Festival Literasi Sekolah 2025 di Kabupaten Malang Hadirkan Aksi Unik Pelajar Berkostum Kelinci hingga Pembaca Puisi
Pelajar SMP se-Kabupaten Malang unjuk kemampuan dalam Festival Literasi Sekolah 2025. Aksi mendongeng, baca puisi, hingga pidato persuasif meriahkan ajang tahunan MGMP Bahasa Indonesia.

TIMESINDONESIA, MALANG – Seorang pelajar dengan kostum unik berkepala kelinci tampak antusias membawakan dongeng fabel di ruang kelas SMPN 1 Kepanjen, Kabupaten Malang. Aksi teatrikal ini menjadi bagian dari penampilan finalis Festival Literasi Sekolah (FLS) 2025 yang digelar oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia tingkat SMP Negeri se-Kabupaten Malang.
Dengan gaya narasi yang hidup, pelajar tersebut menyampaikan pesan moral lewat kisah seekor hewan yang memiliki sifat buruk. Di penghujung ceritanya, ia menekankan pentingnya kejujuran sebagai nilai utama yang patut diteladani.
Tak kalah menarik, pelajar lainnya tampil membawakan dongeng binatang dengan sarung boneka berbentuk anak gajah di tangan kirinya. Ia memerankan dialog seolah berbicara langsung dengan karakter boneka, menambah kesan dramatis dan menyenangkan dalam penampilannya.
Sementara itu, di ruang kelas lainnya, seorang siswa tampak membacakan puisi dengan penuh penghayatan. Berbekal selembar kertas, ia melafalkan bait demi bait dengan intonasi dan ekspresi yang memikat perhatian juri.
"Festival Literasi Sekolah ini mempertemukan siswa-siswi berbakat dalam keterampilan berbahasa. Tahun ini ada tiga kategori lomba, yaitu mendongeng, membaca puisi, dan pidato persuasif berbahasa Indonesia," ujar Ketua MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Malang, Agus Winarno.
Lebih lanjut Agus menjelaskan, tema untuk lomba mendongeng tahun ini adalah fabel atau cerita binatang, sementara puisi yang dibaca merupakan karya pilihan panitia. Untuk pidato persuasif, peserta diberikan kebebasan dalam meramu materi dengan tetap mengikuti tema yang ditentukan.
"Babak penyisihan dilakukan di hadapan dua juri, sedangkan untuk final peserta tampil di depan empat orang juri," tambahnya.
Ketua Panitia FLS 2025, Mulyono, menjelaskan bahwa penilaian dalam setiap kategori dilakukan berdasarkan aspek-aspek yang spesifik. Lomba mendongeng, misalnya, dinilai dari kesesuaian isi cerita, kemampuan vokal, penghayatan, dan penampilan. Sedangkan lomba baca puisi dan pidato persuasif dinilai dari lima aspek, termasuk kelancaran, ekspresi, intonasi, serta pemaknaan dan ekspresi wajah.
Mengusung tema Harmonisasi Seni dan Sains dalam Literasi, FLS MGMP Bahasa Indonesia 2025 menjadi wadah inspiratif bagi pelajar untuk mengekspresikan kreativitas dan keterampilan berbahasa Indonesia secara menyenangkan sekaligus kompetitif.(*)
Apa Reaksi Anda?






