Dinkes Kabupaten Probolinggo Fasilitasi Penyelidikan Epidemologi DBD di Paiton
PAITON - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah kerja (wilker) Puskesmas Paiton, tepatnya di salah satu perumahan…

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah kerja (wilker) Puskesmas Paiton, tepatnya di salah satu perumahan PLTU Paiton, Jum’at (28/3/2025).
PE DBD yang bertujuan untuk mengidentifikasi asal muasal penyebaran penyakit DBD ini dipimpin oleh Pengelola Program DBD Puskesmas Paiton bersama dengan tenaga kesehatan desa dan kader jumantik didampingi oleh Pengelola Program DBD Dinkes Kabupaten Probolinggo Sulistiani Trisnoharini.
Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Hariawan Dwi Tamtomo melalui Pengelola Program DBD Kabupaten Probolinggo Sulistiani Trisnoharini menyampaikan bahwa temuan kasus DBD ini bermula dari notifikasi rumah sakit terkait pasien DBD yang tinggal di salah satu perumahan PLTU Paiton.
Yeni, panggilan akrab Sulistiani Trisnoharini menjelaskan terdapat dua pasien yang diduga terinfeksi DBD di perumahan PLTU Paiton. Satu di antaranya adalah seorang anak yang kemungkinan terinfeksi di Surabaya. Sementara ayahnya yang tinggal di kawasan tersebut kemungkinan terpapar di wilayah tempat kerja di PLTU Paiton.
“Kasus serupa juga sebelumnya ditemukan di perumahan tersebut. Setelah menerima informasi dari rumah sakit, kami segera berkoordinasi dengan Puskesmas Paiton untuk melaksanakan penyelidikan epidemiologi guna menentukan sumber penyebaran penyakit DBD,” katanya.
Dalam kegiatan ini jelas Yeni, pihak Dinkes melakukan pemeriksaan di sekitar 20 rumah yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah pasien. Hasilnya mengejutkan, di mana dari 20 rumah yang diperiksa, 10 rumah di antaranya ditemukan terdapat jentik nyamuk. “Jentik tersebut dapat berpotensi menjadi pembawa virus dengue yang sangat berbahaya bagi kesehatan warga,” jelasnya.
Dari pemeriksaan yang dilakukan terang Yeni, ditemukan beberapa tempat yang menjadi tempat perindukan nyamuk seperti bekas ban, pot bunga, tempat burung dan barang bekas yang tidak terpakai. Beberapa area di sekitar rumah penderita juga ditemukan sebagai tempat pembiakan nyamuk penyebab DBD.
“Hal ini menunjukkan kurangnya perhatian terhadap program 3M Plus, yaitu Menguras, Menutup dan Mendaur Ulang sampah serta menambah langkah pencegahan seperti memelihara ikan pemakan jentik dan menggunakan tanaman pengusir nyamuk,” terangnya.
Yeni mengungkapkan meskipun program fogging atau pengasapan dilakukan dua kali seminggu, langkah tersebut tidak cukup untuk menanggulangi penyebaran DBD secara optimal. Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, namun tidak menanggulangi jentik nyamuk yang masih ada di tempat-tempat perindukan.
Oleh karena itu kami menghimbau agar seluruh warga Kabupaten Probolinggo lebih serius dalam menerapkan program 3M Plus yang sudah terbukti efektif dalam memutus rantai penyebaran DBD,” tegasnya.
Menurut Yeni, program 3M Plus ini mencakup kegiatan Menguras, Menutup, Mendaur Ulang sampah serta memelihara ikan pemakan jentik, menggunakan lotion anti-nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk seperti serai dan lavender serta menggunakan kelambu saat tidur. “Jika diterapkan dengan baik, program ini dapat mengurangi risiko penularan DBD secara signifikan,” tambahnya.
Di Kabupaten Probolinggo terang Yeni, kasus DBD mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2024 tercatat sebanyak 2.816 kasus dengan 26 kematian. Hal ini menjadikan Kabupaten Probolinggo sebagai peringkat kedua tertinggi kasus DBD di Jawa Timur.
“Untuk tahun 2025, Dinkes menargetkan penurunan jumlah kasus yang hingga saat ini sudah tercatat 536 kasus dengan satu kematian. Kepala Dinkes berharap dengan penerapan 3M Plus secara maksimal, angka kasus DBD dapat ditekan dan tidak ada lagi kematian yang terjadi akibat penyakit ini di tahun 2025,” ujarnya.
Yeni menambahkan penyuluhan dan koordinasi yang intens antara Dinkes, Puskesmas dan masyarakat diharapkan menjadi kunci keberhasilan dalam menanggulangi penyebaran DBD di Kabupaten Probolinggo. “Penerapan langkah-langkah pencegahan yang lebih ketat menjadi prioritas utama dalam mencegah dampak buruk dari wabah DBD,” pungkasnya.
Apa Reaksi Anda?






