertindak sebagai ketua pelaksana.
Narasumber dalam acara yang berlangsung dari pukul 10.00 hingga pukul 12.00 adalah dr Laksmi Suci Handini, membahas masalah pencegahan stunting, dan dr Fancy Brahma, membahas PMT untuk bayi.
Menurut Laksmi, beberapa faktor penyebab stunting pada anak termasuk pola hidup calon ibu saat remaja, anemia pada calon ibu yang dapat meningkatkan risiko stunting, kekurangan gizi selama kehamilan, dan tidak memberikan ASI eksklusif dengan baik pada bayi setelah lahir.
"Yang paling penting deteksi sejak dini. Selain itu, pentingnya pemberian ASI pada bayi. ASI merupakan nutrisi terlengkap yang diperlukan untuk perkembangan otak dan jaringan pada anak," kata Laksmi.
Bahkan, menurutnya, kebutuhan nutrisi pada otak bayi di pagi dan sore hari berbeda. Hal ini dapat dipenuhi melalui pemberian ASI oleh ibu.
“Jadi, ASI pagi hari dan sore hari pada ibu itu berbeda, dan dibutuhkan untuk perkembangan otak anak. Sehingga, tidak ada produk yang lebih lengkap selain ASI ibu,” katanya.
Selain penekanan pemberian ASI, yang tak kalah penting adalah sanitasi lingkungan. "Kebersihan lingkungan juga akan berdampak pada perkembangan bayi. Jika dilihat dari perkembangan otak bayi, paling cepat usia 0-2 tahun. Di atas dua tahun, perkembangannya mulai lambat," tambahnya.
Dr Fancy Brahma, selaku pemateri kedua, memaparkan pentingnya pemberian makanan tambahan (PMT) pada bayi. Bayi dapat diberikan PMT ketika usia 6 bulan, dengan catatan pemberian ini diperlukan jika bayi mengalami stunting atau keterbelakangan yang terlihat pada kondisi tubuhnya.
"Ketika ada gejala keterlambatan tumbuh kembang anak, PMT dapat diberikan saat usia bayi 6 bulan. Namun, perlu diingat jika PMT harus diberikan sesuai dengan kebutuhan dan anjuran dokter. Pasalnya, perut bayi masih belum bisa menerima makanan sembarangan," ujar Fancy.
Ia mengingatkan, pemberian PMT juga harus memperhatikan nilai gizi yang terkandung dalam makanan tersebut, bukan hanya kuantitasnya atau biaya yang dikeluarkan. “PMT bisa juga dari bahan pangan lokal yang lebih murah,” imbuhnya.
Kedua pemateri berharap, materi yang disampaikan dapat diimplementasikan dan disebarkan kembali pada kader dan ibu-ibu lainnya, dengan tujuan meningkatkan pemahaman dan mengurangi angka stunting.
Linda, salah satu kader Posyandu dari Ngepung, menjelaskan bahwa 20 persen dari total 170 bayi yang ditimbang di daerahnya mengalami stunting. Dengan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh, ia berharap angka stunting dapat berkurang pada tahun berikutnya. (*)
Apa Reaksi Anda?